Sukses

Fakta-fakta Kekejaman Jelang 3 Bulan Agresi Gaza, Ekonomi Israel Goyah

Israel telah melanggar beberapa aturan PBB dan ekonominya terpuruk karena biayai agresi Gaza

Liputan6.com, Jakarta - Agresi Israel ke Jalur Gaza, Palestina sudah hampir tiga bulan lamanya. Seruan gencatan sejata pun sudah dilakukan banyak pihak, namun zionis Israel tetap meluluhlantakkan seluruh Gaza.

Tentara Israel juga telah meratakan pemukiman warga Gaza dengan buldoser dan menahan penduduk Gaza yang masih tersisa.

Serangan Zionis Israel tidak hanya di wilayah Palestina tetapi juga negara lain yakni sejumlah target militer di di Suriah dan Lebaron. Hal ini tak lepas dari dukungan milisi kedua negara terhadap Palestina dan terus menekan Israel.

Melalui akun X resminya, militer Israel mengaku telah menyerang infrastruktur militer milik tentara Suriah. Jet tempur Israel juga disebut menyerang infrastruktur Hizbullah di Lebanon. Serangan dilakukan tepat di awal tahun 2024 yakni pada hari Senin dan Selasa.

Serangan ini juga telah membuat salah satu petinggi Hamas meninggal dunia karena serangan drone Zionis Israel di Beirut, Lebanon. Kelompok Hamas Palestina mengumumkan salah satu pemimpin sekaligus pendiri sayap bersenjata milisi Hamas, Saleh Mohammed Suleiman Al Arouri, tewas pada Selasa (2/1/2024).

Serangan ini sekaligus menggambarkan peningkatan tensi ketegangan dengan kedua negara tetangga. Padahal kedua negara juga disebut memiliki hubungan dengan Iran. Serangan terbaru yang berlangsung antara hari Senin dan Selasa itu juga menandai lonjakan ketegangan antara Israel dan negara tetangga yang dikatakan memiliki hubungan dengan Iran.

Di negeri Palestina sendiri korban jiwa dan luka terus berjatuhan. Belum lagi dengan semakin banyaknya bangunan yang rusak. Israel telah membuat dua per tiga Gaza hancur, di antaranya 65 ribu rumah hancur dan 76 klinik dan rumah sakit berhenti beroperasi.

Terbaru, AFP pada laporan yang dirilis Jumat (5/1/2024) menyebutkan, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan serangan Israel sudah menewaskan 22.435 orang sejak agresi dimulai pada 7 Oktober hingga Kamis waktu setempat. Dalam 24 jam terakhir, korban jiwa menembus angka 125 orang di mana 57.614 terluka.

Mengutip Al-Jazeera salah satu serangan terbaru Israel adalah bom dahsyat di Rafah, Gaza Selatan. "Serangan udara ini telah meratakan sebuah bangunan tempat tinggal. Sejumlah warga Palestina terluka menurut laporan awal dari lokasi," kata koresponden Tareq Abu Azzoum melaporkan dari lokasi kejadian.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sejumlah Fakta Terbaru Agresi Israel di Palestina

1. Ditekan Seluruh Dunia, Menlu Israel Diganti

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mencopot Menteri Luar Negeri Eli Cohen di kabinet rezim Zionisnya pada penghujung tahun 2023. Langkah ini disebabkan berbagai faktor, salah satunya terkait dengan buruknya kinerja Cohen. Cohen dinilai tidak mampu 'mengendalikan' narasi dunia terhadap aksi perang Palestina dan Israel.

Zionis Israel terus berada di bawah tekanan opini publik global dan pemerintah dunia. Cohen dinilai tidak berhasil menceritakan narasi perang versi Zionis kepada seluruh dunia dan menyebabkan banyaknya demonstrasi besar-besaran yang menentang aksi Israel.

Salah satu alasan pencopotan itu setidaknya membuka mata dunia bahwa ada perbedaan pendapat di tengah kabinet Netanyahu. Tekanan dunia terhadap Israel juga dinilai mulai menggoyahkan kabinet Zionis.

2. Picu Perang Dunia Ketiga

Menteri Luar Negeri Israel Yisrael Katz mengatakan saat ini perang dunia III sudah dimulai. Hal kontroversial tersebut ia lontarkan tepat di hari pertama menjabat sebagai menlu baru Israel, menggantikan Eli Cohen. Dia menyebut perang dunia ketiga ini untuk melawan Islam radikal yang dipimpin Iran.

Katz juga menyebut perang antara Hamas dan Israel hampir tiga bulan terakhir ini adalah salah satu bagian dari perang besar tersebut. “Kita berada di tengah-tengah Perang Dunia III melawan Islam radikal yang dipimpin Iran, yang tentakelnya sudah ada di Eropa,” kata Katz.

3. Habiskan Dana Rp 897,3 triliun, Israel Menuju Bangkrut

Israel mengakui telah menghabiskan banyak dana untuk membiayai agresi sejak 7 Oktober 2023. Bank Sentral Israel menyatakan biaya invasi Israel di Gaza dapat mencapai 210 miliar Shekel atau US$58 miliar atau setara Rp897,3 triliun, pada Senin (1/1/2024).

Kondisi ini menyebabkan perekonomian Israel goyang. Bahkan Gubernur Bank Sentral Israel Amir Yaron dalam konferensi pers, mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengendalikan belanja publik dengan cepat sebelum pasar bereaksi buruk jika pemerintah gagal melakukannya.

Di saat yang sama, bank sentral Israel juga telah menurunkan suku bunga dari 4,75 persen menjadi 4,5 persen yang menjadi penurunan suku bunga pertama sejak 2020.

“Tidak bertindak sekarang untuk menyesuaikan anggaran dengan pemotongan pengeluaran, menghapus kementerian yang berlebihan dan meningkatkan pendapatan mengingat kebutuhan perang kemungkinan akan merugikan perekonomian lebih banyak di masa depan,” ujar Yaron.

4. Langgar Berbagai Aturan Perang

Kekejaman Israel yang tiada henti dan tak pandang bulu telah membunuh puluhan ribu jiwa, termasuk di antaranya anak-anak dan wanita. Zionis Israel tercatat telah melanggar berbagai aturan perang. Pelanggaran tersebut yaitu menyerang rumah sakit dan tenaga medis, membunuh dan melukai jurnalis, memperlakukan tahanan dengan tidak manusiawi, menghancurkan fasilitas pendidikan, dan menghancurkan tempat ibadah.

"Israel tidak peduli dengan hukum internasional karena Israel tidak pernah dimintai pertanggujawaban. Mengapa Israel berbeda? Mengapa komunitas internasional tidak bisa menyampaikan kebenaran? Bahkan saat rakyat Palestina terus dibantai? Israel telah berulangkali melanggar hukum internasional. Negara ini pemerintahan ini bisa membuat rujukan ke pengadilan kriminal internasional," ucap Mary Lou McDonald, seorang politisi Sinn Féin Irlandia yang menjabat sebagai Pemimpin Oposisi di Irlandia sejak 2020.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.