Sukses

Warung Jamu Ginggang yang Tersohor di Yogyakarta, Racikan Abdi Dalem Pakualaman

Salah satu warung jamu legendaris di Yogyakarta adalah warung Jamu Ginggang.

Liputan6.com, Yogyakarta - Jamu adalah racikan beragam rempah-rempah yang dipercaya dapat menjaga kesehatan dan menyembuhkan beragam penyakit. Jamu tradisional biasanya dijajakan berkeliling dengan cara digendong dalam keranjang. Penjual jamu biasa wanita yang disebut 'mbok-mbok'.

Di Yogyakarta jamu juga dijual di kios-kios atau toko khusus jamu. Di sini pembeli bisa minum jamu di tempat danl memilih menu jamu yang ada atau menyebutkan keluhan kesehatan pada penjualnya.

Pada umumnya warung jamu memiliki racikan standar untuk perut kembung, masuk angin, flu perut atau sakit perut.

Dikutip dari berbagai sumber, salah satu warung jamu legendaris di Yogyakarta adalah warung Jamu Ginggang. Di warung jamu ini pembeli bisa duduk menikmati jamu tradisional ala tempo dulu.

Perabotan kayu ditata dengan suasana tempo dulu. Warung ini sudah berdiri sejak 1950 dan menjadi pelopor industri jamu di Yogyakarta, yang kini dikelola oleh generasi kelima.

Menjadi warung jamu legendaris, tak heran warung jamu ini masih ramai pengunjung mulai dari yang tua maupun muda. Warung jamu ginggang mampu bertahan meski sudah banyak pengobatan modern tersedia saat ini.

Sebenarnya warung Jamu Ginggang ini sudah mulai dirintis tahun 1930 oleh Bilowo yang merupakan abdi dalem Puro Pakualaman. Ia seorang pembuat jamu untuk Kanjeng Sinuwun Paku Alam VII.

Kemudian atas seizin dari Paku Alam VII, Bilowo akhirnya memulai berdagang jamu.

Nama Ginggang juga pemberian dari Sri Paku Alaman VI, yang lengkapnya 'Jamu Jawa Asli Tan Ginggang'.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Arti Tan Ginggang

Tan Ginggang berasal dari bahasa Jawa yang artinya selalu akrab, rukun dan bersatu. Diharapkan warung jamu ini bisa selalu membuat warga jadi rukun.

Biasanya Warung Jamu Ginggang memulai produksi jamu dari pukul 05.00 hingga 08.00. Cara pengolahannya pun masih tradisional untuk mempertahankan cita rasanya tetap autentik walau sudah berbeda generasi.

Jamu masuk ditumbuk dengan penumbuk tradisional dan selalu diracik segar. Memasuki warung ini langsung tercium aroma semerbak rempah-rempah yang sangat kuat.

Terlihat beberapa stoples berisi bungkusan jamu tradisional baik berbentuk bubuk maupun ramuan rempah kering yang dipajang di etalase. Beberapa potret kuno juga tampak terpampang di dinding-dinding warung.

Jamu Ginggang menawarkan sejumlah 45 menu jamu, yang dibedakan menjadi tiga jenis yaitu jamu biasa, minuman dingin dan jamu telor. Tiap jamu yang ada memiliki keunikan dan manfaatnya masing-masing yang cukup bervariasi.

Harga tiap gelas jamu cukup bervariasi mulai dari Rp 4.000 hingga Rp 25.000. Beberapa jenis jamu dapat dinikmati dengan menggunakan es, antara lain beras kencur dan temulawak sehingga cocok ketika hawa panas.

Warung Jamu Ginggang berlokasi di Jalan Masjid No.32 Pakualaman. Warung jamu ini mulai buka Pukul 08.30 hingga 20.30, dan buka setiap hari.

(Tifani)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.