Sukses

Tower Bersama Infrastructure Serap Pembelian Kembali Saham Rp 882,59 Miliar

PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) merealisasikan buyback saham dengan harga rata-rata Rp 2.797 per saham.

Liputan6.com, Jakarta - PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menyampaikan terkait hasil pembelian kembali (buyback) saham periode 1 pada 25 Juli - 12 Oktober 2022 dan periode 2 pada 13 Oktober 2022 - 12 Januari 2023 sebanyak 368.740.400 saham.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, ditulis Kamis (19/1/2023), jumlah saham yang dibeli kembali oleh Tower Bersama Infrastructure pada periode 1 (25 Juli - 12 Oktober 2022 sebanyak 47.141.400 saham dengan harga rata-rata pembelian Rp 2.797.

Kemudian, jumlah saham yang dibeli kembali pada periode 2 (13 Oktober 2022 - 12 Januari 2023) sebanyak 321.599.000 saham dengan harga rata-rata pembelian Rp 2.334.

Direktur Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso menjelaskan, persentase jumlah nominal saham yang dibeli dari seluruh jumlah yang akan dibeli sebesar 54,25 persen.

"Jumlah dana yang telah digunakan dalam pembelian kembali saham pada periode 1 senilai Rp 131,87 miliar," tulis Helmy, ditulis Jumat, 20 Januari 2023.

Kemudian, jumlah dana yang telah digunakan dalam pembelian kembali saham pada periode 2 senilai Rp 750,72 miliar. Dengan demikian, jumlah pembelian kembali saham secara keseluruhan sebanyak Rp 882,59 miliar.

Sebelumnya, Tower Bersama Infrastructure berencana melakukan pembelian kembali sebanyak-banyaknya 679.709.900 saham dengan menyiapkan dana maksimal Rp 2 triliun. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kinerja TBIG hingga Kuartal III 2022

Sebelumnya, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) membukukan kinerja keuangan positif hingga September 2022. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba hingga kuartal III 2022.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Kamis (24/11/2022), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk mencatat pendapatan Rp 4,92 triliun hingga kuartal III 2022. Pendapatan perseroan naik 7,89 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,56 triliun. Beban pokok pendapatan bertambah 24,26 persen menjadi Rp 1,41 triliun hingga kuartal III 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,13 triliun.

Dengan demikian, laba kotor Rp 3,51 triliun hingga kuartal III 2022. Laba kotor naik 2,46 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,42 triliun. Beban usaha bertambah 7,75 persen menjadi Rp 343,32 miliar hingga kuartal III 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 318,67 miliar.

Laba dari operasi naik 1,9 persen menjadi Rp 3,16 triliun hingga kuartal III 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,10 triliun. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk meraup laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,22 triliun hingga September 2022. Laba bersih tumbuh 13,1 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,08 triliun.

Laba bersih per saham dasar yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk Rp 55,02 hingga kuartal III 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 49,97.

Total ekuitas perseroan tercatat Rp 13,18 triliun hingga September 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 9,78 triliun. Total liabilitas perseroan mencapai Rp 30,22 triliun hingga kuartal III 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 32,08 triliun.

Total aset naik menjadi Rp 43,40 triliun hingga kuartal III 2022 dari periode Desember 2021 sebesar Rp 41,87 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 709,88 miliar hingga September 2022.

 

3 dari 4 halaman

Penyewaan Menara

Mengutip keterangan tertulis, Tower Bersama Infrastructure memiliki 40.691 penyewaan dan 21.666 sites telekomunikasi per 30 September 2022. Sites telekomunikasi milik perseroan terdiri dari 21.553 menara telekomunikasi dan 113 jaringan DAS. Dengan total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 40.578, rasio kolokasi atau tenancy ratio perseroan menjadi 1,88 kali.

CEO Tower Bersama Infrastructure, Hardi Wijaya Liong menuturkan, hingga September 2022, perseroan telah menambahkan 2.017 penyewaan ke dalam portofolio yang terdiri dari 1.173 sites telekomunikasi dan 844 kolokasi.

"Penambahan penyewaan bersih dari grup lebih rendah terutama karena penghentian sewa dari Sampoerna Telecom di awal,” ujar dia.

Ia menambahkan, pihaknya juga mencapai kesepakatan komersial untuk pembaruan penyewaan yang merupakan bagian dari transaksi penjualan dan penyewaan kembali pada 2012 dengan IOH yang berakhir pada Agustus 2022.

"Kami terus melakukan roll-out untuk pelanggan kami para operator telekomunikasi dan selain pesanan kami untuk menara dan kolokasi baru, kami telah melihat peningkatan pesanan build-to-suit untuk serat optik,” tutur dia.

 

4 dari 4 halaman

Utang Perseroan

Per 30 September 2022, total pinjaman kotor perseroan, jika bagian pinjaman dalam mata dolar AS yang telah dilindung nilai diukur dengan memakai kurs lindung nilainya sebesar Rp 26.385 miliar dan total pinjaman senior sebesar Rp 2.664 miliar.

Dengan saldo kas yang mencapai Rp 710 miliar, total pinjaman bersih menjadi Rp 25.675 miliar dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) perseroan menjadi Rp 1.954 miliar. Menggunakan EBITDA kuartal III 2022 yang disetahunkan, rasio pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,6 kali.

Sementara itu, CFO Tower Bersama Infrastructure Yusman Santoso menuturkan, per akhir kuartal III 2022, 90 persen dari utang perseroan adalah obligasi berbunga tetap dalam mata uang lokal dan asing.

“Kami juga memiliki lindung nilai tambahan untuk suku bunga untuk melindungi pinjaman dengan suku bunga mengambang yang tersisa. Kami telah melihat biaya pembiayaan menyeluruh kami terus menurun menjadi 6,2 persen dari 7 persen pada akhir tahun 2021,” ujar dia.

Ia menambahkan, perseroan tidak memiliki amortisasi utang yang material selama 24 bulan ke depan.

"Kami berharap untuk tetap relatif terlindungi dari situasi kenaikan suku bunga,” tutur dia.

Helmy menuturkan, meskipun pendapatan sembilan bulan telah meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, pada kuartal ketiga, perseroan telah melihat penurunan pendapatan bulanan dari IOH.

"Karena berakhirnya kontrak pendapatan USD kami yang merupakan bagian dari transaksi 2012 kami dengan IOH. Namun, sebagai bagian dari perjanjian, pendapatan kontrak kami yang telah terkunci telah meningkat. Kami terus bekerja bersama IOH saat mereka mengoptimalkan jaringan mereka dan memperluas jangkauan mereka di seluruh Indonesia," ujar dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.