Sukses

Nasib Burung Maleo Gorontalo Lintas Provinsi demi Cari Makan

Setelah dirilis dari penangkaran, burung-burung maleo ini bukannya menetap di hutan malah memilih bermigrasi ke tempat lain.

Liputan6.com, Gorontalo - Penangkaran burung maleo yang berada di Hungayono, Hutan Taman Nasional Nani Wartabone, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, setiap minggu merilis puluhan burung maleo hasil penangkaran.

Namun setelah dirilis, burung-burung ini bukannya menetap di hutan tersebut malah memilih bermigrasi ke tempat lain. Hal ini disebabkan kurangnya makanan di sekitar penangkaran.

Burung endemik asli Sulawesi ini akan memilih hutan yang memiliki banyak ketersediaan makanan. Hal ini terungkap setelah terlihat di sekitar lokasi penangkaran hanya sedikit burung yang menampakan diri sementara setiap tahun petugas merilis ribuan anak burung maleo.

Burung yang tergolong jenis herbivora atau pemakan buah ini, lebih memilih menetap di wilayah hutan Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), Provinsi Sulawesi Utara dengan ketersediaan makanan yang cukup.

Menurut Alim Polapa, salah seorang petugas yang ada di penangkaran Maleo Bone Bolango, menuturkan bahwa saat ini yang terjadi di hutan sekitar penangkaran yakni krisis makanan.

"Kebanyakan burung yang kita rillis, itu sebagian mereka pindah ke wilayah hutan Bolsel, Sulawsi Utara, hal ini dikarenakan buah yang merupakan makanan mereka, itu kurang. Sementara puluhan burung kita rilis setiap minggunya," tuturnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rebutan Makanan dengan Rongkang

Menurut pengamatannya, yang terlihat di hutan sekitar penangkaran itu hanya tinggal beberapa burung yang merupakan induknya. Sementara, anak-anak burung yang setiap hari dirilis jarang terlihat.

"Setiap hari yang sering terlihat itu hanya induknya saja ketika datang untuk bertelur, sedangkan puluhan burung yang kami rilis setiap minggunya mereka jarang terlihat karena mencari makanan di hutan Bolsel," ujar Alim kepada Liputan6.com.

"Memang ketersediaan mekanan di hutan sekitar penakaran itu ada, hanya saja banyak juga burung yang butuh makan, seperti burung rangkong, sedangkan burung maleo harus menunggu buah yang jatuh yang lebih dulu habis dimakan oleh burung lain," lanjut Alim.

Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Gorontalo Samsudin Hadju mengatakan, bahwa perpindahan burung itu tidak jadi persoalan penting, selagi mereka masih ada di wilayah hutan Sulawesi.

"Tidak masalah, itu sudah persolanan hukum alam, yang penting mereka masih berada di wilayah hutan Sulawesi. Yang jadi persoalan ketika mereka harus menjadi buruan manusia, dan itu yang harus kita jaga bersama," katanya.

Ia menambahkan, ke depannya akan dilakukan penanaman pohon yang berpotensi menghasilkan buah sebagai makanan burung maleo.

"Mudah-mudahan ke depannya kami akan laksanakan itu, agar supaya burung maleo yang dirilis tidak akan bermigrasi lagi dan burung maleo akan menetap di sekitar penangkaran yang bisa dilihat oleh wisatawan kapan saja," dia menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.