Sukses

Klaster Covid-19 SD Gunungkidul Mengkhawatirkan, Guru dan Siswa Minim Perlindungan

Guru dan siswa di Gunungkidul hanya mengandalkan protokol kesehatan saat melaksanakan pembelajaran tatap muka di sekolah.

Liputan6.com, Gunungkidul - Klaster penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah di Kabupaten Gunungkidul makin mengkhawatirkan. Klaster yang bermula dari kegiatan belajar tatap muka di sebuah sekolah dasar di Kapanewonan Patuk ini mulai merambah menjadi klaster keluarga. 

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Dewi Irawaty menyebutkan, awal mula klaster Covid-19 di lingkup sekolah dasar di Gunungkidul itu bermula dari suami istri dari Kabupaten Kulon Progo yang mengajar di sebuah SD di Kapanewon Patuk. Guru tersebut ternyata terkonfirmasi positif setelah sempat mengajar tatap muka.

"Sebelumnya mereka sudah melakukan kontak dengan siswa di sekolah maupun rekan guru di sekolah tersebut," ungkap Dewi kepada Liputan6.com, Senin (30/11/2020).

Dari dua guru tersebut, ada dua siswa yang tertular guru perempuan. Kemudian yang laki-laki atau suami, menularkan ke guru rekan kerjanya. Mereka semua telah melakukan isolasi di rumah, beberapa di antaranya ada yang di rumah sakit.

Sebanyak empat kasus terbaru di Kapanewon Patuk terdiri dari anak perempuan berusia 4 tahun, 10 tahun, kemudian bayi perempuan usia 2 tahun serta anak laki-laki usia 9 tahun.

"Kalau yang tertular di sekolah adalah anak usia 9 dan 10 tahun," kata Dewi.

Dengan demikian, kasus penularan yang terjadi di lingkup sekolah mengakibatkan tiga guru dan empat pelajar SD positif Covid-19, dan harus menjalani perawatan isolasi.

Saat ini, pemerintah melalui Dinkes dan Puskesmas masih melakukan tracing siapa saja yang pernah kontak langsung dengan mereka yang saat ini terkonfirmasi positif Covid-19. Hal ini dilakukan agar segera dapat dilaksanakan langkah antisipasinya.

Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Niken Widyawati mengakui, guru kini menjadi kelompok yang rentan penularan Covid-19. Apalagi hingga saat ini belum ada perlindungan terhadap para guru sebelum memulai pembelajaran tatap muka.

Niken juga mengakui, hingga saat ini belum ada fasilitas skrining dan swab test untuk para guru yang ingin melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan siswa. Sehingga antisipasi penularan dari guru ke siswa ataupun sebaliknya belum bisa diminimalisir. Sejauh ini guru hanya mengandalkan protokol kesehatan.

"Ini yang perlu kita pikirkan, apalagi sebentar lagi kita akan melaksanakan pembelajaran tatap muka di sekolah," ujarmya.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.