Sukses

Investor Buru Saham Alibaba pada Awal 2022

Saham Alibaba telah naik sekitar 9 persen pada awal 2022 setelah koreksi 50 persen pada 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Saham Alibaba mencatatkan kinerja yang baik selama perdagangan pekan ini. Hal itu lantaran saham Alibaba berada di level yang dianggap murah dan investor membeli pada momentum penurunan tersebut.

Setelah kehilangan hampir 50 persen nilainya pada 2021 di tengah meningkatnya tekanan regulasi dan kekhawatiran seputar perlambatan pertumbuhan, saham raksasa teknologi di China itu telah naik lebih dari 9 persen sejak awal 2022.

Lonjakan tersebut terjadi bahkan ketika perusahaan teknologi AS telah jatuh seiring kenaikan imbal hasil obligasi dan indikasi pengetatan kebijakan moneter. Saham Alibaba yang terdaftar di Amerika Serikat (BABA) ditutup naik 2,5 persen.

Sementara saham perusahaan yang terdaftar di Hong Kong (9988.H.K.) melonjak 6,5 persen. Dilansir dari laman Yahoo Finance, Minggu (9/1/2022), Analis menilai kemungkinan investor membeli saham Alibaba karena akhirnya mencapai titik terendah.

"Saham rebound pada valuasi yang sangat menarik. Investor juga mengharapkan lebih sedikit berita utama negatif di bidang regulasi pada 2022,” kata  Xiaoyan Wang, seorang analis di kelompok investasi China 86 Research.

Awal pekan ini, analis di perusahaan perbankan investasi Benchmark memangkas target harga saham Alibaba. Hal itu merujuk pada potensi pukulan terhadap pendapatan dari perlambatan belanja konsumen China.

Analis yang dipimpin oleh Alex Yao di JPMorgan Chase mengatakan hal yang sama pada hari Kamis, dan memangkas target harga untuk Alibaba menjadi USD 180 dari USD 210 karena meningkatnya kewaspadaan tentang konsumsi online China.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rekomendasi Saham

Seperti di Benchmark, grup Yao melihat risiko terhadap pendapatan manajemen pelanggan (customer management revenue/CMR), yang berasal dari layanan seperti pemasaran di platform Alibaba yang merupakan sumber penjualan penting bagi perusahaan.

"Menurut pandangan kami, prospek CMR yang memburuk akan membuat saham rentan sampai pasar mengidentifikasi titik belok dalam revisi pendapatan. Kami pikir saham akan terus berada di bawah tekanan dalam waktu dekat, meskipun valuasinya rendah,” kata tim di J.P. Morgan.

Namun, grup di Benchmark mempertahankan peringkat Beli pada saham Alibaba, dan J.P. Morgan mempertahankan Alibaba pada peringkat Overweight. Target harga rata-rata untuk Alibaba adalah USD 195,51, yang berarti naik lebih dari 54 persen dari harga penutupan Kamis.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.