Sukses

Meneropong Prospek Saham Bank Besar pada Semester II 2024

Pengamat Pasar Modal, Lanjar Nafi menuturkan, sejumlah indikator utama yang mendukung prospek saham bank, salah satunya pertumbuhan kredit.

Liputan6.com, Jakarta - Saham perbankan dinilai masih bergairah pada paruh kedua 2024. Keyakinan itu sejalan dengan proyeksi pertumbuhan kredit perbankan yang akan sesuai target pertumbuhan Bank Indonesia (BI) sebesar 10%-12%.

Pengamat Pasar Modal, Lanjar Nafi menerangkan, beberapa saham perbankan yang memiliki bobot besar pada Indeks sektor keuangan sub sektor industri perbankan di antaranya saham BBRI, BBNI, BMRI, BBCA, BRIS, ARTO, BBTN. Dalam catatannya, mayoritas saham-saham bank memiliki pertumbuhan total pinjaman (Total Loan Growth) dengan rata-rata double digit pada laporan keuangan terakhir secara tahunan.

Rinciannya, BBRI sebesar 12.53 persen, BMRI sebesar 17,83 persen, BBCA sebesar 17,74 persen, BRIS sebesar 15,16 persen dan BBTN sebesar 14,84 persen.

"Hal ini menjadi modal yang kuat melihat prospek saham-saham perbankan besar di semester II tahun 2024,” kata Lanjar kepada Liputan6.com, Rabu (10/7/2024).

Beberapa indikator utama yang mendukung prospek positif tersebut di antaranya, pertama, pertumbuhan kredit yang signifikan menurut OJK secara keseluruhan di Indonesia.

Kemudian pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tercatat Rp 8.699 triliun pada Mei 2024, kualitas kredit yang terkendali dengan rasio kredit bermasalah (NPL) gross perbankan tetap stabil di 2,34 persen dan NPL net di 0,79 persen (di bawah 5 persen sebagai batas umum kesehatan perbankan), serta Kredit untuk sektor UMKM juga menunjukkan perbaikan dengan LaR kredit UMKM turun menjadi 13,83 persen dari 17,63 persen tahun sebelumnya.

 

 

2 dari 6 halaman

Pertumbuhan Kredit

"Pertumbuhan kredit yang tumbuh di tengah tingginya tingkat suku bunga acuan sebagai acuan meningkatnya cost of funding milik pihak ketiga (Peminjam) dapat mencerminkan bahwa prestasi kinerja perbankan yang telah berjalan dengan sangat baik dan pihak ketiga yang juga tetap optimis," ujar Lanjar.

Lanjar menjabarkan target harga saham median pada konsensus analis Bloomberg secara fundamental, rata-rata catatkan potensi penguatan lebih dari 10 persen per awal Juli 2024. BBRI di level 5.950. BMRI di level 7.400. BBCA di level 11.000. BRIS di level 2.900 dan BBTN di level 1.720.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

3 dari 6 halaman

Ekonomi Indonesia

Sebelumnya, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto optimistis kondisi Indonesia akan positif dan memprediksi ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia masih akan dipengaruhi oleh posisi nilai tukar rupiah yang semakin stabil dan potensi penurunan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate/FFR).

Di tengah situasi yang penuh tantangan, dia juga memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan akan sesuai target pertumbuhan BI sebesar 10%-12%. Kebijakan BI yang diambil saat ini berfungsi untuk mendukung stabilitas, dan Mirae Asset memperkirakan hal ini akan bertahan lebih lama dengan pengaruh dari volatilitas Rupiah yang semakin terjaga.

"Maka dari itu, kami memprediksi pertumbuhan PDB (pertumbuhan ekonomi) Indonesia menjadi 5,01% pada 2024 dan 5,02% pada 2025, karena kebijakan penurunan suku bunga yang kurang agresif dibanding perkiraan sebelumnya,” kata Rully.

Perekonomian global pada semester II/2024, lanjut Rully, diprediksi akan ditopang oleh AS dan India sebagai mesin pertumbuhan hingga tahun depan. Untuk AS, dia juga meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi negara Paman Sam akan moderat, didorong oleh dampak lambat dari pengetatan kebijakan moneter yang sangat agresif sejak 2022.

Sebagai faktor lain, dia meyakini ketidakpastian masih sangat tinggi dan sulit memprediksi berlanjutnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel. Ketegangan geopolitik di daerah lain, lanjutnya, dapat mendorong volatilitas jangka pendek, tetapi angka permintaan global masih lemah terutama karena lemahnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

 

4 dari 6 halaman

Menelisik Prospek Saham Emiten Bank BUMN

Sebelumnya, saham-saham dari emiten perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diyakini masih mempunyai prospek yang cerah ke depan. Lantas, bagaimana rekomendasi saham-nya? 

Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis menuturkan, saham-saham Bank BUMN masih memiliki prospek untuk kinerja positif mengingat pertumbuhan kredit masih tumbuh positif. 

Di sisi lain, meskipun terdapat potensi penurunan suku bunga ini juga tidak langsung membuat perbankan menurunkan suku bunga kreditnya biasanya perbankan akan lama menurunkannya. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang masih positif dan adanya momentum pemilu diharapkan juga bisa mendorong kredit konsumsi. 

"Kami merekomendasikan beli untuk saham BBRI dan BMRI dengan target 15%,” ujar Abdul kepada Liputan6.com, Senin (22/1/2024).

Sementara itu, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina menuturkan, untuk sektor perbankan secara umum masih dinilai overweight. Dari empat bank BUMN yang ada, pihaknya merekomendasikan saham BMRI dan BBRI. 

“Pemerintah terus mendorong perkembangan UMKM lebih pesat, dan BBRI yang paling banyak memiliki portofolio di UMKM ini akan diuntungkan,” kata Martha. 

Sedangkan, untuk BMRI dengan debitur utama dari korporasi juga akan diuntungkan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada tahun ini. Dengan rencana penurunan suku bunga diperkirakan akan mendorong permintaan kredit korporasi.

Alhasil, Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan saham BMRI dengan target harga Rp 6.900 per saham dan BBRI dengan target harga Rp 6.600 per saham. 

 

 

5 dari 6 halaman

Meneropong Prospek Saham Emiten Bank Digital pada 2024

Sebelumnya diberitakan, bank digital diyakini masih dapat berkembang dalam beberapa waktu ke depan. Ini mengingat, ceruk pasarnya masih besar. 

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menuturkan, data dari Bank Indonesia, jumlah penduduk Indonesia yang masih unbanked relatif besar, yaitu 97,7 juta orang (48% dari penduduk).

"Sehingga kami melihat hal ini akan menjadi potensi besar untuk pengembangan inklusi perbankan untuk jangka waktu yang panjang, khususnya melalui digital banking," ujar dia kepada Liputan6.com, Jumat (5/1/2024).

Selain itu, kemudahan masyarakat untuk mengakses yang dapat menjangkau wilayah Indonesia tanpa cara konvensional akan menjadi keunggulan bank digital dari sisi biaya.

Adapun beberapa sentimen yang mempengaruhi saham bank digital, yakni tingkat unbanked di Indonesia yang masih tinggi dan kemudahan akses, akan memberikan ruang untuk digital bank menjangkau masyarakat, secara khusus melalui UMKM.

Bagi para investor, ia merekomendasikan beli ARTO dengan target harga Rp 3.960 per saham dan BBYB dengan target harga Rp 688 per saham. 

 

 

6 dari 6 halaman

Ekspansi Bank Digital

Pengamat Pasar Modal Wahyu Tri Laksono mengatakan, saham bank digital potensial pada tahun ini meskipun bank konvensional seperti nya lebih baik terutama yang memiliki kapitalisasi besar. 

"Emiten bank digital potensial juga karena sentimen positif global yang juga mendukung bank konvensional," kata dia. 

Ia melanjutkan, pada 2023, sejumlah bank digital di Indonesia memiliki kinerja keuangan yang bagus dari sebelumnya. Walaupun mungkin harganya sudah tinggi, potensi bank digital masih jauh bisa berkembang didukung tren digitalisasi yang semakin berkembang di Indonesia.

"Seperti bank konvensional, bank digital akan melakukan ekspansi secara signifikan demi mempertahankan dana pihak ketiga dengan suku bunga yang cukup kompetitif. 

Bank digital masih bisa bertahan dan mengupayakan bagaimana konsumen tertarik kredit," imbuhnya. 

Terkait saham pilihannya, ia memilih saham BBHI dan ARTO untuk dapat dipertimbangkan oleh para investor.