Sukses

Jamuan Istimewa Duta Besar Amerika Serikat untuk Santri Garut

Kunjungan santri Garut merupakan pertama kali dilakukan Kedubes Amerika untuk mempererat hubungan antarmasyarakat Indonesia dan hubungan kedua negara.

Liputan6.com, Garut Ada pemandangan tak lazim di kantor baru Kedutaan Besar Amerika Serikat, Selasa, 9 Juli 2019. Sekitar 120 orang santri asal pesantren/madrasah digital Garut, Jawa Barat, tampak antre mendapatkan kehormatan menjejakan kaki di kantor mewah tersebut.

Menggunakan setelan batik plus kopiah hitam penutup kepala khas santri, perwakilan dari 30 pesantren/madrasah digital asal Garut itu, mendapatkan pemeriksaan ketat petugas keamanan, untuk sejurus kemudian memasuki pelataran gedung Kedubes, menjadi tamu mereka.

Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R. Donovan Jr mengatakan, sebuah kehormatan bisa mendapatkan kunjungan para santri dari kalangan pesantren di gedung baru yang berada di bilangan Jalan Medan Merdeka Selatan Gambir, Jakarta Pusat itu.

"Saya ucapkan selamat datang di Kedubes Amerika," ujar dia menyambut kedatangan para santri di kantornya, Jakarta, Selasa (9/7/2019).

Menurutnya, hubungan bilateral Indonesia dan Amerika Serikat sudah terjalin dengan baik sejak 70 tahun yang lalu. Hubungan ini memberikan banyak kemudahan bagi warga kedua negara dalam berbagai hal.

Donovan mengatakan, selama 2,5 tahun pertama menjalankan tugas sebagai duta besar perwakilan pemerintah Amerika Serikat di Indonesia, memberikan banyak kesan baik bagi dirinya.

"Salah satunya bisa bepergian ke berbagai tempat dan bertemu banyak orang dengan kebaikan hati," ujar dia yang disambut tepuk tangan para santri yang hadir.

Kunjungan para santri madrasah digital dalam kegiatan dialog keberagaman budaya itu, diharapkan mampu meningkatkan kemesraan hubungan bilateral kedua negara ke depan.

"Ini merupakan program strategis meningkatkan hubungan Indonesia dan AS," kata dia.

Dalam kesempatan itu, Donovan tak pelit berbagi informasi kemudahan akses pendidikan bagi santri yang berminat melanjutkan sekolahnya di Amerika Serikat.

"Namun, tentu sebelum mereka bisa sekolah di Amerika, agar bisa memiliki perangkat dan keahlian (keterampilan) agar berhasil," ujar dia mengingatkan.  

Selama ini, pemerintah AS memiliki sejumlah program pertukaran pelajar bagi Indonesia, sebut saja Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study Program (YES) untuk pelajar SMA berusia 15-17 tahun, yang mengharuskan mereka belajar selama satu tahun di sana.  

Kemudian Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI), yang diperuntukan bagi profesional dengan rentang usia 18-35 tahun. "Program ini ditujukan untuk memperkuat pengembangan kepemimpinan dan jejaring di Asia Tenggara," ujar dia.

Serta program beasiswa akademik, yang diperuntukkan bagi mahasiswa berprestasi dengan program unggulan yang cukup dikenal masyarakat Indonesia yakni Fulbright. "Dan tentu program yang kami tawarkan diberikan secara gratis," ujar dia.

Meskipun demikian, bagi para pelajar, mahasiswa, termasuk santri madrasah digital yang akan berangkat, mesti mendapatkan pelatihan dan konseling pendidikan dari staf edukakasi kedutaan besar Amerika Serikat, agar mampu beradaptasi selama di sana.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kunjungan Bersejarah

Sita Raiter, Wakil Ketua Atase Pers Kedubes AS di Jakarta mengakui, kunjungan santri madrasah digital asal Garut, merupakan salah satu kunjungan bersejarah bagi kedutaan besar Amerika di Indonesia.

"Ini pertama kali kami mendapatkan kunjungan santri di Indonesia di gedung baru kami di sini," ujarnya.

Menurutnya kunjungan seratus lebih santri asal kota Dodol Garut itu, terasa istimewa di tengah perayaan 70 tahun hubungan bilateral kedua negara besar dunia itu.

Menurutnya, banyak hal kesamaan mengenai Amerika dan Indonesia, sehingga kunjungan itu menjadi salah satu jalan bagi para santri untuk memahami kebudayaan antarkedua negara.

"Semboyan negara kami dengan Indonesia juga sama. Kalau di Indonesia ada 'Bhinneka Tunggal Ika', maka Amerika ada 'E Plurubis Unum' yang artinya berbeda-beda tetapi tetap bersatu," ujar dia menerangkan.

Saat ini, ada sekitar 8.650 orang mahasiswa Indonesia tengah belajar di Amerika, mereka mempelajari multidisiplin ilmu di sebagian besar universitas terkenal dunia yang berada di Amerika. "Pintu kami terbuka bagi siapa pun yang akan belajar soal Amerika," kata dia.

Beberapa negara bagian yang selalu menjadi tujuan para mahasiswa Indonesia yakni New York, Texas, dan California.

Donovan menambahkan, sejak tahun 1950 kantor Keduataan Besar Amerika telah berdiri di sini, tetapi dalam satu tahun terakhir, keduataan memiliki kantor baru di tempat yang sama.

Bahkan dalam perjalanannya, gedung baru tersebut diklaim sebagai gedung kantor Kedubes Amerika terbesar ketujuh dunia, di seluruh negara mitra mereka.

"Gedung ini sebagai simbol yang kuat terhadap kemitraan yang kuat kami dengan Indonesia," kata dia.

Saat disinggung mengenai perpindahan ibu kota pemerintahan Indonesia di luar Jawa, ia pun tak sungkan terus mengikuti perkembangan selanjutnya.

"Jika Indonssia mau memindahkan ibu kota, maka dubes Amerika pun akan melakukan hal yang sama," ujarnya sambil berkelekar.

 

3 dari 4 halaman

Sarana Kenalkan Budaya Indonesia

Sufi Azkia Salma, salah seorang peserta program pertukaran pelajar YES Amerika angkatan ke-15 mengatakan, pertukaran pelajar kedua negara memberikan banyak manfaat bagi dirinya.

"Salah satunya mengenai Islam, aku sampaikan kepada mereka bahwa Islam itu, tidak seburuk yang mereka pikirkan," kata dia.

Menurutnya, sebagai negara besar di dunia, penduduk Amerika sangat menghormati adanya perbedaan dan keberagaman budaya, terhadap seluruh masyarakat dunia.  

"Saat pertama kali datang ke Amerika belum biasa ngomong bahasa Inggris, ada banyak bangsa lain di dunia, kadang karena belum biasa kita jadi saling bercanda dengan mereka," ujar dia.

Selama satu tahun belajar di negeri Paman Sam, pelajar MAN 10 Jakarta ini mengaku mendapatkan banyak hal mengenai pengetahuan, mulai pemerintahan, kebudayaan hingga pendidikan yang dinilai lebih maju di banding Indonesia.

"Di Amerika itu pelajarannya cuma delapan, kalau di Indonesia bisa 20, tetapi di sana lebih lengkap dan para guru mengajari siswa sampai benar-benar paham," ujarnya.

Tidak hanya itu, selama belajar di sana, dengan penampilan yang berjilbab yang ia kenakan, banyak pertanyaan muncul dari pelajar mengenai kebudayaan Islam.

"Islam itu bukan ISIS, Islam itu begini-begini, dan aku bisa buktikan sama mereka," ujar dia menerangkan.

Dengan upaya itu, masyarakat Amerika yang terkenal kritis dan berpikiran terbuka, mampu memahami kebudayaan masyarakat Muslim. "Di Amerika membuat pikiran lebih terbuka, jika terjebak pada satu hal kita akan mundur," ujar dia mengingatkan.

Tidak hanya berkutat di bangku sekolah, selama di sana, ia menikmati betul perannya untuk mengenal budaya Amerika secara menyeluruh. "Aku juga bisa menikmati empat musim Amerika yang aku inginkan," kata dia sambil tersenyum ramah.

Terakhir, ia menyampaikan bahwa keberagaman bangsa Amerika, bisa menjadi muatan positif bagi penduduk Indonesia termasuk santri madrasah digital, agar saling menghargai dan menghormati antar sesama warga negara.

"Perbedaan itu bukan pembatasan antara aku dan lainnya, tapi perbedaan menjadi pesahabatan lebih kaya," kata dia.

4 dari 4 halaman

Program Berkelanjutan

Aam Hamzah, salah satu pengurus pesantren/madrasah digital kabupaten Garut mengaku bangga menjadi salah satu bagian sejarah kunjungan santri ke Kedutaan Amerika.

"Semoga bisa memberikan banyak manfaat dan program berkelanjutan bagi kalangan pesantren," pinta dia.

Menurutnya, potensi santri dan pelajar dari kalangan pesantren cukup melimpah, sehingga dengan adanya kunjungan ini, memberikan banyak celah akses pendidikan yang bisa diraih mereka.

"Kami berharap tidak hanya pelajar saja, namun juga bagi kalangan ustaz dan pengajarnya juga," pinta dia.

Tidak hanya itu, kedatangan para santri ke kedubes Amerika, diharapkan mampu memberikan penilaian positif mereka, pentingnya saling menghargai dan menghormati keberagaman di masyarakat. "Kami juga tak lupa mengucapkan ulang tahun ke-243 tahun kemerdekaan bangsa Amerika," ujarnya.

Hal senada disampaikan Janur M Bagus, Ketua Forum Komunikasi Kelompok Informasi Kemasyarakatan (FK KIM) Kabupaten Garut. Menurutnya, adanya pengakuan kedutaan besar Amerika terhadap santri, dimanfaatkan betul kalangan santri untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri.

"Akses dari pemerintah Amerika sudah dibuka, tinggal bagaimana kalangan pesantren menyambut tawaran itu," kata dia.

Menurutnya, pemerintah Amerika Serikat memiliki perhatian serius terhadap kemajuan pendidikan di kalangan dunia pesantren Tanah Air.

"Mereka tidak hanya memberikan akses pendidikan saja, namun diharapkan hadirnya kalangan santri bisa menjadi penyambung informasi bagi masyarakat pentingnya keberagaman," kata dia.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.