Sukses

Pagi Hari Merindukan Kicauan Burung Madu Sriganti

Burung madu Sriganti khas Gorontalo terancam punah, perburuan dan perdagangan bebas jadi biang keladinya.

Liputan6.com, Gorontalo - Burung madu Sriganti terancam punah. Perburuan dan perdagangan bebas burung langka bernama latin Cinnyris Jugularis ini menjadi biang keladi makin kritisnya populasi sang burung. Padahal pemerintah telah melindunginya dengan undang-undang.  

Selain suaranya yang merdu, burung madu Sriganti juga punya bentuk fisik yang menawan. Paruhnya yang berwarna hitam berbentuk panjang dan lancip pada bagian ujungnya. Bagian lehernya juga memiliki ukuran yang agak panjang. Sementara bentuk matanya terlihat besar dengan warna kehitaman. Inilah yang menbuat banyak orang tertarik memilikinya. 

"Jangankan terlihat, suaranya yang merdu itu hampir sudah tidak jarang terdengar lagi," kata Asa Podungge, salah satu warga Desa di Provinsi Gorontalo.

Asa mengaku, zaman dulu setiap pagi burung jenis ini selalu berkicau, suaranya yang merdu seolah menambah semangat bagi warga yang ingin beraktivitas.

"Sekarang ini suara itu hilang, biasanya saya bangun pagi suara burung ini yang lebih dulu menyambutnya saat suasana pagi ketika saya akan pergi bekerja di kebun," kata Asa kepada Liputan6.com.

Asa mengakui, banyaknya orang yang berprofesi sebagai penangkap burung madu Sriganti menjadi salah satu faktor yang membuat burung jenis ini makin jarang ditemukan lagi di Gorontalo.

"Saya sering lihat banyak orang yang datang ke desa saya dengan membawa perangkap untuk menangkap burung-burung kecil termasuk burung sriganti ini," tambahnya.

Asa juga mengatakan, banyak tengkulak yang mau menampung burung tangkapan itu. Biasanya sepasang sriganti dibandrol dengan harga sekitar Rp 450-700 ribu. Namun burung yang sudah benar-benar kterlatih bersuara merdu harganya bisa mencapai jutaan rupiah. 

Maraknya jual beli burung Sriganti di Gorontalo membuat Syamsudin Hadju, Kepala BKSDA setempat, angkat bicara. Burung jenis ini, katanya, sangat dilarang untuk diburu. Apalagi setelah menangkapnya lalu diperjual belikan. 

"Saya berharap kepada masyarakat untuk melaporakakan ketika ada orang-orang menangkap burung ini akan kami tindak tegas," tandasnya. 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.