Sukses

Buah Kerja Keras Atlet Difabel Gede Pica Astawa di Taman Tabanan

I Gede Pica Astawa terlahir pada 22 Juni 1994 silam di Tabanan, Bali. Dalam usianya menginjak 24 tahun, atlet difabel ini mampu memberikan kebanggaan untuk daerah asalnya.

Liputan6.com, Denpasar - I Gede Pica Astawa terlahir pada 22 Juni 1994 silam di Tabanan, Bali. Dalam usianya yamg menginjak 24 tahun, dirinya mampu memberikan kontribusi positif untuk daerah asalnya. Ya, Astawa terlahir tidak dalam keadaan sempurna. Dengan kata lain, Astawa penyandang disabilitas atau difabel. Kendati begitu, ia mampu menyumbangkan medali emas dalam berbagai event kejuaraan olahraga.

Meski memiliki keterbatasan, namun ia amat menyukai olahraga, khususnya lari. Ia menceritakan prosesnya berlatih. Katanya, Taman Kota Tabanan adalah lokasi favoritnya untuk berlatih olahraga lari.

"Saya senang olahraga. Biasanya kalau lari-lari di taman kota (Tabanan) ditemani orang tua dan pelatih," ucap Astawa kepada Liputan6.com didampingi pelatihnya I Ketut Sindujaya di Denpasar, Selasa 9 Oktober 2018. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pecah Telur Medali Perak

Cibiran tentu pernah didapatkannya. Namun, tekad bulat Astawa tak terbendung untuk ikut berpartisipasi dalam olahraga. Ia ingin berprestasi laiknya atlet normal. Ia berlatih keras mewujudkan impiannya itu. Dan, hasil memang tak pernah mengkhianati usaha.

Kerja kerasnya berlatih berbuah medali sebagaimana diimpikan. "Dapat medali perak di ajang Dipaprov Paralimpic Provinsi tahun 2014 kategori lari 200 meter," tuturnya.

Pada tahun 2016, Astawa mampu menghadiahkan medali perunggu pada lari jarak 400 meter dalam ajang tingkat kabupaten. Masih di tahun yang sama, Astawa mewakili Bali dikirim ke Perpanas Paralimpic Nasional.

"Waktu itu saya dapat perunggu," ucap Astawa dibenarkan oleh pelatihnya.

3 dari 3 halaman

Menjadi Pembawa Obor Asian Para Games

Langkah Astawa sebagai atlet  terus menghasilkan banyak prestasi. Pada akhirnya, pencapaian Astawa mencapai titik puncak saat dirinya meraih medali emas. Tahun 2017 kategori lari 100 meter dan 200 meter dapat dua medali perunggu.

"Lari 400 meter saya dapat emas. Saya senang sekali. Orangtua saya juga senang," ujar Astawa sambil tersenyum menunjukkan medalinya.

Di sisi lain, Astawa pada Torch Relay Asian para Games beberapa waktu lalu mendapatkan kesempatan membawa api obor. Menurutnya itu pengalaman yang menyenangkan dan dapat membuat kedua orangtuanya bangga.

"Sebulan lalu saya bawa api obor Asian Para Games. Senang sekali ketemu teman-teman dan orang banyak," katanya sumringah.

Sementara itu, Ketua NPC Tabanan, I Ketut sindujaya sekaligus pelatih Astawa mengaku kemajuan perhelatan untuk penyandang disabilitas semakin banyak. Dirinya berharap semakin banyak perlombaan skala nasional atau internasional.

"Kami senang sekali makin banyak perlombaan untuk anak-anak difabel. Seperti yang saat ini sedang berlangsung Asian Para Games yang menjadi paket nasional dan internasional," ucapnya.

"Tapi kami berharap event seperti Asian Paralimpic Games juga diadakan untuk skala provinsinya. Biar lebih semangat anak-anak. Mudah-mudahan nanti sudah sepaket dengan perlombaan atlet-atlet normal lainnya," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.