Sukses

Trivia Saham: Mengenal January Effect di Pasar Modal

January Effect ini merupakan pola keadaan pasar modal seiring harga saham cenderung menguat pada dua minggu pertama Januari.

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki tahun baru tepatnya Januari, investor pasar saham akan hadapi musim baru. Hal ini mengingat ada pola pergerakan harga saham yang terbentuk berdasarkan periode waktu tertentu.

Jika Desember dikenal ada reli Santa Claus, pada Januari juga dikenal sebagai January Effect. Mengutip  Instagram @indopremier, January Effect ini merupakan pola keadaan pasar modal seiring harga saham cenderung menguat pada dua minggu pertama Januari.

Sementara itu, mengutip laman Investopedia, Minggu (2/1/2022), January Effect terjadinya kenaikan harga saham selama Januari. Umumnya analis mengaitkan reli karena kenaikan pembelian saham yang mengikuti penurunan harga yang terjadi pada Desember. Hal ini untuk mengimbangi keuntungan modal sehingga mendorong aksi jual.

Selain itu, January Effect ini juga dinilai berkaitan dengan psikologi investor. Sejumlah investor percaya kalau Januari menjadi bulan terbaik untuk mulai investasi atau mungkin sedang menindaklanjuti resolusi tahun baru untuk mulai berinvestasi untuk masa depan.

Pendapat lain ada juga yang menilai kalau manajer investasi membeli saham berkinerja terbaik pada akhir tahun dan menghilangkan saham yang kinerja buruk untuk laporan akhir tahun, dan aksi ini dikenal sebagai window dressing. Hal ini pun akan berlanjut pada awal tahun.

Mengutip laman Instagram @sinarmas_sekuritas, fenomena January Effect yang diyakini sebagai momen menguatnya harga saham pada Januari, melanjutkan momen window dressing pada akhir tahun. Hal ini merupakan efek saat pelaku pasar optimistis mengawali tahun baru.

Adapun yang dilakukan investor dan trader pada Januari, trader sering kali membeli saham pada awal bulan. Kemudian menjualnya pada akhir bulan setelah mendapatkan keuntungan tetapi ada juga investor yang membeli saham pada Januari dan menahannya beberapa bulan dan bahkan beberapa tahun ke depan.

Meski demikian, investor dinilai tetap penting untuk memantau kondisi makro ekonomi, fundamental emiten pilihan, membuat profil risiko dan tujuan investasi. Selain itu, semua keputusan investasi dipastikan setelah melakukan analisis.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hasil Penelitian

Sejak awal abad- 20, data menunjukkan, aset telah ungguli pasar secara keseluruhan pada Januari terutama menjelang pertengahan bulan.

Bankir investasi Sidney Wachtel pertama kali melihat January Effect ini pada 1942.  Dengan memakai data dari 1925, dia mencatat perusahaan kapitalisasi kecil cenderung mengungguli perusahaan kapitalisasi besar pada paruh pertama Januari.

Mengutip laman The Motley Fool.com, sejumlah penelitian sejak itu berusaha untuk mendeteksi January Effect dari waktu ke waktu. Satu studi yang menganalisis data dari 1904-1974 menemukan, imbal hasil saham lima kali lebih tinggi dari pada rata-rata selama Januari.

Studi lain oleh Salomon Smith Barney menemukan, rata-rata kinerja saham pada Januari lebih baik 0,82 persen ketika membandingkan imbal hasil saham kapitalisasi kecil dengan kapitalisasi besar pada 1972-2002.

Sejumlah penelitian sejak itu telah konfirmasi beberapa kecenderungan untuk hal ini masih terjadi.Namun, kemungkinan terjadi di sejumlah tempat dan dinlai semakin berkurang dari waktu ke waktu. Ada kemungkinan efeknya mungkin lebih kuat pada tahun tertentu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.