Sukses

Rumah Batu Pertama di Jambi Kondisinya Memprihatinkan

Rumah Batu pertama di Jambi yang kaya sejarah ini mengusung arsitektur perpaduan Melayu, China, dan Eropa.

Liputan6.com, Jambi - Reruntuhan puing-puing dinding dan atap bangunan Rumah Batu masih tampak jelas berserakan. Rumah peninggalan dari Pangeran Wirokusumo, seorang saudagar di Olak Kemang Seberang Kota Jambi kini kondisinya semakin menghawatirkan karena tergerus usia.

Pengunjung yang datang pun sekarang tidak bisa lagi lama-lama di dalam rumah karena khawatir suatu saat bisa tertimpa reruntuhan. Meski dalam kondisi memprihatinkan, keberadaan rumah ini masih sering dikunjungi wisatawan lokal, terutama saat hari libur akhir pekan.

Tak hanya pengunjung yang ingin melihat peninggalan sejarah, bahkan untuk mengenalkan jejak sejarahnya, Rumah Batu ini juga dipilih menjadi salah satu lokasi untuk pengambilan gambar film "OMG Jambe". Film ini bercerita soal sejarah Jambi.

Di bawah terik matahari, tiga orang pemeran film mulai memperagakan adegan di halaman Rumah Batu. Beberapa kali adegan harus diulang karena gambar yang diinginkan sutradara tidak sesuai.

"Kita pilih lokasi Rumah Batu untuk pembuatan film ini, karena lokasinya mempunyai nilai sejarah," kata Fadly, salah seorang kru film "OMG Jambe" kepada Liputan6.com di Rumah Batu Olak Kemang Seberang Kota Jambi, Minggu (7/7/2019).

Sementara itu, dalam catatan sejarah, Rumah Batu ini adalah rumah peninggalan Pangeran Wirokusumo atau dengan nama lain Said Idrus Bin Hasan Al Djufri. Keluarga Al Djufri berasal dari Hadramaut, Yaman. Pangeran Wirokusumo adalah seorang saudagar yang mempunyai hubungan besan dengan Sultan Thaha Syaifuddin.

Rumah Batu tersebut dibangun sekitar tahun 1830. Bangunan ini dirancang oleh arsitek Datuk Shin Tai, seorang keturunan Tionghoa yang memeluk Islam. Arsitek Datuk Shin Tai pada masa itu merancang bangunan dengan perpaduan arsitektur Melayu, China, dan Eropa.

Unsur lokal Melayu tampak pada bentuk rumah panggung dan atapnya berbentuk limas. Unsur China tampak pada hiasan naga di atas bumbungan rumah, dinding depan dan atap gapura di halaman rumah. Sedangkan unsur Eropa tampak dari tiang-tiang panggung dari bahan bata berbentuk pilar penyangga bangunan di atasnya.

Setelah Pangeran Wirokusumo wafat pada 1901, rumah tersebut kemudian dihuni keturunannya. Namun hingga keturunan ke-empat rumah tersebut tidak lagi berpenghuni.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemugaran

Keturunan ke-empat Pangeran Wirokusumo, Syarifah yang saat ini tinggal di rumahnya yang berada tepat di sebelah Rumah Batu itu mengatakan, bangunan peninggalan bersejarah Rumah Batu butuh segera untuk dilakukan pemugaran.

"Sekarang kondisinya 90 persen lebih rusak parah, maunya bisa lakukan pemugaran supaya nantinya bangunan sejarah ini tidak hilang, sehingga bisa dikenalkan kepada anak cucu," kata Sayrifah.

Syarifah yang juga bertindak sebagai julu pelihara itu mengatakan, rumah peninggalan Pangeran Wirokusumo disebut sebagai Rumah Batu karena seingatnya rumah ini adalah rumah pertama yang dibuat dengan dengan material batu.

Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi menyatakan, sebelumnya Rumah Batu tersebut telah dilakukan kajian teknis yang bekerja sama dengan Pusat Dokumentasi Arsitektur Indonesia.

Setelah melalui kajian, BPCB Jambi melalui tim percepatan pemugaran juga telah menyusun rencana dan strategi (Renstra) pemugaran selama lima tahun ke depan. Pemugaran bangunan Rumah Batu ini akan mulai dipugar mulai tahun 2020 hingga 2024 melalui tiga tahap pemugaran.

"Sudah dimasukan ke Renstra untuk dilakukan pemugaran, paling cepat bisa dilakukan tahun 2020 nanti," kata Agus Sudaryadi, Kepala Unit Pemugaran BPCB Jambi.

Dalam tahap pertama pemugaran itu nantinya kata Agus, adalah memulai pekerjaan dengan memperkuat pondasi di bawahnya dan tahap kedua dilanjutkan dengan memugar bagian bangunan. Sedangkan tahap ketiga dilanjutkan penataan lingkungan sehingga bisa dimanfaatkan untuk wisatawan sejarah.

"Pemugaran ini tidak bisa sekaligus selesai, jadi harus diusulkan tiga tahap karena pemugaran yang kami lakukan tidak hanya di Rumah Batu saja, tapi ada di tempat yang lain juga," katanya. (Gresi Plasmanto/ Jambi)

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.