Sukses

Semangat Politik Kebudayaan K-Pop Sama dengan Tonil Zaman Bung Karno

Seni pertunjukan Tonil digunakan Bung Karno untuk melawan Belanda sekaligus menyadarkan rakyat.

Liputan6.com, Jakarta - Bengkulu menjadi salah satu tempat pengasingan Bung Karno. Meskipun Presiden Pertama RI ini diasingkan oleh Belanda untuk membantasi ruang geraknya, namun Sukarno tidak diam.

Dia menggunakan seni pertunjukan Tonil untuk melawan Belanda sekaligus menyadarkan rakyat. Hal ini pula yang harus diilhami dalam menyikapi Korean Wave: K-Pop yang sedang gandrung hari ini.

Hal tersebut disampaikan oleh Anggota DPR Puti Guntur Sukarno di Podcast Bung Karno Series yang tayang di kanal BKN PDI Perjuangan bersama host Rafif Abrar Setyahadi, pada Minggu (10/6/2023).

Menurut Puti, pertunjukan tonil digunakan sebagai politik kebudayaan Bung Karno untuk menarik simpati masyarakat Bengkulu. Sebab, masyarakat Bengkulu saat itu tidak semuanya menerima Bung Karno.

"Dari Ende Bung Karno dibawa ke kota Bengkulu membangun grup tonil," ungkap Puti.

Cucu Sukarno ini menjelaskan bahwa Bung Karno selalu dimata-matai oleh pihak Belanda dan dibatasi ruang geraknya selama diasingkan di Bengkulu. Akan tetapi, Bung Karno selalu punya cara dan melihat segala sesuatu dengan positif

"Akhirnya menjadi pusat pusaran perhatian masyarakat dalam segala hal. Baik dalam bidang politik, kebudayan, maupun keagamaan. Tetap saja bung karno menjadi guru bagi mereka semuanya," jelasnya.

Menurut Puti, Bung Karno membangun jalan diplomasi dan kebudayaan untuk menarik dan menggugah kesadaran masyarakat Bengkulu.

"Jadi di satu sisi, jalan kebudayaaan Bung Karno lakukan. Tapi di satu sisi lain juga, Bung Karno punya ketertarikan. Bahkan Bung Karno diajak menjadi pengajar di Muhammadiyah itu sendiri," ungkap Puti.

Menurutnya politik kebudayaan Bung Karno juga sebagai bentuk misi pelawanan untuk membangun derajat perempuan. Puti menegaskan bahwa hal tersebut juga menjadi gagasan Bung Karno dalam salah satu konsep Trisaktinya yakni berkepribadian dalam kebudayaan.

"Jalan politik kebudayaan itu sekarang kita nggak punya, soal hari ini anak-anak Indonesia siapapun di dunia ini semua terkena imbas K-Pop, Korean Wave. Apakah itu hal yang semudah menjentikkan jari? Korea bisa melakukan penetrasi," ujarnya.

Kebudayaan yang dimaksud, lanjut Puti, bukan hanya soal tari menari, menyanyi dan lain sebagainya. Tetapi di semua bidang sehingga berhasil termanifestasikan dalam banyak bentuk. Seperti lagu, fashion dan sebagainya. Tentu yang juga harus termaktub di dalamnya adalah nilai-nilai yang tercantum dalam payung besar Pancasila.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini