Sukses

Mahasiswa dan Civitas Akademika Indonesia Diajak Ikuti Amerika Lakukan Kemah Kampus untuk Palestina

Gerakan kemah ini dinilai sebagai bagian menyuarakan solidaritas internasional menentang genosida Israel terhadap warga Gaza.

Liputan6.com, Bandung - Mahasiswa dan civitas akademika di Indonesia diajak bersolidaritas untuk Palestina dengan cara melakukan gerakan berkemah di dalam kampus, sebuah gerakan yang dipelopori oleh puluhan kampus di Amerika Serikat. Gerakan kemah ini dinilai sebagai bagian menyuarakan solidaritas internasional menentang genosida Israel terhadap warga Gaza. Seruan tersebut disampaikan Geostrategy Study Club (GSC).

Sejak 7 tahun lalu, komunitas studi GSC telah tersebar di berbagai kota dengan konsentarsi kajian geopolotik internasional. "Mahasiswa dan civitas akademika berbagai kampus di Indonesia harus menyambut gelombang solidaritas terhadap Palestina yang telah dikumandangkan oleh mahasiswa-mahasiswa di berbagai kampus di Amerika," ujar Sekjen GSC, Furqan AMC.

Kampus-kampus di Amerika Serikat (AS) diguncang gelombang protes skala nasional. Para mahasiswa lantang menentang kebiadaban Israel dalam perang di Jalur Gaza. Demonstrasi dengan berkemah di kampus-kampus AS yang bermula dari Columbia University pada 17 April 2024. Mengutip The New York Times, pada hari itu, para mahasiswa mendirikan lebih dari 50 tenda.

Perkemahan diselenggarakan oleh koalisi yang terdiri dari lebih dari 120 organisasi, termasuk Columbia University Apartheid Divest (CUAD), Students for Justice in Palestine (SJP), dan Jewish Voice for Peace (JVP). "Gerakan solidaritas ini bersifat universal, melampaui sekat-sekat budaya, agama, ras, golongan dan batas-batas wilayah. Gelombang solidaritas untuk Palestina ini juga telah melanda Eropa, Asia hingga Australia.", kata Furqan.

"Ayo segera dirikan perkemahan solidaritas untuk Palestina di setiap kampus", imbuhnya Furqan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

200 Hari Genosida

Furqan menjelaskan, berdasarkan laporan Euro-Med Human Right Monitor, terhitung dari tanggal 7 Oktober 2023 s/d 23 April 2024, 200 hari genosida Israel di Gaza telah menyebabkan 42.510 orang terbunuh, di mana15.780 di antaranya adalah anak-anak dan 10.091 perempuan.

Yang terluka tidak kurang dari 72.240 orang dan yang terlantar/mengungsi sekitar 2.000.000 orang. Adapun 3.661 orang ditangkap atau dihilangkan secara paksa. 356 orang tenaga kesehatan gugur dan 549 orang cedera. Adapun relawan sosial 42 orang yang gugur dan 161 orang cedera.

Tidak berhenti di situ, kekejaman genosida Israel di Gaza juga telah membunuh 137 orang jurnalis dan menghancurkan 178 kantor media/pers. Adapun fasilitas kesehatan yang hancur, 29 rumah sakit, 72 klinik dan 221 ambulans. Sebanyak 445 sekolah juga dihancurkan Israel. 12 kampus di Gaza juga tidak bisa digunakan lagi karena hancur dibom Israel. Tidak sedikit dosen-dosen, profesor dan civitas akademika yang gugur. 412.200 rumah hancur, dimana 131.200 di antaranya hancur total.

Sepertinya Israel belum puas dengan semua itu, 651 masjid dan 3 gereja juga dihancurkan. Tak terkecuali juga 203 heritage dan 2.271 fasilitas industri. "Itu semua bukan sekedar angka statistik, tapi manusia dan peradabannya", tegas Furqan.

Banyak diberitakan, sudah hampir 100 kampus di seluruh dunia, terutama di Amerika yang menuntut genosida israel di Palestina segera dihentikan. Mereka semua terinspirasi dari gerakan Kemah Solidaritas untuk Palestina yang telah dipelopori oleh mahasiswa-mahasiswa Universitas Columbia di New York, AS. Tidak sedikit profesor dan dosen-dosen yang melibatkan diri dalam aksi ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.