Sukses

Debat Calon Presiden 2024: Serangan Siber, Pakar Keamanan dan Pertahanan Angkat Bicara

Keamanan siber Indonesia berada di urutan ke-49 dari 176 negara dengan tingkat keamanan siber 63,64.

Liputan6.com, Jakarta - Tindak kejahatan siber yang terjadi sepanjang 2023 dari berbagai aktivitas cybercrime yang ada cukup marak, penipuan jual beli online menempati peringkat pertama sebanyak 53.793 insiden, diikuti oleh scamming 12.472 insiden dan investasi online fiktif sebanyak 9.810 insiden.

Strategi keamanan dan pertahanan Indonesia menjadi isu hangat yang dibahas dalam Debat Calon Presiden Indonesia 2024 pada Minggu, 7 Januari 2024 yang lalu.

Dr. Ian Montratama, Dosen Program Studi Hubungan Internasional Ahli Keamanan dan Pertahanan Universitas Pertamina, membagikan perspektifnya sebagai salah satu panelis debat calon presiden tahun 2024.

"Keamanan dan pertahanan nasional memang menjadi aspek vital dalam mempertahankan kedaulatan negara," katanya.

Sebagai perpanjangan tangan publik, Dr. Ian dan kesepuluh panelis lainnya berupaya menggali berbagai aspek mengenai keamanan dan pertahanan nasional yang disajikan melalui berbagai pertanyaan dengan konteks permasalahan nyata yang sedang dialami.

Meski profil panelis didominasi oleh para akademisi dari berbagai bidang keamanan dan pertahanan, justru menjadikan diskusi yang dijalankan semasa karantina berjalan cukup intens.

Dengan berbagai latar belakang kepakaran yang berbeda, para panelis memberikan perspektif beragam yang pada akhirnya memunculkan 18 pertanyaan yang dihadirkan dalam debat calon presiden.

Dalam perhelatan debat calon presiden Indonesia 2024 tersebut, pertanyaan yang mengacu pada aspek keamanan dan pertahanan digital juga menjadi topik yang digaungkan bagi para paslon untuk beradu gagasan.

Pertanyaan tersebut mengacu pada kebijakan pengembangan teknologi sebagai bentuk membangun keamanan siber dan kedaulatan data di ruang siber.

National Cyber Security Index pada 2023 yang lalu mencatat keamanan siber Indonesia berada di urutan ke-49 dari 176 negara dengan tingkat keamanan siber 63,64. Angka ini jauh di bawah skor negara tetangga seperti Malaysia, dengan skor 79,22 diikuti oleh Singapura dengan skor 71,43.

Faktor human error, kelemahan sistem dan peretasan disebut sebagai faktor berpengaruh dalam kejahatan siber. Sebagai ahli dalam bidang keamanan dan pertahanan, Dr. Ian turut menanggapi hasil dari debat tersebut.

Menurutnya ketiga calon presiden Indonesia 2024 tersebut sepakat untuk meningkatkan keamanan dan pertahanan nasional melalui berbagai instrumen.

"Berbicara keamanan dan pertahanan, tidak hanya terjadi di darat, laut dan udara, namun juga terjadi di dunia maya dan bersifat global, melintasi batas negara," jelasnya.

Sepanjang tahun 2023, terjadi 40,6% kejahatan siber di Indonesia. Mengamati hasil debat kemarin, ketiga capres sepakat meningkatkan keamanan dan pertahanan Indonesia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini