Sukses

Fantasi Seks Nyeleneh Pembunuh Caddy Cantik di Blora

Si pembunuh caddy cantik di Blora mengaku pernah menggunakan modus serupa saat membunuh korban pada 2011 lalu.

Liputan6.com, Blora - Bondage Dominance Sado-Masochism, lebih dikenal dengan BDSM, adalah orientasi seksual yang lekat dengan kekerasan. Orientasi ini melibatkan peran budak dan penguasa. Inilah yang mendorong dibunuhnya caddy cantik Ferin Diah Anjani oleh Kristian Ari Wibowo dan berujung perampokan.

Diawali dengan hubungan badan yang melibatkan fantasi seks nyeleneh itulah, Kristian yang dulunya bekerja sebagai Front Office Manager di sebuah hotel di Semarang akhirnya membunuh Ferin.

"Awalnya di-WA, ia mau diajak berfantasi. Jadi, saya siapkan lakban untuk mengikat tangan dan kakinya," tutur Kristian di Mapolres Blora, Rabu, 8 Agustus 2018.

Ketika tangannya diikat lakban, Ferin masih menurut dan tak memberontak. Namun ketika kakinya diikat lakban, caddy cantik itu mulai memberontak. Kristian kemudian panik.

"Tangan saya digigit. Karena dia teriak, saya takut didengar orang, jadinya saya cekik dan dekap hidungnya pakai bantal," kata Kristian.

Ferin yang jadi teman kencannya hari itu meninggal. Kristian meyakini itu karena dilihatnya kakinya sudah pucat dan kaku, juga tak ada suara ngorok.

"Tubuhnya lalu saya bungkus dengan selimut hotel," kata Kristian.

Setelah dibungkus, Kristian menyeret jenazah caddy cantik dan dimasukkan ke dalam mobil. Tak dijelaskan bagaimana ia keluar kamar tanpa diketahui orang lain dengan membawa jasad.

Simak video menarik berikut di bawah:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mengulang Kasus 2011

Kristian sendiri mengaku membakar jenazah Ferin untuk menghilangkan jejak. Semua seperti sudah disiapkan, termasuk saat check in hotel, hanya menyerahkan KTP saat hendak menginap.

Upaya menghilangkan jejak dengan membakar jenazah Ferin itu seperti ingin mengulang aksinya tujuh tahun lalu. Pada 2011, Kristian ternyata pernah membunuh dan membakar jasad korbannya.

"Tahun 2011, saya pernah melakukan hal serupa, aman. Jadi, saya lakukan lagi," kata Kristian.

Setelah membakar jasad korban, Kristian dengan santai kembali ke Semarang. Ia langsung menggadaikan emas yang dia rampas dari Ferin ke Perum Pegadaian. Nilainya mencapai Rp 4 juta.

Kristian membantah jika fantasi seksualnya yang menjadi penyebab utama pembunuhan itu. Justru perhiasan yang dipakai Ferin yang mendorongnya untuk membunuh. Fantasi seksual BDSM hanyalah trik.

"Niat hanya ingin mengambil emasnya," Kristian berkali-kali mengulangi pernyataan ini.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.