Liputan6.com, Yogyakarta - Cepuri Parangkusumo berlokasi di Dukuh Mancingan, Kelurahan Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul. Lokasinya sekitar 350 meter di sebelah utara Pantai Parangkusumo.
Cepuri Parangkusumo menjadi pemandangan berbeda yang bisa dinikmati wisatawan. Bangunan ini berdiri kokoh sebagai bangunan sakral di tengah gumuk pasir dan desiran ombak Laut Selatan.
Mengutip dari laman Visiting Jogja, Cepuri Parangkusumo merupakan struktur bangunan berwujud pagar keliling. Bagian dalamnya terdapat dua buah batu hitam atau watu gilang.
Advertisement
Baca Juga
Masyarakat setempat menyebut batu hitam berukuran besar dengan nama Selo Ageng. Sementara itu, batu hitam berukuran kecil bernama Selo Sengker.
Selo Ageng dan Selo Sengket dikelilingi pagar dengan struktur ukuran 16,4 meter x 13,22 meter. Pagar tersebut memiliki tinggi sekitar 1,27 meter dengan tebal 0,25 meter. Pagar ini juga dilengkapi gapura yang menghadap ke arah selatan.
Â
Jadi Lokasi Upacara Labuhan
Bagi masyarakat setempat, Cepuri Parangkusumo bukan sekadar bangunan sakral biasa. Bangunan ini kerap menjadi tempat dilaksanakannya upacara labuhan setiap tahunnya, baik oleh pihak keraton maupun masyarakat.
Mengutip laman Dinas Kebudayaan Yogyakarta, upacara labuhan merupakan prosesi memberi sesaji kepada roh yang berkuasa di suatu tempat. Upacara ini berawal pada masa pemerintahan Panembahan Senopati yang saat itu mencoba mencari dukungan moril untuk memperkuat kedudukannya. Dukungan itu diperoleh dari Kanjeng Ratu Kidul, sang penguasa Laut Selatan.
Panembahan Senopati membuat perjanjian kerjasama dengan Kanjeng Ratu Kidul agar bersedia membantu segala kesulitannya. Sebagai imbalan, Panembahan Senopati harus memberikan persembahan dalam bentuk upacara labuhan.
Pada periode-periode berikutnya, upacara labuhan menjadi tradisi di Kerajaan Mataram. Para raja Mataram pengganti Panembahan Senopati pun tetap melestarikan tradisi labuhan sebagai penghormatan atas ikatan perjanjian tersebut.
Hingga kini, upacara labuhan masih terus dilaksanakan dengan anggapan bahwa Kanjeng Ratu Kidul dipercaya hidup sepanjang masa. Upacara laburan kemudian berkembang menjadi simbol penghormatan atas ikatan perjanjian tersebut Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul.
Cepuri Parangkusumo di Pantai Parangkusumo menjadi salah satu lokasi digelarnya upacara tersebut. Selain sebagai lokasi upacara labuhan, Cepuri Parangkusumo juga banyak dikunjungi peziarah hingga saat ini, terutama pada malam Selasa Kliwon dan malam Jumat Kliwon.
Penulis: Resla
Advertisement