Sukses

Meneropong Potensi January Effect pada 2023

Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei menuturkan, January Effect memang menjadi harapan para investor.

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki awal tahun, sentimen January Effect menjadi harapan bagi investor. Seperti diketahui? January Effect ini merupakan pola keadaan pasar modal seiring harga saham cenderung menguat pada dua minggu pertama Januari.

Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei menuturkan, January Effect memang menjadi harapan para investor. Namun, untuk kondisi saat ini memang dari saham-saham bluechip yang sudah terkoreksi cukup dalam karena aksi jual investor asing, dapat dijadikan peluang untuk buy on weakness atau beli saat koreksi.

"Selain saham-saham bluechip seperti BBCA,BBRI BBNI, TLKM dan lainnya, saat ini sektor yang dapat dicermati yaitu consumer (cyclical dan non-cyclical) dan telekomunikasi," kata Jono saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Rabu (4/1/2023).

Jono prediksi, untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di level 6.950 menjadi acuan untuk kemudian kembali ke level psikologis 7.000 pada bulan ini.

Sementara itu, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM mengatakan, January Effect bisa saja terjadi karena biasanya saham saham kapitalisasi kecil (small cap) akan punya potensi naik, jika kondisi makro sedang tidak menguntungkan.

Roger menyebutkan, terdapat beberapa sektor saham yang bisa dicermati, antara lain pemain emas (gold player) karena tendensi adanya kemungkinan resesi, dan juga konstruksi dengan isu Ibu Kota Negara (IKN) baru. Untuk IHSG, Roger prediksi di kisaran 6.739 - 6.953 dengan potensi bullish 7.084.

Sedangkan, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, akan terjadi January Effect pada 2023.

"Menurut saya akan ada January Effect karena kalau kita lihat mtd untuk bulan December berdasarkan penutupan harga Desember, 2022 IHSG mengalami penurunan -2,29 persen," kata Arjun. 

 

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Faktor Lainnya

Hal itu terjadi karena beberapa saham kapitalisasi besar (big cap) maupun di sektor yang kondusif saat ini seperti sektor perbankan dan energi mengalami koreksi harga saham secara bulanan.

Misalnya, emiten perbankan yang masuk big four dan saham blue chip energi antara lain ADRO, BYAN, dan lainnya. Saham perbankan big four  mencapai harga all time high di awal pekan bulan ini. Setelah itu investor mulai melakukan aksi profit taking dan saham mengalami koreksi harga. 

Alhasil, hal tersebut menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan penurunan IHSG bulan ini, karena emiten tersebut mempunyai salah satu bobot terbesar di IHSG. 

"Kalau kita lihat saham energi seperti ADRO dan PGAS juga mengalami koreksi bulan ini dan menurut saya semua ini bisa mengalami rebound pada Januari karena fundamentalnya untuk emiten tersebut solid dan mereka masih undervalued dibandingkan sama emiten rata-rata di sektor mereka," ujar dia.

3 dari 4 halaman

Penutupan IHSG pada 4 Januari 2023

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan saham Rabu, (4/1.2023). Mayoritas indeks sektor saham tertekan dengan sektor energi memimpin koreksi.

Mengutip data RTI, IHSG anjlok 1,1 persen ke posisi 6.813,23. Indeks LQ45 anjlok 1,27 persen ke posisi 928,53. Seluruh indeks acuan kompak tertekan. Pada Rabu pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.900,60 dan terendah 6.813,23. Sebanyak 369 saham melemah sehingga menekan IHSG. 164 saham menguat dan 173 saham lainnya diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.194.895 kali dengan volume perdagangan 17 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 9,7 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.598.

Indeks sektor saham (IDX-IC) mayoritas berada di zona merah kecuali sektor saham teknologi naik 0,24 persen. Sementara itu, sektor saham energi merosot 3,2 persen, dan pimpin koreksi. Diikuti sektor saham basic tergelincir 0,51 persen, sektor saham industri tertekan 2,12 persen, dan sektor saham nonsiklikal terpangkas 0,25 persen.

Selain itu, sektor saham siklikal merosot 0,80 persen, sektor saham kesehatan susut 1,78 persen, sektor saham keuangan terpangkas 0,63 persen, sektor saham properti turun 1,04 persen, sektor saham infrastruktur melemah 1,01 persen dan sektor saham transportasi turun 1,54 persen.

4 dari 4 halaman

Bursa Saham Asia pada 4 Januari 2023

Bursa saham Asia Pasifik pada perdagangan Rabu, 4 Januari 2023 bervariasi. Indeks Hang Seng Hong Kong pimpin penguatan di bursa saham Asia Pasifik seiring investor menanti risalah the Federal Reserve (the Fed).

Indeks Hang Seng Hong Kong bertambah 3,08 persen dan memimpin penguatan di Asia Pasifik. Indeks Hang Seng teknologi mendaki lebih dari 3,08 persen. Di bursa saham China, indeks Shanghai naik 0,22 persen ke posisi 3.123,52. Indeks Shenzhen melemah 0,2 persen ke posisi 11.095,37.

Indeks ASX 200 mendaki 1,63 persen ke posisi 7.059,2. Indeks Kospi Korea Selatan mendaki 1,79 persen ke posisi 2.255,98. Indeks Kosdaq melemah 1,29 persen ke posisi 683,67.

Indeks Nikkei 225 melemah 1,44 persen ke posisi 25.716,86. Indeks Topix merosot 1,22 persen ke posisi 1.868,15 seiring indeks manufaktur Jepang pada Desember melemah sehingga masuk teritori kontraksi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.