Sukses

Penghimpunan Dana di Pasar Modal Sentuh Rp 204,14 Triliun, Lampaui Target 2023

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menuturkan, penghimpunan dana di pasar modal masih tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana di pasar modal menyentuh Rp 204,14 triliun dengan emiten baru tercatat sebanyak 68 emiten hingga 27 Oktober 2023. 

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menuturkan, penghimpunan dana di pasar modal masih tinggi. Bahkan, penghimpunan dana per Oktober ini telah memenuhi capaian target pada 2023, yakni Rp 200 triliun. 

"Sementara itu, pipeline penawaran umum masih terdapat 97 dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp 54,48 triliun yang diantaranya merupakan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 65 perusahaan," kata Inarno dalam dalam konferensi pers RDK OJK, Senin (30/10/2023).

Terkait rinciannya, terdapat 65 perusahaan antre IPO di pasar modal dengan nilai sebesar Rp 11,34 triliun. Kemudian, PUT sebanyak 14 penawaran umum dengan nilai sebesar Rp 23,93 triliun. 

Adapun penerbitan EBUS sebanyak 12 dengan nilai sebesar Rp 16,01 triliun dan sisanya penerbitan PUB EBUS sebanyak 6 perusahaan dengan nilai sebesar Rp 3,20 triliun. 

Sedangkan, untuk penghimpunan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UKM, hingga 27 Oktober 2023 telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 467 Penerbit, 164.210 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp1,01 triliun.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Aliran Dana Investor Asing yang Keluar dari Pasar Modal

Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan outflow atau modal investor asing yang keluar sebesar Rp 6,37 triliun hingga 27 Oktober 2023. Angka itu meningkat dari akhir September 2023 sebesar Rp 4,06 triliun. 

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menuturkan, seiring pelemahan pasar saham global, pasar saham Indonesia sampai dengan 27 Oktober 2023 melemah sebesar 2,61 persen month to date (mtd) ke level 6.758,79 di mana September 2023 6.939,89. 

"Non-residen mencatatkan outflow sebesar Rp 6,37 triliun month to date," kata Inarno dalam konferensi pers RDK OJK, Senin (30/10/2023). 

Sejalan dengan aksi keluarnya dana asing, Indeks Harga Saham Gabungan pun tertekan. Secara year to date (ytd), IHSG melemah sebesar 1,34 persen dengan non-residen membukukan net sell sebesar Rp 11,61 triliun dibandingkan September 2023 net sell sebesar Rp 5,24 triliun ytd.

Di sisi likuiditas, rata-rata nilai transaksi pasar saham di Oktober 2023 turun menjadi Rp 10,32 triliun secara mtd dan secara ytd  sebesar Rp 10,47 triliun dibandingkan September 2023 sebesar 2023 sebesar Rp 11,36 triliun dan juga Rp 11,49 triliun secara ytd.

Sejalan dengan pergerakan global, pasar SBN hingga akhir Oktober 2023 membukukan outflow investor asing sebesar Rp 13,63 triliun secara mtd dibandingkan dengan September 2023 outflow sebesar Rp 23,3 triliun. Adapun pasar obligasi melemah 1,38 persen secara mtd, namun secara ytd masih menguat 4,45 persen. 

3 dari 4 halaman

Bos OJK Wanti-Wanti Ketidakpastian Ekonomi 10 Tahun ke Depan, Indonesia Aman?

Sebelumnya diberitakan, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mewanti-wanti kondisi ketidakpastian ekonomi global. Dia memprediksi keadaan tersebut akan jadi tantangan sekitar 5-10 tahun mendatang.

"Nampaknya kita bisa memahami bahwa banyak prakiraan dan prediksi mengenai pertumbuhan dan kondisi kesehatan ekonomi internasional nampaknya ke depan akan semakin penuh tantangan dan dipenuhi oleh ketidakpastian serta volatilitas, yang mau tidak mau menjadi realita yang harus kita hadapi dalam 5 bahkan mungkin 10 tahun ke depan," jelas  Mahendra Siregar dalam Puncak Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2023, di Yogyakarta, Sabtu (28/10/2023).

Di sisi lain, Mahendra melihat prediksi tak stabilnya ekonomi global itu tak berpengaruh pada beberapa negara, salah satunya adalah Indonesia. Bahkan, ekonomi Indonesia diprediksi malah menguat.

"Namun sebaliknya semua prakiraan dari lembaga internasional, multilateral dan tentu juga nasional justru menunjukkan bahwa pada kondisi yang demikian hanya ada sedikit sekali negara yang pertumbuhan ekonominya justru akan menguat dan salah satunya dari yang sedikit itu adalah Indonesia," ungkapnya.

Mahendra mengungkap satu hal yang membuat ekonomi Indonesia tetap kuat adalah pasar dalam negeri yang juga kuat. Artinya, tingkat konsumsi dalam negeri Indonesia yang bisa jadi penopang.

"Apa itu pasar ekonomi dan potensi dalam negeri yang kuat? yaitu adalah pasar ekonomi, pertumbuhan, potensi yang ada di daerah-daerah, seluruh daerah yang ada di Indonesia," kata dia.

4 dari 4 halaman

Peningkatan Inklusi Keuangan di Daerah

Mahendra mengatakan, kunci dari keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia memiliki titik perhatian di daerah. Kemudian, hal ini juga bisa didukung oleh peningkatan inklusi keuangan di daerah.

"Kita diingatkan lagi kunci dari keberlanjutan pertumbuhan dan bahkan penguatan ekonomi kita adalah seberapa mampu kita mendorong pertumbuhan di daerah-daerah tadi," ujar dia.

"Dengan juga memperhatikan aspek inklusi dan literasi yang akan menjamin bahwa pertumbuhan tadi itu akan lebih berkelanjutan untuk waktu yang lebih panjang," Mahendra menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini