Sukses

Window Dressing, Saham Ini Dapat Dilirik Investor

Praktisi Pasar Modal, William Hartanto mengatakan, window dressing tahun ini sedang berlangsung. Ciri-ciri utama yang bisa dicermati yakni tren Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terpantau naik.

Liputan6.com, Jakarta - Jelang akhir tahun, pasar modal biasanya akan memasuki window dressing. Secara garis besar, window dressing merupakan strategi yang digunakan oleh suatu perusahaan dan manajer investasi untuk menarik investor. Yakni dengan cara mempercantik laporan atau kinerja keuangan dan portofolio bisnis yang dimilikinya.

Praktisi Pasar Modal, William Hartanto mengatakan, window dressing tahun ini sedang berlangsung. Ciri-ciri utama window dressing yang bisa dicermati yakni tren Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terpantau naik.

"Window dressing sudah berjalan. Ciri-cirinya ada dua. IHSG yang naik, atau jumlah saham yang naik lebih banyak dibanding yang menurun. Dalam kondisi ini berarti tidak ada reaksi atau kondisi pergerakan IHSG yang signifikan," terang William kepada Liputan6.com, Jumat (22/12/2023).

Pada window dressing kali ini, sejumlah saham jagoan William yakni Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), Trans Power Marine Tbk (TPMA), Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG). "Saham-saham itu direkomendasikan beli," imbuh William.

Head of Research Team Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Robertus Hardy memprediksi IHSG masih memiliki potensi penguatan pasar signifikan akibat aksi mempercantik portofolio oleh investor besar (window dressing) akhir tahun atau biasa disebut Santa Claus Rally, terutama pada beberapa saham unggulan (blue chip).

"Saham-saham unggulan masih memiliki valuasi yang cukup menarik untuk kembali diakumulasi. Beberapa dari saham tersebut adalah PT Astra International Tbk (ASII), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)," ujar Robertus.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Window Dressing

Melansir laman instagram @indonesiastockexchange, window dressing adalah salah satu fenomena di pasar modal, di mana harga saham secara umum mengalami kenaikan menjelang akhir tahun. Berdasarkan data 10 tahun terakhir, return IHSG tiap bulan Desember cenderung positif kecuali pada 2022. Fenomena window dressing dapat menjadi peluang menarik bagi para investor untuk berinvestasi di pasar modal. Namun para investor sebaiknya tetap berhati-hati dalam memanfaatkan momen ini.

Beberapa langkah antisipatif yang bisa dilakukan agar cuan maksimal yakni lakukan analisis. "Investor wajib melakukan analisis terlebih dahulu pilihan saham sebelum membeli agar dapat benar-benar memilih perusahaan dengan fundamental yang bagus untuk jangka panjang," tulis akun tersebut.

Faktor lain yang menjadi pijakan analisis di antaranya kinerja terbaru dan histori pergerakan harga saham. Tak kalah penting, kondisi sektor perusahaan tercatat dan perkembangan makro ekonomi terkini perlu dipertimbangkan. Takar pula kesesuaian strategi dengan tujuan investasi.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

3 dari 4 halaman

Melihat Potensi Window Dressing Jelang Akhir 2023

Sebelumnya diberitakan, kinerja pasar modal jelang akhir tahun diperkirakan tumbuh positif. Hal ini seiring dengan adanya sejumlah sentimen yang akan mengangkat kinerja pasar modal. 

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menuturkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung dibayangi sentimen positif pada Desember ini. Sebab, situasi dan kondisi baik itu dari global maupun domestik masih relatif sangat kondusif.

"Kita lihat saja misalnya sentimen terkait dengan tensi geopolitik, misalnya yang terjadi antara Rusia versus Ukraina, maupun juga Israel versus Hamas sudah relatif mereda," kata Nafan kepada Liputan6.com, dikutip Sabtu (2/12/2023).

Selain itu, Bank Sentral AS atau the Fed diprediksi akan menahan kenaikan suku bunga. Sehingga, ada potensi IHSG pada Desember bisa ditutup di zona positif.

"Kalau di bulan Desember memang semestinya potensi terjadinya window dressing, maupun juga terkait dengan Santa Claus Rally Effect, ya itu juga semestinya juga bisa terjadi," kata dia. 

Dia juga melihat situasi dan kondisi serta kemanan politik secara domestik masih kondusif untuk pasar. Bahkan, perekonomian Indonesia pada kuartal IV 2023 berpotensi tumbuh positif. 

Secara fundamental makro ekonomi domestik sangat solid dan pemilu juga bisa merangsang daya beli masyarakat maupun juga pemerintah.

"Jadi, ini juga bisa mendukung atau bisa menjadikan sentimen positif, jadi memang ya semestinya fenomena window dressing juga center close rally di Desember. Bahkan rebalancing MSCI ini juga semestinya bisa ya, bisa berpotensi menjadi sentimen positif ya untuk IHSG yang di akhir tahun ini ya," ujarnya. 

Bagi para investor, ia merekomendasikan saham BBNI, BBCA, BBRI, TLKM, INDF, ICBP, CPIN, JPFA, MDKA dan PTPA untuk dapat dipertimbangkan dalam periode tersebut.

 

4 dari 4 halaman

Data Pendukung

Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Lanjar Nafi melihat arah kebijakan bank sentral AS atau the Fed mulai jelas dengan data-data yang relatif mendukung.

Misalnya, perlambatan ekonomi yang terlihat pada indeks manufaktur terkontraksi, daya beli yang terlihat melambat dengan PCE deflator secara inti turun dibawah ekspektasi dan inflasi yang terlihat terkendali. 

Alhasil, investor mulai bersiap melakukan akumulasi saham-saham yang sangat sensitif dengan suku bunga, seperti infrastruktur, teknologi, perbankan dan konsumer non-primer.

"IHSG berpotensi melaju le level 7.300 secara optimis apabila kuat setelah mencapai target penguat pola inverted head and shoulders di 7.090an," kata dia.

Menurut ia, potensi penguatan pada Desember ini masih memiliki peluang yang besar. Sebab, kondisi 2023 berbeda seperti 2022, harga komoditas lebih ramah, tensi geopolitik mulai mereda, era pemangkasan suku bunga mulai terlihat dan kondisi bisnis juga membaik.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.