Sukses

Hore, Lokomotif Uap Berusia Seabad Ini Bakal Jadi Kereta Wisata di Solo

Lokomotif uap kuno buatan Jerman tahun 1921 bakal beroperasi menjadi kereta wisata di Solo. Bahkan, rencananya rute perjalanan lokomotif uap tersebut akan diperpanjang hingga Sukoharjo dan Wonogiri.

Liputan6.com, Solo - PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengoperasikan lokomotif uap kuno tambahan di Kota Solo. Kehadiran lokomotif uap buatan tahun 1921 itu bakal mendampingi Sepur Kluthuk Jaladara menjadi kereta wisata di kota kelahiran Presiden Jokowi.

Lokomotif itu merupakan satu dari dua lokomotif uap kuno yang didatangkan ke Solo dari Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Namun, setelah sempat mangkrak di Stasiun Purwosari selama dua tahun, akhirnya satu unit lokomotif uap dengan nomor seri D1410 itu diangkut ke Balai Yasa Yogyakarta untuk direstorasi.

Koordinator tim restorasi lokomotif uap, Suharyanto mengatakan proses restorasi lokomotif uap buatan pabrikan Hanomag, Hannover, Jerman itu membutuhkan waktu sekitar delapan bulan. Adapun proyek restorasi itu dimulai pada bulan April hingga November 2019 lalu.

"Lokomotif uap ini mulai hidup dan diuji coba di Balai Yasa Yogyakarta pada 5 November 2019 lalu. Setelah itu lokomotif uap ini baru dihidupkan lagi pada hari ini untuk dibawa ke Solo," kata dia saat ditemui di Stasiun Purwosari, Solo, Kamis, 6 Februari 2020.

Lokomotif tersebut, menurut dia, kondisi masih sangat bagus dan sudah siap dioperasikan lagi. Bahkan, lokomotif uap itu masih kuat untuk menarik lima gerbong.

"Hanya saja gerbong yang ditariknya tidak ada. Kalau yang Jaladara itu ada dua gerbongnya," ucapnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kondisi Lokomotif Uap Kuno Masih Bagus

Meskipun lokomotif tersebut telah berusia tua, namun dia sangat yakin bahwa untuk beroperasi setiap malah lebih bagus. Namun, sebagai lokomotif kuno juga terdapat batasannya untuk nenjaga kondisi lokomotif tersebut.

"Malah kuat, justru lebih bagus kalau tiap hari jalan. Tapi ya harus ada batasannya dan dalam kontrak dengan Dishub itu maksimum dalam satu bulan 10 kali perjalanan," sebutnya.

Kepala PT KAI Daops 6 Yogyakarta, Eko Purwanto mengungkapkan lokomotif uap itu berangkat dari Stasiun Lempuyangan pada Kamis pagi sekitar pukul 09.25 WIB. Sedangkan dikeluarkan dari Balai Yasa Yogyakarta ke Lempuyangan pada Rabu malam, 5 Februari 2020.

"Setelah berangkat dari Stasiun Lempuyangan kemudian sempat berhenti di Stasiun Klaten. Selama perjalanan itu lokomotif uap itu berjalan sendiri tanpa didorong," kata dia.

Di Stasiun Klaten, lokomotif uap itu sempat diisi air kembali. Namun, untuk memanaskan air hingga mengeluarkan uap untuk menggerakkan mesin membutuhkan waktu lama. Alhasil, petugas memutuskan untuk mendorong lokomotif itu dengan train motor car (TMC) menuju Stasiun Purwosari.

"Untuk pemanasan dengan menambah kayu lagi itu butuh waktu dua hingga tiga jam sehingga biar segera sampai ke Purwosari didorong karena perjalanannya sangat panjang," ujar dia.

3 dari 4 halaman

Manfaatkan Suku Cadang Kanibal

Menurut Eko, PT KAI melalui Balai Yasa Yogykarta telah berhasil merestorasi lokomotif uap kuno dengan tenaga sendiri. Sedangkan untuk mengatasi kendala kian langkanya suku cadang lokomotif uap itu, para teknisi mengakalinya dengan memanfaatkan suku cadang dari lokomotip uap yang lain.

"Spare part kita carikan dari loco uap yang lain. Jadi ada beberapa yang sifatnya kita pesan itu ada, pesannya itu tidak ke pabriknya karena sudah tidak ada pabriknya, tapi ke asesoris spare part dan dipesankan di dalam negeri," ucapnya.

Ia pun menyebutkan restorasi lokomotif uap tersebut membutuhkan biaya kurang lebih Rp1 miliar hingga Rp2 miliar. Lokomotif uap itu juga cukup historis karena dibuat pada tahun 1920-an. Lokomotif itu dulunya beroperasi di wilayah Jawa Barat.

"Terakhir beroperasi tahun 1958. Dan pertama kali beroperasi tahun 1923 kalu enggak salah. Ini memang buatan Jerman punya. Nanti lokomotif ini akan temani Jaladara untuk menjadi kereta wisata di Solo," harapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Solo, Hari Prihatno mengatakan kehadiran lokomotif uap tambahan itu diharapkan bisa mendampingi keberadaan kereta wisata yang pertama yakni Sepur Kluthuk Jaladara. "Lokomotif uap yang datang hari ini untuk melengkapi kereta uap Jaladara yang sudah ada," kata dia.

4 dari 4 halaman

Rute Perjalanan Diperpanjang

Menurut Hari, rencana setelah nanti beroperasi menjadi kereta wisata, rute perjalanan lokomotif uap tambahan itu akan diperpanjang hingga Sukoharjo dan Wonogiri. Sedangkan, rute Sepur Kluthuk Jaladara yang ada saat ini rutenya hanya dari Stasiun Purwosari hingga Stasiun Sangkrah.

"Tetapi untuk sampai Wonogiri dan Sukoharjo, kami minta koordinasi dengan dinas pariwisata dua daerah tersebut untuk membuat destinasi wisata yang menarik. Kalau cuma lewat thok (melintas saja) kan eman-eman (sia-sia) harus ada pemberhentian yang menarik," harapnya.

Lokomotif uap tersebut akan diserahkan secara resmi kepada Pemerintah Kota Solo pada hari Minggu, 16 Februari 2020 mendatang. Hanya saja untuk kepastian acara serah terima ini masih terus berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait.

"Kalau rencana agendanya itu diserahkan saat car free day hari Minggu di depan rumah dinas wali kota Loji Gandrung. Nanti serah terima dari Kepala Daop kepada Pak Wali," ucapnya.

Seperti diketahui keberadaan kereta uap Jaladara yang menjadi kereta wisata menjadi daya tarik wisata Kota Solo. Bahkan, selama tahun 2019 lalu Sepur Kluthuk Jaladara itu telah melayani perjalanan hinga 80 kali.

"Tahun kemarin tripnya bagus memenuhi target hingga 80 perjalanan. Ini kan kereta kuno jadi memang harus dibatasi karena untuk maintenance juga biayanya cukup tinggi," dia menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.