Liputan6.com, Sukabumi - Aktivitas vulkanik Gunung Gede, Jawa Barat yang mengalami peningkatan belum lama ini membuat warga di sekitar kaki gunung meningkatkan kewaspadaan. Meskipun kini aktivitas vulkanik mulai menunjukan penurunan.
Menanggapi fenomena alam ini, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengingatkan agar warga waspadai aktivitas vulkanik Gunung Gede. Mengingatkan gunung ini memiliki sejarah letusan pada tahun 1957 silam.
“Gunung Gede, semua orang harus waspada. Gunung Gede kan punya sejarah juga. Dulu, pemindahan ibu kota Priangan ke Cianjur itu karena faktor bencana meletusnya gunung. Kita harus waspada, ya, mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa,” singkat Dedi Mulyadi saat menghadiri Peringatan Hari Jadi ke 111 Kota Sukabumi, Kamis (10/4/2025).
Advertisement
Pemerintah daerah di sekitar kawasan Gunung Gede mulai mengambil langkah antisipasi, salah satunya Pemerintah Desa Sudajaya Girang, Kecamatan Sukabumi, yang mengeluarkan himbauan kepada seluruh RT/RW untuk mengaktifkan kembali ronda malam, untuk memantau kondisi lingkungan secara langsung.
Kepala Desa Sudajaya Girang, Edi Juarsah mengatakan, pihaknya telah mengeluarkan surat edaran resmi kepada para Ketua RT/RW terkait upaya pencegahan terhadap kemungkinan peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Gede.
“Langkah ini kami diambil sebagai tindakan preventif guna mengantisipasi dampak yang mungkin ditimbulkan akibat peningkatan aktivitas vulkanik tersebut,” kata Edi, dikonfirmasi Jumat (11/4/2025).
Menurutnya, imbauan ini muncul sebagai respons atas maraknya pemberitaan terkait aktivitas Gunung Gede yang beredar di masyarakat. Meskipun belum ada himbauan resmi dari lembaga seperti BMKG atau BPBD, pihaknya memilih untuk tetap waspada.
“Terlepas benar atau tidak, berita ini sudah jadi konsumsi publik. Masyarakat juga banyak yang bertanya. Saya tidak bisa memberikan kepastian karena itu wewenang institusi seperti BMKG,” jelasnya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Menilik Ritual Siswa Penghayat Kepercayaan dalam Ujian Nasional
Meningkatkan Kewaspadaan dengan Ronda Malam
Dia mengatakan, Desa Sudajaya Girang sendiri merupakan salah satu wilayah penyangga di kaki Gunung Gede, sebab itu dinilai memiliki potensi terdampak jika terjadi erupsi atau meningkatnya aktivitas vulkanik.
Berdasarkan hasil komunikasi dengan Bhabinkamtibmas, Babinsa, serta koordinasi informal dengan BPD Desa Sudajaya Girang, kata Edi, bahwa peningkatan ronda malam menjadi langkah yang masuk akal sebagai salah satu bentuk upaya kewaspadaan deteksi dini.
“Tapi saya khawatir, kalau kejadian terjadi tengah malam, adanya ronda malam bisa menjadi deteksi dini. Saat ini, peningkatan aktivitas ronda malam di desa kami mencapai sekitar 70 persen,” tuturnya.
Desa ini terdiri dari 4 dusun dan 11 RW, pada ronda malam tersebut sistem peringatan darurat masih sederhana, seperti menggunakan kentongan dan peluit sebagai alat alarm tradisional.
Ditanya mengenai jalur evakuasi di wilayah desa tersebut, Edi menjawab, bahwa pemerintah Desa Sudajaya Girang belum menerima informasi resmi dari BPBD atau BMKG soal jalur evakuasi. Kendati begitu, dirinya selaku kepala desa ingin menumbuhkan kewaspadaan.
“Iya, intinya masyarakat selalu siap dan waspada. Mudah-mudahan berita itu tidak benar, tapi kita tetap siaga,” kata dia.
Selain mengantisipasi kemungkinan erupsi, pemerintah desa juga menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi bencana lainnya, seperti banjir dan longsor.
“Alhamdulillah, sampai saat ini belum ada kejadian atau fenomena alam yang berkaitan atau berhubungan dengan erupsi, jadi ronda malam ini hanya langkah antisipatif. Tapi dari kejadian ini, ada hikmahnya. Masyarakat jadi lebih peduli dengan lingkungannya,” ungkap dia.
Advertisement