Sukses

Isi Gurindam Dua Belas, Karya Sastra Pujangga Melayu Raja Ali Haji yang Tersohor

Gurindam Dua Belas merupakan karya sastra berbahasa Melayu Kuno yang banyak memuat istilah tasawuf dan kata-kata kiasan metafora sebagai ciri khasnya

Liputan6.com, Riau - Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad merupakan seorang sastrawan Melayu yang populer. Ia juga merupakan seorang sejarawan, cendekiawan, dan penulis terkenal yang memimpin kebangkitan sastra dan budaya Melayu pada abad ke-19.

Raja Ali Haji lahir pada 1809 di Pulau Penyengat, Riau. Raja Ali Haji juga dikenal sebagai ulama, sejarawan, dan pujangga.

Ia memiliki kemampuan intelektual dan telah menghasilkan beberapa karya monumental. Salah satu karya populernya adalah Gurindam Dua Belas.

Mengutip dari riau.go.id, Gurindam Dua Belas merupakan karya sastra berbahasa Melayu Kuno yang banyak memuat istilah tasawuf dan kata-kata kiasan metafora sebagai ciri khasnya.

Sesuai judulnya, karya ini terdiri dari 12 pasal dan dikategorikan sebagai 'syi’r al-irsyadi' atau puisi didaktik. Tulisan ini berisi nasihat dan petunjuk hidup, ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak terhadap orang tua, tugas orang tua kepada anak, budi pekerti, dan hidup bermasyarakat.

Mengutip dari petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id, karya ini dilatarbelakangi oleh konflik internal kerajaan dan tekanan penjajah yang ada pada kerajaan Riau-Lingga saat itu. Agar nilai-nilai keislaman tidak terkikis oleh konflik internal dan eksternal, Raja Ali Haji pun menulis Gurindam Dua Belas.

Hal tersebut merupakan bentuk tanggung jawab dan moral untuk memelihara dan mempertahankan eksistensi agama dan budaya Islam. Gurindam Dua Belas pun selesai ditulis di Pulau Penyengat pada 23 Rajab 1263 Hijriah (1846 Masehi).

Raja Ali Haji kemudian wafat sekitar 1872-1873 di Pulau Penyengat. Meski demikian, pada 5 November 2004, ia dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional berkat karya-karya dan perjuangannya lewat tulisan.

Untuk memperingati penobatan tersebut, pada 5 November 2022, Google doodle menampilkan sosok sastrawan Melayu tersebut sebagai bentuk penghormatan. Berikut merupakan susunan dan isi Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji:

 

GURINDAM I

Ini gurindam pasal yang pertama

Barang siapa tiada memegang agama,

sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.

Barang siapa mengenal yang empat,

maka ia itulah orang ma’rifat

Barang siapa mengenal Allah,

suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.

Barang siapa mengenal diri,

maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari.

Barang siapa mengenal dunia,

tahulah ia barang yang terpedaya.

Barang siapa mengenal akhirat,

tahulah ia dunia mudarat.

 

 

 

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gurindam II-VI

GURINDAM II

Ini gurindam pasal yang kedua

Barang siapa mengenal yang tersebut,

tahulah ia makna takut.

Barang siapa meninggalkan sembahyang,

seperti rumah tiada bertiang.

Barang siapa meninggalkan puasa,

tidaklah mendapat dua temasya.

Barang siapa meninggalkan zakat,

tiadalah hartanya beroleh berkat.

Barang siapa meninggalkan haji,

tiadalah ia menyempurnakan janji.

 

GURINDAM III

Ini gurindam pasal yang ketiga:

Apabila terpelihara mata,

sedikitlah cita-cita.

Apabila terpelihara kuping,

khabar yang jahat tiadalah damping.

Apabila terpelihara lidah,

nescaya dapat daripadanya faedah.

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,

daripada segala berat dan ringan.

Apabila perut terlalu penuh,

keluarlah fi’il yang tiada senonoh.

Anggota tengah hendaklah ingat,

di situlah banyak orang yang hilang semangat

Hendaklah peliharakan kaki,

daripada berjalan yang membawa rugi.

 

GURINDAM IV

Ini gurindam pasal yang keempat:

Hati kerajaan di dalam tubuh,

jikalau zalim segala anggota pun roboh.

Apabila dengki sudah bertanah,

datanglah daripadanya beberapa anak panah.

Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,

di situlah banyak orang yang tergelincir.

Pekerjaan marah jangan dibela,

nanti hilang akal di kepala.

Jika sedikitpun berbuat bohong,

boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.

Tanda orang yang amat celaka,

aib dirinya tiada ia sangka.

Bakhil jangan diberi singgah,

itupun perampok yang amat gagah.

Barang siapa yang sudah besar,

janganlah kelakuannya membuat kasar.

Barang siapa perkataan kotor,

mulutnya itu umpama ketur.

Di mana tahu salah diri,

jika tidak orang lain yang berperi.

 

GURINDAM V

Ini gurindam pasal yang kelima:

Jika hendak mengenal orang berbangsa,

lihat kepada budi dan bahasa,

Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,

sangat memeliharakan yang sia-sia.

Jika hendak mengenal orang mulia,

lihatlah kepada kelakuan dia.

Jika hendak mengenal orang yang berilmu,

bertanya dan belajar tiadalah jemu.

Jika hendak mengenal orang yang berakal,

di dalam dunia mengambil bekal.

Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,

lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.

 

GURINDAM VI

Ini gurindam pasal yang keenam:

Cahari olehmu akan sahabat,

yang boleh dijadikan obat.

Cahari olehmu akan guru,

yang boleh tahukan tiap seteru.

Cahari olehmu akan isteri,

yang boleh menyerahkan diri.

Cahari olehmu akan kawan,

pilih segala orang yang setiawan.

Cahari olehmu akan abdi,

yang ada baik sedikit budi,

 

 

 

3 dari 3 halaman

Gurindam VII-XII

GURINDAM VII

Ini Gurindam pasal yang ketujuh:

Apabila banyak berkata-kata,

di situlah jalan masuk dusta.

Apabila banyak berlebih-lebihan suka,

itulah tanda hampir duka.

Apabila kita kurang siasat,

itulah tanda pekerjaan hendak sesat.

Apabila anak tidak dilatih,

jika besar bapanya letih.

Apabila banyak mencela orang,

itulah tanda dirinya kurang.

Apabila orang yang banyak tidur,

sia-sia sahajalah umur.

Apabila mendengar akan khabar,

menerimanya itu hendaklah sabar.

Apabila menengar akan aduan,

membicarakannya itu hendaklah cemburuan.

Apabila perkataan yang lemah-lembut,

lekaslah segala orang mengikut.

Apabila perkataan yang amat kasar,

lekaslah orang sekalian gusar.

Apabila pekerjaan yang amat benar,

tidak boleh orang berbuat onar.

 

GURINDAM VIII

Ini gurindam pasal yang kedelapan:

Barang siapa khianat akan dirinya,

apalagi kepada lainnya.

Kepada dirinya ia aniaya,

orang itu jangan engkau percaya.

Lidah yang suka membenarkan dirinya,

daripada yang lain dapat kesalahannya.

Daripada memuji diri hendaklah sabar,

biar pada orang datangnya khabar.

Orang yang suka menampakkan jasa,

setengah daripada syirik mengaku kuasa.

Kejahatan diri sembunyikan,

kebaikan diri diamkan.

Keaiban orang jangan dibuka,

keaiban diri hendaklah sangka.

 

GURINDAM IX

Ini gurindam pasal yang kesembilan:

Tahu pekerjaan tak baik,

tetapi dikerjakan,

bukannya manusia yaituiah syaitan.

Kejahatan seorang perempuan tua,

itulah iblis punya penggawa.

Kepada segaia hamba-hamba raja,

di situlah syaitan tempatnya manja.

Kebanyakan orang yang muda-muda,

di situlah syaitan tempat berkuda.

Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,

di situlah syaitan punya jamuan.

Adapun orang tua yang hemat,

syaitan tak suka membuat sahabat

Jika orang muda kuat berguru,

dengan syaitan jadi berseteru.

 

GURINDAM X

Ini gurindam pasal yang kesepuluh:

Dengan bapak jangan durhaka

supaya Allah tidak murka.

Dengan ibu hendaklah hormat

supaya badan dapat selamat.

Dengan anak janganlah lalai

supaya dapat naik ke tengah balai.

Dengan istri dan gundik janganlah alpa

supaya kemaluan jangan menerpa.

Dengan kawan hendaklah adil

supaya tangannya jadi kapil.

 

GURINDAM XI

Ini gurindam pasal yang kesebelas:

Hendaklah berjasa,

kepada yang sebangsa.

Hendaklah jadi kepala,

buang perangai yang cela.

Hendaklah memegang amanat,

buanglah khianat.

Hendak marah,

dahulukan hujjah.

Hendak dimalui,

jangan memalui.

Hendak ramai,

murahkan perangai.

 

GURINDAM XII

Ini gurindam pasal yang kedua belas:

Gurindam Dua Belas, pasal yang ke 11 dan ke 12

Raja mufakat dengan menteri,

seperti kebun berpagarkan duri.

Betul hati kepada raja,

tanda jadi sebarang kerja.

Hukum adil atas rakyat,

tanda raja beroleh inayat.

Kasihkan orang yang berilmu,

tanda rahmat atas dirimu.

Hormat akan orang yang pandai,

tanda mengenal kasa dan cindai.

Ingatkan dirinya mati,

itulah asal berbuat bakti.

Akhirat itu terlalu nyata,

Akhirat itu terlalu nyata,

Kepada hati yang tidak buta.

(Resla Aknaita Chak)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.