Sukses

Film Kucumbu Tubuh Indahku Diboikot, Produser Bereaksi

Ifa Isfansyah mewakili Fourcolours Films, menyampaikan pernyataan resmi soal boikot Kucumbu Tubuh Indahku.

Liputan6.com, Jakarta - Film Kucumbu Tubuh Indahku karya Garin Nugroho sudah tayang di bioskop. Namun sejak awal penayangan, sudah muncul petisi penolakan yang disusul oleh aksi boikot di beberapa kota di Indonesia.

Menanggapi hal tersebut, Ifa Isfansyah selaku produser Kucumbu Tubuh Indahku, mewakili rumah produksi Fourcolours Films, menyampaikan pernyataan resminya. Hal ini dilakukan untuk mencegah situasi semakin memanas atau dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu.

Melalui keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Kamis (2/5/2019), Ifa Isfansyah menjabarkan beberapa poin yang menjadi landasannya dalam penjelasan ini. Ifa juga menyorot hal-hal penting yang membuat Kucumbu Tubuh Indahku layak tayang di bioskop nasional.

Ia sempat menjelaskan bahwa selama ini karya-karya Fourcolours Films bukanlah sebuah produk yang berorientasi pada pasar. Namun ketika festival film tak cukup, akhirnya pihaknya memperluas jangkauan penonton dengan menayangkannya di bioskop umum.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Memberi Edukasi

Dalam hal ini, timnya memiliki niat untuk memberi edukasi tentang keberagaman film Indonesia kepada masyarakat. Pasalnya, selama ini film tidak hanya menjadi media untuk hiburan, melainkan juga sebagai sebuah karya seni dan gagasan.

Ifa Isfansyah juga meyakinkan bahwa Fourcolours Films yang telah melahirkan film-film yang sudah tayang di festival film internasional seperti Siti (2015), Turah (2016), dan Sekala Niskala (2017).

Menariknya, ternyata Kucumbu Tubuh Indahku (2018) pernah mendapatkan penghargaan film yang mewakili keberagaman budaya dari UNESCO. Sejauh ini, film tersebut telah diputar di 31 festival film internasional

Film Kucumbu Tubuh Indahku yang bersumber dari riset tari Lengger Lanang di Banyumas (penari laki-laki menarikan tarian perempuan), memakan riset selama tiga tahun. Garin Nugroho bersama para penari serta koreografer terkemuka, Rianto (penari Lengger Lanang Banyumas), melakukan perjalanan bersama-sama untuk menemukan materi film ini.

3 dari 4 halaman

Semangat Keberagaman Budaya

Ifa Isfansyah juga menekankan bahwa Kucumbu Tubuh Indahku dibuat untuk menumbuhkan semangat keberagaman budaya. Penghormatan terhadap keberagaman secara damai dan produktif, tanpa kekerasan, persekusi, dan diskriminasi, menjadi tujuan utamanya.

UNESCO pun memilih Kucumbu Tubuh Indahku sebagai film yang mewakili keberagaman budaya dalam ajang Asia Pasific Screen Awards di Brisbane 2018. Film ini kemudian diputar di headquarter UNESCO, Paris, di bulan Desember 2018.

Selain itu, Ifa Isfansyah juga mengemukakan bahwa apresiasi dari UNESCO itu membuat mereka yakin Kucumbu Tubuh Indahku harus tayang di bioskop. "Kami sebagai rumah produksi bersama lembaga pemerintah merasa film ini juga perlu untuk ditayangkan di Indonesia," tulisnya dalam keterangan tersebut.

"Indonesia sebagai sebuah negara harus mampu menjadi tuan rumah untuk film yang mengangkat budayanya sendiri," ujarnya.

4 dari 4 halaman

Mempertimbangkan Banyak Hal

Fourcolours Films juga sudah mempertimbangkan banyak hal sebelum Kucumbu Tubuh Indahku dirilis ke bioskop. Mereka telah melalui proses hukum dan peraturan pemerintah yang berlaku perihal peredaran film ini di bioskop.

Bahkan setelah didaftarkan ke Lembaga Sensor Film pada 26 November 2018, terdapat tiga adegan yang harus disesuaikan untuk mendapatkan klasifikasi penonton 17 tahun ke atas. Film ini juga sudah mendapatkan Surat Lulus Sensor meskipun hanya diedarkan melalui jaringan bioskop secara terbatas.

"Demi keberlangsungan hidup masyarakat Indonesia yang damai dan tenteram, atas dasar saling menghargai, seperti yang sesungguhnya film ini utarakan, Fourcolours Films sangat terbuka untuk kemungkinan berdialog dengan pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan karya film kami ini," kata Ifa Isfansyah.

"Kami juga mengimbau untuk semua pihak yang mungkin hanya mengenal film kami dari permukaannya saja, untuk bersama mengisi diri tentang keberagaman Indonesia dan budayanya, membuka hati dan pikiran untuk memahami film kami lebih jauh dengan menonton dan berdiskusi," tuturnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.