Sukses

Simak Bahaya Mengerjakan Tugas dengan Sistem Kebut Semalam bagi Mahasiswa

Bila belum mendekati deadline, para mahasiswa cenderung tidak mempedulikan.

Liputan6.com, Jakarta - Tugas layaknya seperti santapan setiap hari bagi para mahasiswa. Tidak sedikit mahasiswa mengerjakan tugas dengan Sistem Kebut Semalam (SKS).

Mengerjakan tugas kuliah yang menumpuk, jadwal hingga kegiatan organisasi yang terus bermunculan, menjadikan mahasiswa abai akan kewajiban yang harus dia kerjakan.

Umumnya, bila belum mendekati batas waktu atau deadline, para mahasiswa cenderung tidak mempedulikan, bahkan acuh tak acuh. 

Namun, bila tidak dikerjakan, tugas akan menjadi bumerang bagi mahasiswa yang akan mengancam kelulusan seorang mahasiswa. 

Kebanyakan para mahasiswa menyelesaikan tugas dengan sistem kebut semalam. Dikerjakan pada waktu semalaman saja atau bahkan dengan jangka waktu kurang dari 3 atau bahkan 1 jam saja.

Dilansir dari Ditjen Dikti, sistem kebut semalam atau yang biasa dikenal dengan sebutan SKS tersebut sangat memengaruhi kinerja otak dan performa akademis.

Nah, oleh karena itu, terdapat 4 aspek dampak dari Sistem Kebut Semalam ini, di antaranya:

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bahaya SKS

Sulit Konsentrasi

Stamina kerja otak yang ditekan dengan sedemikian rupa akan memengaruhi fokus dari kinerja otak tersebut sehingga membuatmu kehilangan kendali.

Performa Akademis Turun

Kurangnya persiapan akademis yang memaksakan otak menyerap materi dengan waktu yang begitu cepat, menyebabkan hasil yang tidak maksimal.

Mengganggu Kesehatan

Mengambil waktu istirahat yang seharusnya dipakai tubuh untuk beristirahat pada malam hari akan membuat imun tubuh menjadi menurun. 

Hal ini dapat menyebabkan penuaan dini, insomnia, dan bahkan terserang penyakit tertentu.

Gangguan pada Otak

Jika otak terus dipaksa untuk melakukan hal yang berat pada saat bukan waktunya, otak akan mengalami gangguan memori, menyebabkan lebih sering lupa akibat terbiasa belajar dalam kondisi singkat dan keras.

 

Penulis : Nela Qurrotu'ain

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.