Sukses

Japan Tobacco hingga Coca Cola HBC Tutup Pabrik di Ukraina

Banyak perusahaan yang eksposure ke Rusia sedang menunggu kejelasan lebih lanjut tentang sanksi barat dan menilai dampak dari sanksi yang sudah diumumkan.

Liputan6.com, Jakarta - Produsen bir Carlsberg, Japan Tobacco dan kemasan Coca-Cola termasuk di antara perusahaan yang menutup pabrik di Ukraina pada Kamis, 24 Februari 2022 setelah invasi Rusia.

Sementara itu, UPS dan FedEx menangguhkan layanan di dalam dan luar negeri. Ukraina menutup wilayah udaranya saat pasukan Rusia menyerang pada diri membuat maskapai murah Wizz Air berusaha evakuasi awaknya yang berbasis di Ukraina, keluarga dan empat pesawat yang terjebak di Kiev dan Lviv.

Banyak perusahaan yang eksposure ke Rusia sedang menunggu kejelasan lebih lanjut tentang sanksi barat dan menilai dampak dari sanksi yang sudah diumumkan. Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengumumkan gelombang tindakan yang menghambat kemampuan Rusia untuk melakukan bisnis terhadap bank dan perusahaan milik negara. Demikian mengutip laman Channel News Asia, Sabtu (26/2/2022).

Sebelumnya sanksi diberikan kepada perusahaan Nord Stream 2. Sementara itu, Chief European Commission Urula von der Leyen menuturkan, Brussels akan memblokir akses Rusia ke teknologi dan pasar utama.

Di sisi lain, Carlsberg Denmark yang memiliki 31 persen pangsa pasar bir Ukraina menangguhkan produksi di tiga pabriknya di negara itu. Sementara itu, Coba-Cola HBC mengatakan menerapkan rencana darurat termasuk menutup pabrik pembotolannya.

Japan Tobacco menutup pabrik rokok di Kremenchuck, Ukraina Tengah. Raksasa pelayaran global Maersk menghentikan panggilan pelabuhan di Ukraina hingga akhir Februari dan menutup kantor utamanya di Odessa pantai Laut Hitam. Sementara itu,perusahaan pengiriman barang Denmark DSV mengatakan telah menutup operasinya di negara itu.

Regulator penerbangan Eropa memperluas peringatan keselamatan yang dipicu oleh serangan itu, menyarankan maskapai untuk berhati-hati ketika terbang melalui bagian wilayah udara Rusia yang dikendalikan oleh pusa regional di Moskow dan Rostov.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Titanium

Saham perusahaan utilitas Jerman Uniper yang memiliki kepentingan signifikan di Rusia dan eksposur USD 1 miliar untuk proyek Nord Stream 2 yang baru-baru ini ditangguhkan  merosot pada Kamis, 24 Februari 2022. Pemegang saham pengendalinya Fortum dari Finlandia juga terpukul.

Fortum menuturkan, kedua perusahaan bersama-sama memiliki 12 pembangkit listrik di Rusia dan mempekerjakan 7.000 orang di sana. Akan tetapi, produksi energi belum disetujui, operasinya tidak terkena dampak langsung.

Pendukung keuangan Nord Stream 2 lainnya, Wintershall Dea mengatakan, penangguhan proyek tersebut atas dasar politik berarti operatornya dapat meminta kompensasi.

Saham perusahaan kimia Jerman BASF juga terpukul. Hal ini seiring Wintershall yang dimiliki bersama dengan grup investor LetterOne milik miliarder Rusia Mikhail Fridman dan pendukung Nord Stream 2 lainnya, OMV dan Engie juga ikut tertekan.

Bank domestik terbesar Inggris Llyods juga memperingatkan untuk mewaspadai terhadap serangan siber dari Rusia. Sementara itu, beberapa perusahaan mengatakan pasokan bahan baku utama bisa terganggu.

Pembuat mesin jet Rolls-Royce dan Safran menuturkan telah meningkatkan pasokan titanium. Penggunaan titanium yang sebagian besar dipasok oleh Rusia telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir karena produsen pesawat mencoba membuat jet lebih ringan.

"Kami telah mengamati situasi ini selama beberapa minggu dan telah memutuskan sejak awal tahun untuk meningkatkan stok titanium kami terutama melalui distributor di Jerman,” ujar Chief Executive Safran Olivier Andries.

Perusahaan Prancis juga mencari untuk diversifikasi sumber logamnya seperti Rolls-Royce Inggris yang mengatakan 20 persen titaniumnya berasal dari Rusia.

Di sisi lain, perusahaan chip besar memperkirakan gangguan rantai pasokan terbatas dari konflik Rusia dan Ukraina untuk saat ini berkat penimbunan dan pengadaan yang beragam, tetapi beberapa sumber industri mengatakan mungkin ada dampak jangka panjang.

Ukraina memasok lebih dari 90 persen neon kelas semikonduktor Amerika Serikat yang penting untuk laser yang digunakan dalam pembuatan chip.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.