Sukses

Sektor Saham Batu Bara Paling Tertekan di Pasar Modal RI

Sektor saham batu bara paling mengalami tekanan sepanjang 2013. Hal itu seiring penurunan harga batu bara.

Harga batu bara yang masih tertekan pada 2013 membuat sektor saham batu bara paling mengalami tekanan sepanjang 2013. Sektor saham ini melemah 20,54% ke level 1.480 pada perdagangan saham Jumat pekan lalu.

Analis PT OSO Securities, Andri Goklas menuturkan, penurunan sektor saham batu bara dipengaruhi dua faktor utama. Pertama, penurunan harga batu bara cukup dalam pada 2013 berdampak terhadap saham batu bara.

Awal tahun 2013, harga batu bara sempat menyentuh harga US$ 70/ metrik ton (mt). Kedua, rencana pengurangan stimulus moneter Amerika Serikat (tapering) juga berimbas terhadap sektor saham batu bara.

"Isu tapering juga berdampak ke harga komoditas. Bila tidak ada likuiditas ke sektor keuangan maka berdampak terhadap permintaan batu bara. Investor pun melihat perlambatan ekonomi bagi konsumen batu bara seperti China dan Amerika Serikat," kata Andri, saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (26/11/2013).

Hal senada dikatakan Analis PT Trust Securities, Rheza Priyambada. Ia mengatakan, harga batu bara melemah berdampak harga kontrak batu bara. Bila tahun-tahun sebelumnya, harga batu bara di kisaran US$ 98-US$ 120 metrik ton, saat ini harga batu bara di kisaran US$ 80.

Sejumlah saham-saham unggulan batu bara pun cenderung turun. Saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) turun 47,72% menjadi Rp 3.450 per saham pada 22 November 2013 dari 2 Januari 2013 di kisaran Rp 6.600 per saham.

Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) turun 37,09% menjadi Rp 390 per saham pada 22 November 2013 dari 2 Januari 2013 sebesar Rp 620 per saham. Andri menilai, penurunan harga saham BUMI tidak hanya dipicu dari penurunan harga batu bara tetapi juga sentimen adanya konflik grup Bakrie dengan Rotschild juga berdampak terhadap harga saham BUMI.

Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) turun sekitar 32,18% menjadi Rp 1.180 per saham pada 22 November 2013 dari posisi 2 Januari 2013 sebesar Rp 1.740 per saham.

Saham PT Toba bara Sejahtera Tbk (TOBA) turun 44,69% menjadi Rp 730 per saham pada 22 November 2013 dari periode 2 Januari 2013 sebesar Rp 1.320 per saham. Saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) turun 29,9% menjadi Rp 11.600 pada 22 November 2013 dari posisi 2 Januari 2013 sebesar Rp 16.550 per saham.

Proyeksi Sektor Saham Batu Bara pada Akhir 2013

Meski sektor saham batu bara ini mengalami tekanan, sektor saham batu diproyeksikan menguat hingga akhir tahun 2013. Andri menilai, sektor saham batu bara termasuk sektor saham musiman. Jadi menjelang akhir tahun ini ada potensi menguat.

"Peluang sektor saham batu bara ini bagus pada akhir tahun. Harga batu bara cenderung menguat. Hal itu karena musim dingin yang terjadi membuat permintaan batu bara meningkat sehingga harga batu bara naik," kata Andri.

Rheza mengatakan, pergerakan sektor saham batu bara cenderung naik. Hal itu didukung dari harga batu bara yang menguat dan pelemahan rupiah juga dapat menguntungkan emiten batu bara.

Andri merekomendasikan buy untuk saham-saham batu dalam jangka pendek yaitu tiga bulan. "Untuk short term saya merekomendasikan buy," tutur Andri.

Adapun saham-saham yang dapat dicermati yaitu saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Analis PT Panin Sekuritas, Fajar Indra juga memproyeksikan, sektor saham batu bara sedikit membaik pada 2014. Hal itu didukung dari kenaikan harga batu bara meski persediaan masih besar. "Tekanan akan berkurang untuk batu bara pada 2014," ujar Fajar. (Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.