Sukses

Mengapa Banjir Rob Semarang Ada 'Korban'?

Semarang ada di peringkat kedua dari 99 kota dengan kecepatan penurunan tanah tertinggi di dunia.

Liputan6.com, Semarang - Banjir rob Semarang membawa 'korban' cukup banyak. Bukan korban jiwa, namun ratusan kendaraan dan kegiatan usaha.

Mengapa Semarang terkesan tak siap? Bukankah kota ini selalu dilanda banjir rob tiap tahun?

Nila Ardhianie, Direktur Amrta Institute for water literacy, mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro menyebutkan menyebutkan, bahwa hingga hari ketiga genangan banjir masih terlihat di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Kota Semarang. 

Menurutnya ada beberapa faktor penyebab terjadinya banjir besar tersebut.

"Memang fokus utama pada tanggul jebol sebagai penyebab banjir," kata Nila.

Sebagai antisipasi ke depan, Nila menyebut beberapa hal sebagai antisipasi agar tak da "korban" lagi. 

Yang pertama optimalisasi early warning system. Berdasarkan video yang beredar sesaat setelah tanggul jebol, terlihat para pekerja berlarian dan banyak yang menuntun sepeda motor yang terendam total air laut.

"Ini menunjukkan peringatan tersebut tidak berjalan optimal," kata Nila.

Harus ada evaluasi sosialisasinya. Apakah semua pihak yang potensial terkena dampak sudah memperoleh informasi?

"Faktor tanggul yang jebol jelas terkait dengan kualitas material dan metode yang digunakan saat konstruksi," kata Nila.

Saat dibangun tanggul didesain untuk mampu menahan gelombang laut dengan ketinggian tertentu dengan kecepatan arus tertentu pula. Ini berkaitan dengan metode pemeliharaan. Sebab secara faktual, tanggul yang jebol tersebut berawal Ari retakan yang kecil.

"Maintenance harus sesuai dengan desain dan konstruksi awal dan perubahan lingkungan yang terjadi," katanya.

Simak video pilihan berikut ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Juara Dua Kecepatan Penurunan Tanah

Nila juga menyoroti kecepatan penurunan tanah sebagai penyebab. Berdasar penelitian terbaru tahun 2022 dari Pei-Chin Wu, Meng (Matt) Wei, dan Steven D’Hondt menyimpulkan bahwa Semarang adalah kota dengan laju penurunan tanah tercepat kedua diantara 99 kota tepi pantai yang diteliti. 

"Urutannya adalah Tianjin, Semarang dan Jakarta dengan laju maksimal 30 mm per tahun LOS. Data yang digunakan penelitian ini adalah PS Interferometric Synthetic Aperture Radar method and Sentinel," kata Nila.

Penurunan tanah menjadi faktor penting saat banjir terjadi (baik banjir akibat limpasan air laut (rob) maupun banjir akibat air hujan). Tanah yang sudah turun meningkatkan daya tampung air di daratan sehingga membuat genangan menjadi makin dalam dan makin sulit dialirkan ke laut. Pada saat air pasang kondisi menjadi lebih parah karena air akan menggenang lebih lama di darat dan sukar dialirkan ke laut.

Penurunan tanah adalah turunnya permukaan tanah sebagai respon terhadap peristiwa geologi atau penyebab yang terkait aktivitas manusia. 

"Khusus kota Semarang, ekstraksi air tanah yang berlebihan, pembebanan bangunan dan struktur, dan kompaksi/konsolidasi sedimen aluvial muda terutama di kawasan Semarang bawah. Peristiwa tektonik di bawah Semarang, semua menjadi penyebab bersama dan mempercepat penurunan tanah," kata Nila

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.