Sukses

Menunggu Data Manufaktur China, Bursa Saham Asia Bergerak Beragam

Indeks MSCI Asia di luar Jepang yang menjadi patokan bursa saham Asia dibuka menguat tipis.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham di Asia bergerak campuran pada pembukaan perdagangan Selasa pekan ini. Investor tengah menunggu rilis survei aktivitas manufaktur di China.

Mengutip CNBC, Selasa (1/9/2020), indeks Nikkei 225 Jepang merosot 0,15 persen. Sedangkan indeks Topix Jepang juga turun 0,29 persen.

Di korea Selatan, indeks Kospi naik 0,73 persen. Sedangkan A&P/ASX 200 Australia tergelincir 0,65 persen.

Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia di luar Jepang yang menjadi patokan bursa saham Asia dibuka menguat tipis.

Di sisi data ekonomi, the Caixin/Markit manufacturing Purchasing Managers’ index (PMI) untuk Agustus akan keluar sekitar pukul 9.45 waktu Singapura. Pada Senin kemarin, PMI manufaktur resmi China untuk Agustus berada di 51,0.

Angka PMI di atas 50 menandakan ekspansi, sedangkan yang di bawah angka tersebut menunjukkan kontraksi. Angka PMI berurutan dan menunjukkan ekspansi atau kontraksi pada bulan tersebut.

Sementara itu, Reserve Bank of Australia juga akan mengumumkan keputusan suku bunganya sekitar pukul 12.30 malam waktu Singapura.

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bursa Saham AS Ditutup Bervariasi, Dow Jones Anjlok Lebih dari 200 Poin

Sebelumnya, Wall Street atau bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup bervariasi pada perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Indeks acuan S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average mengalami tekanan sedangkan Nasdaq Composite mampu menguat.

Mengutip CNBC, Selasa (1/9/2020), Dow Jones turun 223,82 poin atau 0,8 persen menjadi 28.430,05. Untuk S&P 500 merosot 0,2% persen dan ditutup pada 3.500,31. Sedangkan Nasdaq Composite mengungguli dengan kenaikan 0,7 persen dan mengakhiri hari di 11.775,46.

 

Penurunan saham -saham perbankan menekan Dow Jones dan S&P 500. JPMorgan Chase, Citigroup, Bank of America dan Wells Fargo semuanya turun lebih dari 2 persen. Pelemahan ini menyusul penurunan imbal hasil Treasury.

Imbal hasil surat utang pemerintah AS turun setelah Wakil Ketua Federal Reserve Richard Clarida mengatakan suku bunga tidak akan naik hanya karena angka pengangguran turun.

Sementara itu, Nasdaq terangkat setelah dua agenda pemecahan saham atau stock split emiten yang sangat besar terjadi pada Senin. Saham Apple naik 3,4 persen saat stock split 4 untuk 1 mulai berlaku. Saham Tesla bertambah 12,6 persen setelah pembagian 5 untuk 1.

Dow Jones menguat 7,6 persen di bulan ini dan membukukan kenaikan terbesar di bulan Agustus sejak 1984. Untuk S&P 500 naik 7 persen bulan ini dan membukukan kinerja Agustus terbaik sejak 1986.

S&P 500 juga mencatatkan kenaikan bulanan kelima berturut-turut. Sejak 1950, hanya ada 26 kejadian di mana indeks saham telah meningkat selama lima bulan berturut-turut.

"Namun, perlu dicatat bahwa setelah penguatan beruntun indeks bursa saham AS selama bulanan yang kuat, pengembalian saham jangka pendek cenderung moderat seperti yang diharapkan," jelas Chief Market Strategist SunTrust Advisory Services Inc, Keith Lerner.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.