Sukses

GP Ansor Minta Jokowi Tiru Gaya Gus Dur Redam Konflik Papua

Gus Dur di mata GP Ansor memiliki jurus jitu meredam konflik Papua.

Liputan6.com, Denpasar - Gejolak yang terjadi di Papua dan Papua Barat memantik perhatian sejumlah pihak. Salah satunya datang dari Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Ketua GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas meminta presiden untuk segera mengunjungi Papua. Hal itu untuk meredakan ketegangan kerusuhan di Bumi Cenderawasih imbas peristiwa Surabaya dan Malang, Jawa Timur.

Pernyataan itu disampaikan Yaqut saat memberi orasi politik pada acara 'Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL) II Diklatsus Provost Nasional III Dirosah Wustoh' di Pondok Pesantren Al-quran Raudlotul Huffaz.

Pada acara yang mengambil tema "Melalui Pendidikan Kader Kita Tingkatkan Militansi Berorganisasi dalam Menjaga Keutuhan NKRI" itu ia menuturkan, kehadiran presiden diperlukan sebagai bentuk pendekatan baru terhadap masyarakat Papua. 

"Pemerintah perlu mengubah pendekatan terhadap masyarakat Papua, jangan lagi by infrastructure. Sekarang itu kan membuat jalan sepanjang-panjangnya. Harusnya menyentuh hati mereka sebagaimana dulu dilakukan Dus Dur," ujar Yaqut, Jumat (23/8/2019).

Sebab, kata dia, belum tentu masyarakat Papua membutuhkan infrastruktur yang gencar dibangun pemerintah di Papua. "Kalau pun membutuhkan, cukup dulu sekarang ini pembangunan infrastrukturnya. Lakukan pendekatan hati ke hati, ajak bicara mereka maunya apa. Itu lebih bijak dan solusi terbaik bagi Papua," saran dia  

"Sangat penting dan perlu. Jika berkenan saya harap presiden ke Papua. Bicara dengan masyarakat dan tokoh Papua. Masyarakat Papua ramah dan mereka nyaman berada di pelukan NKRI," tambah Yaqut.

Kala Gus Dur memimpin Indonesia, kata Yaqut, ia menerima perubahan nama Irian Jaya menjadi Papua, sebagaimana hal itu memang diinginkan oleh masyarakat Papua. Pun ketika ulang tahun OPM (Organisasi Papua Merdeka) meminta izin kepada Gus Dur untuk mengibarkan bendera Bintang Kejora, Gus Dur juga mempersilakan. 

"Tapi syarat Gus Dur waktu itu, silakan kibarkan bendera Bintang Kejora, tapi tidak boleh lebih tinggi dari Merah Putih. Bendera Bintang Kejora dalam perspektif yang disampaikan Gus Dur adalah simbol kultural bukan negara. Kurang lebih sama dengan bendera PSSI," tutur dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dalang Kerusuhan

Di sisi lain, Yaqut menilai konflik Papua adalah kerusuhan yang didesain bukan muncul secara alamiah. Tujuannya untuk memperkeruh suasana. Bahkan, dari informasi yang diterimanya, Yaqut menduga kerusuhan itu didesain untuk memperkuat posisi tawar kemerdekaan Papua.

"Kita juga menduga ingin memunculkan kembali isu Papua merdeka, terutama oleh OPM di luar negeri. Kita baca indikasi ini. Kita kroscek kemungkinan ini ada dan dugaan itu kuat," katanya.

Malam sebelum pengepungan asrama di Surabaya terjadi, Yaqut mengatakan jika jajaran Ansor dan Banser di Surabaya dihubungi oleh beberapa pihak yang tak mau disebutkannya.

"Komandan Banser ditelepon oleh seseorang, diajak untuk turun mengepung asrama mahasiswa Papua. Katanya, mahasiswa Papua merusak bendera yang dikibarkan. bersama FPI dan Pemuda Pancasila kita turun," ceritanya.

"Banser itu terlatih dan terdidik. Tidak akan melakukan hal tanpa koordinasi. Komandan banser melapor kepada kita. Saya perintahkan jangan turun, cek dulu. Dan benar tidak ada perusakan itu. Memang ada (bendera) yang jatuh ke got, tapi bukan mahasiswa Papua yang buat," dia menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.