Sukses

Solusi Spektakuler Ducati Atasi Dilema Marc Marquez atau Jorge Martin di MotoGP

Ducati baru memiliki satu pembalap untuk tim pabrikan pada MotoGP 2025. Mereka tetap mengandalkan juara dunia dua tahun terakhir Francesco Bagnaia yang diikat kontrak hingga 2026.

Liputan6.com, Jakarta - Ducati baru memiliki satu pembalap untuk tim pabrikan pada MotoGP 2025. Mereka tetap mengandalkan juara dunia dua tahun terakhir Francesco Bagnaia yang diikat kontrak hingga 2026.

Sementara satu tempat lain diperebutkan pemegang kursi saat ini Enea Bastianini, plus dua pembalap tim satelit Jorge Martin (Prima Pramac Racing) dan Marc Marquez (Gresini Racing).

Tanpa mengecilkan peluang Bastianini, persaingan mengerucut kepada Martin dan Marquez. Persaingan keduanya pun menjadi bumbu menarik di luar aksi para penunggang kuda besi pada lintasan.

Martin dalam posisi terdepan karena tampil spektakuler di awal 2024. Dia memimpin klasemen dan tengah unggul 38 angka atas Bagnaia.

Di sisi lain, Marquez juga membuktikan dirinya belum habis. Setelah masa sulit bersama Honda, dia menunjukkan masih bisa bicara banyak jika memiliki tunggangan yang dapat diandalkan.

Mengendarai motor yang satu tahun lebih tua, juara dunia delapan kali itu menempati peringkat tiga. Marquez tertinggal 40 poin dari Martin.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ducati Turunkan 3 Motor dengan Livery Pabrikan

Di tengah perdebatan siapa yang layak jadi rekan Bagnaia, muncul skenario terbaru. Jordan Moreland pada siniar Crash merujuk peristiwa langka pada MotoGP 2011 yang bisa dicontoh Ducati.

Kala itu, Repsol Honda mempekerjakan tiga pembalap di tim utama. Mereka adalah Casey Stoner, Dani Pedrosa, dan Andrea Dovizioso. Honda mengambil langkah spektakuler ini demi mengakomodasi kedatangan Stoner yang tidak memperpanjang kontrak bersama Ducati.

Mempertimbangkan berbagai hal, Ducati memang tidak mungkin mengulang jejak Honda pada 2025. Namun, Moreland mengungkap strategi lain yang dapat diambil pabrikan asal Italia tersebut.

Yakni dengan mempromosikan Martin dan memberi Marquez Desmosedici terbaru dengan livery pabrikan di Gresini Racing.

"Skenario ini memungkinkan karena Gresini tidak memiliki sponsor utama," ungkao Moreland.

"Maka jika Marquez jadi juara dunia, Ducati tetap senang karena dia memakai seragam merah. Itu bagus untuk kepentingan marketing."

3 dari 3 halaman

Sementara itu, banyak yang menyebut Marquez memiliki peluang lebih besar ketimbang Martin. Reputasi sebagai juara dunia delapan kali merupakan penyebabnya. Berbekal status tersebut, kehadiran Marquez dipercaya bakal membawa banyak sponsor yang otomatis menguntungkan Ducati.

Terlepas potensi menambahnya pemasukan, status sponsor ternyata juga jadi salah satu alasan mengapa Marquez dan Ducati urung bersatu. Pasalnya, kedua kubu memiliki dukungan dari pihak yang berseteru.

Marquez punya ikatan panjang dengan minuman energi Red Bull, sementara Ducati memiliki perjanjian bersama Monster.

Selain itu, kedua kubu juga memiliki sponsor yang bersaing di bisnis serupa. Marquez jadi duta Samsung, Allianz, Oakley, dan Estrella Galicia, sementara Ducati didukung Lenovo, Unipol, Carrera, dan Contadi Castaldi.

Dalam situasi ini, Marquez kemungkinan harus memutus dukungan finansial agar dapat naik ke tim pabrikan Ducati. Dia sudah menunjukkan langkah itu bukanlah opsi sulit.

Marquez mengakhiri kontrak bernilai tinggi demi berlabuh di tim satelit Ducati, Gresini Racing, pada musim ini.

"Dalam hidup, kadang kita harus mengambil keputusan yang tidak kita suka atau tidak mau. Di sini saya ingin menang. Demi mencapainya, saya mesti mempertimbangkan opsi-opsi terbaik," ungkapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.