Sukses

Delta Dunia Makmur Siapkan Belanja Modal hingga USD 190 Juta pada 2024

Direktur Delta Dunia Makmur (DOID), Dian Andyasuri mengatakan sebagian belanja modal 2024 akan digunakan untuk ramp up atau ekspansi site di Bayan.

Liputan6.com, Jakarta - PT Delta Dunia Makmur Tbk atau Delta Dunia Group (DOID) menganggarkan belanja modal atau Capital Expenditure (Capex) hingga USD 190 juta pada 2024. 

Direktur Delta Dunia Makmur, Dian Andyasuri mengatakan sebagian belanja modal 2024 akan digunakan untuk ramp up atau ekspansi site di Bayan. 

"Tahun ini kami akan ekspansi di site tambang Bayan, jadi setengah dari capex kami adalah untuk ramp up atau peningkatan produksi di sana,” kata Dian dalam acara Media Briefing, Selasa (19/3/2024).

Dian menambahkan di Indonesia yang paling besar itu site milik Bayan dan Adaro. Site tersebut masih terus tumbuh dengan cepat dan stabil tahun ini. Sedangkan di Australia, perseroan memiliki dua site baru, dan diharapkan masih akan tetap berkembang.

Sepanjang 2023, belanja modal perseroan turun 20% YoY, menjadi USD 121 juta atau setara Rp 1,8 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh keberhasilan penyelesaian beberapa proyek di Indonesia, sesuai dengan target 2023 sebesar USD 105 juta atau setara Rp 1,6 triliun hingga USD 145 juta 2,2 triliun. Mempertahankan pengendalian yang ketat atas belanja modal tetap menjadi prioritas Group.

 Mengutip data RTI, pada penutupan perdagangan saham Selasa, 19 Maret 2024, saham DOID turun 0,93 persen ke posisi Rp 424 per saham. Saham DOID dibuka naik dua poin ke posisi Rp 430 per saham. Saham DOID berada di level tertinggi Rp 436 dan terendah Rp 418 per saham. Total frekuensi perdagangan 3.512 kali dengan volume perdagangan 157.790 saham. Nilai transaksi Rp 6,7 miliar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kinerja 2023

Sebelumnya diberitakan, PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), perusahaan induk dari PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), BUMA Australia Pty Ltd (BUMA Australia), PT Bukit Teknologi Digital (B-TECH), dan PT BISA Ruang Nuswantara (BIRU), mengumumkan kinerja keuangan 2023.

PT Delta Dunia Makmur Tbk mencatatkan laba bersih sebesar USD 36 juta atau setara Rp 563,2 miliar (asumsi kurs Rp 15.646 per dolar AS) sepanjang 2023 meningkat 26% dari tahun sebelumnya 

Pendapatan perseroan naik 18 persen menjadi USD 1,8 miliar pada 2023 dari periode 2022 sebesar USD 1,5 miliar. Sepanjang 2023, Delta Dunia Group menunjukkan kinerja yang memecahkan rekor dalam hal overburden removal, pendapatan, dan EBITDA, melebihi target yang ditetapkan Group untuk tahun tersebut.

Kinerja ini sebagian besar didorong oleh rekor overburden removal yang meningkat sebesar 14% YoY, dan volume produksi di Indonesia (naik 10% YoY) dan Australia (naik 28% YoY). 

 

3 dari 4 halaman

Sejumlah Kontrak

Hal ini didukung oleh peningkatan signifikan dari keberhasilan memperoleh sejumlah kontrak, termasuk tambang Saraji dan Burton milik BMA (BHP dan Mitsubishi Alliance) di Australia.

Cash costs (biaya tunai), tidak termasuk bahan bakar per bcm, meningkat 8%, sebagian besar didorong oleh peningkatan volume di BUMA Australia untuk memenuhi permintaan pelanggan. Biaya karyawan dan biaya suku cadang termasuk bahan untuk ban, serta aktivitas pengeboran & peledakan juga meningkat karena tekanan inflasi. 

Namun demikian, peningkatan ini sebagian diimbangi oleh upaya berkelanjutan Group dalam mendorong efisiensi biaya melalui teknologi dan keunggulan operasional. Capital Expenditure/capex (belanja modal) turun 20% YoY, menjadi USD 121 juta atau setara Rp 1,8 triliun. 

Penurunan ini disebabkan oleh keberhasilan penyelesaian beberapa proyek di Indonesia, sesuai dengan target 2023 sebesar USD 105 juta atau setara Rp 1,6 triliun hingga USD 145 juta 2,2 triliun. Mempertahankan pengendalian yang ketat atas belanja modal tetap menjadi prioritas Group.

 

4 dari 4 halaman

Permintaan Batu Bara

Direktur Delta Dunia Group, Dian Andyasuri menekankan transformasi strategis dari bauran produk perusahaan sebagai tanggapan atas pergeseran global menuju ekonomi rendah karbon. 

"Saat kami beradaptasi dengan penurunan permintaan batu bara termal, kami memanfaatkan permintaan kuat untuk batu bara metalurgi, yang terus menjadi bahan penting untuk produksi baja. Transisi terencana ini merupakan landasan strategi diversifikasi kami, yang telah membuahkan hasil yang substansial,” kata Dian dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (18/3/2024).

Dian menambahkan, batu bara metalurgi dan infrastruktur saat ini mewakilkan 19% dari pendapatan, mengarahkan perseroan pada tujuan mengurangi ketergantungan pada batu bara termal menjadi 50% pada 2028.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini