Sukses

Raja Surakarta Pakubuwono XIII Mangkat dan Tradisi Mengirim Surat Duka untuk Sultan Hamengkubuwono X

Keraton Yogyakarta memberi penghormatan atas meninggalnya Sinuhun Pakubuwono XIII, Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Ada tradisi mengirim surat duka dari Keraton Surakata ke Yogkakarta. Keraton Yogya berduka dengan tidak membunyikan gamelan selama tiga hari dan menunda seluruh pertunjukan budaya.

OlehHendro
Diterbitkan 03 November 2025, 13:22 WIB
Share
Copy Link
Batalkan

Liputan6.com, Jakarta Denting gamelan yang biasanya mengalun lembut dari kompleks Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mendadak terhenti. Tak ada bunyi bonang, saron, maupun kendang yang menandai kehidupan budaya Jawa. Semua hening.

Dalam keheningan itu, kabar duka datang dari Surakarta: Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwono XIII, Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat, mangkat pada Minggu (2/11/2025) pukul 07.30 WIB di Rumah Sakit Indriati, Solo Baru, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Almarhum meninggal pada usia 77 tahun.

Pada Minggu sore, suasana di Pendapa Ndalem Kilen terasa khidmat. Dua putri Sri Sultan, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi dan GKR Bendara, menerima Utusan Dalem dari Keraton Surakarta Hadiningrat yang membawa surat resmi berisi kabar duka untuk disampaikan langsung kepada Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Menurut KRT Purwowinoto, Penghageng II Kawedanan Purwa Aji Laksana Keraton Yogyakarta, tradisi penyampaian kabar duka ini adalah simbol penghormatan antarkerajaan yang masih dijaga dengan tata krama Jawa yang luhur.

“Utusan Dalem diterima oleh GKR Mangkubumi dan GKR Bendara di Pendapa Ndalem Kilen. Mereka menyampaikan kabar duka secara resmi, lengkap dengan surat tertulis untuk Sri Sultan,” ujar KRT Purwowinoto. 

Mangkatnya Sinuhun PB XIII bukan hanya kehilangan bagi Surakarta, tetapi juga menggema hingga Yogyakarta. Tanah yang tak terpisahkan dalam sejarah panjang Mataram Islam.

Dari balik tembok tebal Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X menyampaikan ucapan belasungkawa yang mendalam. Melalui pernyataan resmi, Keraton menulis: 

“Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat menyampaikan dukacita mendalam atas Surud Dalem (mangkatnya) Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwono XIII ing Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.” 

Sebagai bentuk penghormatan, Keraton Yogyakarta memutuskan tidak membunyikan gamelan selama tiga hari, mulai Minggu (2/11) hingga Selasa (4/11). Seluruh pementasan Paket Wisata Srimanganti juga resmi ditunda selama masa duka.

 

2 dari 4 halaman

Dua Keraton, Satu Duka

Kepergian Paku Buwono XIII menjadi pengingat akan persaudaraan abadi dua keraton besar: Yogyakarta dan Surakarta. Dua istana yang dulunya bersaudara dalam sejarah Mataram kini kembali menyatu dalam suasana duka.

Bagi masyarakat Jawa, ketika seorang raja mangkat, bukan hanya keluarga dan abdi dalem yang berduka — tetapi juga seluruh semesta ikut bersedih. Dalam diamnya gamelan dan langit kelabu di atas Alun-Alun Utara, tersimpan penghormatan agung bagi sang raja yang telah berpulang.

“Semoga Sinuhun mendapatkan tempat terbaik di sisi Gusti Kang Murbeng Dumadi,” tulis Keraton Yogyakarta dalam unggahan terakhirnya.

3 dari 4 halaman

Karangan Bunga dan Keheningan Penuh Makna

Sebagai bentuk penghormatan, Sri Sultan Hamengkubuwono X juga mengirimkan karangan bunga belasungkawa ke Keraton Surakarta. Sementara itu, seluruh gamelan di lingkungan Keraton Yogyakarta dibungkam. Tak ada suara yang keluar dari ruang latihan abdi dalem, tak ada irama gending yang biasanya menemani langkah wisatawan.

 

Melalui akun resmi @kratonjogja, pihak Keraton menegaskan: “Sebagai bentuk penghormatan, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat tidak membunyikan gamelan selama 3 hari mulai Minggu (02/11) hingga Selasa (04/11) dan menunda pertunjukan Paket Wisata Srimanganti.”

 

Namun, Wisata Tamansari tetap dibuka setiap hari pukul 09.00–15.00 WIB. Sedangkan Kedhaton dan Wahanarata akan kembali beroperasi pada Selasa (4/11) pukul 08.30–14.30 WIB.

4 dari 4 halaman

Peristirahatan Terakhir di Pajimatan Imogiri

Jenazah Sri Susuhunan Paku Buwono XIII dijadwalkan dimakamkan di Pajimatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Rabu (5/11/2025). Pemakaman di Imogiri bukan sekadar prosesi, melainkan simbol penyatuan kembali raja-raja Mataram di tanah leluhur yang sama.

KRT Purwowinoto menyebut, pihak Keraton Yogyakarta masih menunggu dhawuh (perintah) dari Sri Sultan mengenai siapa yang akan diutus mewakili dalam prosesi pemakaman tersebut.

 

Produksi Liputan6.com