Sukses

Kekayaan Perempuan Terkaya di Indonesia Dewi Kam Merosot USD 356 Juta

Dewi Kam saat ini berada di posisi ke-10 sebagai orang terkaya di Indonesia berdasarkan data Forbes World Billionaire Real Time per 6 Juni 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Dewi Kam, menjadi satu-satunya nama yang bertengger dalam jajaran orang terkaya di Indonesia. Namun, baru-baru ini kekayaan Dewi Kam turun sekitar USD 356 juta, dan tersisa USD 3,2 miliar atau sekitar Rp 46,14 triliun (kurs Rp 14.884,95 per USD).

Dengan total kekayaan tersebut, Dewi Kam saat ini berada di posisi ke-10 sebagai orang terkaya di Indonesia berdasarkan data Forbes World Billionaire Real Time per 6 Juni 2023. Padahal, Dewi Kam sempat menduduki posisi ke-8, menyalip Bos Alfamart Djoko Susanto dan Keluarga Tahir pada April lalu.

Saat itu, kekayaannya ditaksir mencapai USD 4,3 miliar. Dewi Kam merupakan seorang pengusaha. Sebagian besar kekayaan Dewi berasal dari saham minoritas di perusahaan tambang batu bara Bayan Resources Tbk (BYAN) di Indonesia. pada perdagangan hari ini, Selasa 6 Juni 2023, saham BYAN turun 9 persen ke posisi 13.400.

Melansir data RTI, saham BYAN dibuka pada posisi 14.735 dan bergerak pada rentang 13.400-15.572. Frekuensi perdagangan saham BYAN tercatat sebanyak 2.542 kali. Volume saham yang diperdagangkan yakni q,46 juta senilai Rp 21,5 miliar. Dalam sepekan, harga saham BYAn turun 26,17 persen. Namun dalam setahun terakhir, harga saham BYAn masih tumbuh 196,46 persen.

Selain menjadi pemegang saham BYAN, Dewi Kam juga memiliki kepentingan dalam pembangunan dan pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Dalam laporan Indonesia Corruption Watch (ICW), Dewi Kam juga terdaftar sebagai pemilik PT Sumbergas Sakti Prima, pemegang saham PT Sumber Energi Sakti Prima. PT Sumber Energi Sakti Prima adalah perusahaan yang kepemilikan akhirnya dikuasai oleh Dewi Kam dan Richard Jasin.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sekilas Profil

Dewi Kam dan Richard Jasin adalah pemilik PT Sumbergas Sakti Prima, yang menguasai 91 persen saham PT Sumber Energi Sakti Prima. Adapun 9 persen saham PT Sumber Energi Sakti Prima dikuasai oleh Racecourse Investments Ltd. Dewi Kam juga tercatat sebagai pemilik PT Sumbergas Sakti Prima dengan porsi 91 persen. Namanya tercatat dalam database offshore leaks ICIJ. Bersama dengan Mohamad Abdullah Jasin, dia terafiliasi dengan dua perusahaan yang berdomisili di British Virgin Islands dan Samoa.

Tak hanya itu, Dewi merupakan pemegang saham Birken Universal Corporation dan Direktur Savill Universal Ltd yang berlokasi di British Virgin Islands, dan pemegang saham Overseas Finance Ltd yang bertempat di Samoa. Wanita berusia 72 tahun ini juga diketahui merupakan nominee director Execorp Limited, dan nominee Shareholder Portcullis Nominees (BV) Limited, dan Sharecorp Limited.

Pada 2006, Dewi turut hadir ketika Indonesia dan Cina melakukan kesepakatan kontrak proyek energi sebesar USD 3,56 triliun dalam kapasitasnya sebagai Presiden Komisaris PT Sumber Gas Sakti Prima. Dari kerja sama itu, dia berhasil mengantongi kontrak proyek Coal Based Chemical Plant di Balocci, Pangkep, Sulawesi Selatan dengan nilai USD 687 juta.

3 dari 4 halaman

Indonesia Mulai Transisi Energi, Bayan Resources Pantau Peluang Ekspor

Sebelumnya, salah satu perusahaan pertambangan batu bara terbesar di Indonesia, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) optimistis memiliki prospek yang cukup cerah dalam masa transisi energi.

Indonesia menargetkan nol emisi pada 2060. Sembari menunggu waktu itu tiba, Direktur PT Bayan Resources Indonesia Tbk Alexander Ery Wibowo mengatakan bahwa Indonesia masih membutuhkan sumber energi listrik berbasis batu bara.

Di sisi lain, hilirisasi batu bara sebagai upaya diversifikasi bisnis usai 2060 juga membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sebentar.

"Kekayaan alam batu bara di Indonesia pada 2022 91,8 miliar ton, ini kekayaan alam yang baik penambang bisa manfaatkan dengan fungsi yang beda-beda. Seperti untuk kelistrikan untuk industri lainnya seperti hilirisasi memang butuhkan waktu dan teknologi. Kebetulan kondisi pasar belum menunjang secara keekonomiannya untuk investasi dalam skala besar. Tapi dengan potensi sumber daya batu bara yang ada, seiring waktu sampai 2060 kami percaya nanti akan ada perkembangan teknologi yang bisa tercapai,” kata dia dalam  CNBC Green Economic Forum, Senin (22/5/2023).

Di sisi lain, Alex mengatakan permintaan global untuk produk batu bara masih tinggi. Sehingga ini menjadi peluang lain saat nanti permintaan batu bara dalam negeri mulai menipis. Di samping itu, lini usaha perseroan tidak hanya terpaku pada aktivitas pertambangan, melainkan juga akomodasi dari sisi logistik. Sehingga perseroan optimis dapat bertahan lebih lama.

Sebelum batu bara banyak dialokasikan untuk ekspor, Alex memperkirakan peluang yang bisa dimanfaatkan pelaku usaha batu bara adalah melakukan diversifikasi atau hilirisasi batu bara menjadi produk petrokimia. Namun, untuk saat ini, perseroan juga berkomitmen untuk turut memprioritaskan kebutuhan dalam negeri. “Setidaknya apabila tidak diperlukan lagi, maka saat ini prediksi bisa dimanfaatkan untuk industri petrokimia,” imbuh dia.

 

 

4 dari 4 halaman

Kinerja 2022

Sebelumnya, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) mengumumkan kinerja keuangan hingga akhir 2022. Perseroan membukukan pendapatan USD 4,70 miliar atau Rp 72,70 triliun (asumsi kurs Rp 15.458 per dolar AS) naik 64,91 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya USD 2,85 miliar.

Hingga akhir 2022, Bayan Resources mengantongi laba bersih sebesar USD 2,17 miliar atau Rp 33,67 triliun. Laba bersih perseroan meningkat 79,33 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 1,21 miliar.

Mengutip laporan keuangan Bayan Resources, Jumat (10/3/023), beban pokok pendapatan hingga akhir 2022 mencapai USD 1,54 atau meningkat 40 persen dari realisasi sebelumnya sebesar USD 1,10 miliar.

Dengan demikian, laba bruto Bayan Resources melesat 81,60 persen menjadi USD 3,16 miliar pada 2022 dari USD 1,74 miliar pada 2021. Perseroan juga mencatatkan kenaikan laba tahun berjalan 82,53 persen menjadi USD 2,30 miliar pada 2022 dari tahun sebelumnya USD 1,26 miliar.

Sementara itu, aset perseroan senilai USD 3,94 miliar hingga akhir 2022 naik dari akhir tahun lalu sebesar USD 2,43 miliar. Kemudian, liabilitas BYAN USD 1,95 miliar hingga akhir 2022 naik dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 570,80 juta.

Sedangkan, ekuitas perseroan tercatat sebesar USD 1,99 miliar hingga akhir 2022 meningkat dari akhir tahun lalu USD 1,86 miliar.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini