Sukses

Momen Satu Bulan Bentrok Rempang, Diperingati dengan Berpantun

Warga berkumpul, berpantun, dan berorasi mementahkan pernyataan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.

Liputan6.com, Batam - Hang Tuah Laksamana berani/Hidup pula di zaman Melaka/Kami takkan lepas tanah ini/Karena tanah ini tanah pusaka

Berkebun Jeruk di tanah hutan ini/Banyak pulak pokok Kueni/Tempat tertanam Temuni kami/Hidup dan mati kami di sini

Hendak bane pegi perigi/Nampak terbang si Burung Elang/Untuk apa gedung yang tinggi/Tapi kenangan menjadi hilang

Baris-baris pantun itu diucapkan di Lapangan Sepakbola Dataran Muhammad Musa, Kampung Sembulang, Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang kota Batam. Setiap selesai satu bait, gemuruh sorak dan tepuk tangan dari sekitar 2000 warga yang berkumpul terdengar membahana.

Pantun-pantun dan acara berkumpul itu merupakan salah satu bentuk perlawanan berbasis budaya Melayu. Semuanya terangkai dalam bingkai penolakan relokasi. Selawat nabi menjadi penyejuk dan pendingin emosi. 

Maswardi, salah satu peserta menyebut bahwa ia dan para saudara serta tetangga mengikuti acara ini, sebagai bentuk solidaritas terhadap kekerasan yang terjadi di Kalimantan Barat.

"Kita adalah satu bangsa Melayu jika dicubit badan, kita akan merasa sakit semua," kata Maswardi.

Aksi juga untuk menunjukkan bukti bahwa pernyataan Menteri Bahlil Lahadalia yang menyebutkan 70 persen warga Rempang telah bersedia direlokasi adalah kebohongan yang kesekian kali.

"Disini warga mengenang dan merenungkan perjuangan masyarakat Melayu dari zaman dulu sampai yang terakhir mempertahankan hak pada 11 September 2023 lalu. Tepat sebulan kejadian itu berlalu. Saat itu, aksi diwarnai kekerasan hingga penembakan gas air mata ke sekolah dan penahanan terhadap warga yang mempertahankan haknya," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perjuangan Konstitusi

Acara juga dihadiri Ketua Umum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Muhammad Isnur dan pengurus Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Nasional.

Isnur mengaku akan terus mendukung dan mendampingi warga Pulau Rempang dan Galang mempertahankan hak mereka.

"Perjuangan warga Pulau Rempang dan Galang dalam mempertahankan tanah adalah perjuangan konstitusi," kata Isnur.

Isnur juga berpesan agar warga tetap solid. Karena bibit-bibit adu domba dan perpecahan sudah tampak ditebarkan.

“Kami dari YLBHI akan mendukung perjuangan masyarakat Pulau Rempang. Dari Aceh Kalimantan, Makassar sampai Papua, mendukung perjuangan warga Rempang,” kata Isnur.

Klaim Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia yang menyatakan ada 70 persen warga yang setuju untuk direlokasi disebutnya kebohongan yang kesekian kalinya.

"Kebohongan demi kebohongan ditunjukkan. Mulai dari dokumen AMDAL yang ternyata tidak ada, sertifikat hak penguasaan lahan BP Batam yang juga tidak ada, dan klaim mayoritas warga mendukung relokasi. Sampai kapan akan terus berbohong?" kata salah satu peserta.

Bahkan warga justru menolak dan menyatakan sikap untuk tetap mempertahankan kampung-kampung mereka.

3 dari 3 halaman

Menjaga Leluhur dan Sejarah

Warga mendapat giliran menyampaikan isi hati dan kepalanya secara bergiliran. Semua satu nada, mempertahankan tanah nenek moyang mereka.

Dalam orasi yang disampaikan warga juga selalu muncul peringatan untuk menjaga kebersamaan dan solidaritas. Berjuang bersama mempertahankan ruang hidup mereka.

“Kita di sini punya tanah, bukan mencuri hak orang lain. Tapi itu tanah yang diperjuangkan orangtua kita dulu. Kita pertahankan. Ada yang berusaha memecah belah kita dengan berbagai isu tak benar, jangan terpengaruh," demikian orasi salah satu warga.

Kepala Divisi Kampanye Walhi Nasional, Puspa Dewi, mengatakan semangat perjuangan menolak rencana penggusuran ditunjukkan masyarakat Pulau Rempang masih sangat besar dan terus menyala. Keinginan tersebut akan terus didukung Walhi.

Tim Solidaritas Nasional yang terdiri dari YLBH ,LBH dan Walhi bersama warga juga menepis bahwa penolakan relokasi warga Rempang dikendalikan pihak asing di luar negeri.

"Itu bohong, ini murni kehendak warga 16 titik kampung tua, tidak ada donatur dalam kegiatan warga," kata Puspa Dewi.

Warga membentangkan spanduk dan karton. Pesan penolakan terhadap rencana relokasi akibat pembangunan kawasan Rempang Eco City.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.