Sukses

Mengenal Penyakit Langka Guillain-Barre Syndrome, Penyerang Sistem Saraf

Bocah bernama Arjuna Arya Atarahman (6) sudah 32 hari menjalani perawatan di RSUP Hasan Sadikin, Bandung karena mengidap Guillain-Barre Syndrome (GBS).

Liputan6.com, Bandung Bocah bernama Arjuna Arya Atarahman (6) sudah 32 hari menjalani perawatan di RSUP Hasan Sadikin, Bandung. Pasien asal Kabupaten Bandung itu menderita penyakit Guillain-Barre Syndrome (GBS) yang terbilang langka.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Saraf RSUP Hasan Sadikin Stanza Uga Peryoga mengatakan, Arjuna Arya datang setelah dirujuk RS Majalaya pada 8 Juni 2018, dengan gangguan kesulitan menelan disertai timbulnya kelemahan pada tungkai kaki yang menjalar hingga ke atas.

Pada hari pertama perawatan, lanjut Stanza, Arjuna Arya dirawat di IGD. Pihaknya menyiapkan Plasmapheresis, perawatan yang dikenal sebagai pertukaran plasma atau pembersihan darah.

"Kami persiapkan perawatan Plasmapheresis karena itu prioritas utama. Hari kedua, ia dirawat di ICU. Lalu hari ketiga otot pasien lumpuh naik sampai pernafasan," ujarnya, Senin, 9 Juli 2018.

Menurut Stanza, GBS merupakan penyakit auto-immune disease yang menyerang saraf. Semula, antigen yang membentuk antibodi terbentuk sebagai reaksi. Namun, dalam keadaan yang sama terdapat pemicu virus dari pernafasan Arjuna Arya yang kemudian menempel di saraf perofera.

"Untuk kasus Arjuna Arya ini termasuk yang berat saat ini masuk hari ke-32 di ruang rawat anak dengan penyakit berat," jelasnya.

Stanza menyebut kondisi penyakit bocah yang akan naik ke kelas 2 SD itu mulai membaik. Misal, upaya nafas spontan sudah lebih baik meski tetap diberi bantuan pernafasan melalui ventilator.

"Mungkin akan kita turunkan volume bantuan nafasnya jika kondisi sudah membaik," jelas dia.

Stanza menerangkan, terdapat infeksi pneumonia atau radang paru-paru yang mempeberat kondisi Arjuna Arya. Untuk mengobatinya, bocah itu diberi antibiotik.

"Saat ini sudah ada perbaikan, tidak ada panas. Tapi kita tetap kontrol darah dan jantung. Untuk saat ini yang jadi tantangan adalah meminimalisir infeksi dan menyesuaikan bantuan pernafasan," ujarnya.

Sedangkan, terkait antibodi yang menempel di saraf tepi, dokter masih butuh waktu untuk menanganinya.

"Kita masih perlu waktu. Mudah-mudahan saja dengan dukungan doa juga pasien ini bisa pulih. Karena masih dalam keadaan kritis, perlu pengawasan ketat dirawat di PICU," jelasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kasus Langka dan Berbiaya Mahal

Stanza mengakui biaya perawatan GBS seperti yang dialami Arjuna Arya sangat mahal. Namun, RSHS sudah mempunyai plasmapheresis untuk menangani penderita GBS.

"RSUP Hadan Sadikin punya alat plasmapheresis yang bisa memisahkan antibodi yang merusak. Semakin dini diketahui sebenarnya bisa diketahui penyakitnya," tutur Stanza.

Dia lebih lanjut menjelaskan, kasus penyakit GBS pada anak cukup sering terjadi. Kelumpuhan pada anak yang mendadak paling banyak dikarenakan GBS.

"Oleh dokter umum dan anak sering terekspos. Dibandingkan dengan kasus polio sudah turun dengan program imunisasi. Tapi kalau tiba-tiba melemah dan mendadak terjatuh itu harus dicurigai," ucapnya.

Dalam kurun dua tahun terakhir, RSUP Hasan Sadikin telah menerima 40 kasus penyakit GBS. Rata-rata usia remaja dari umur belasan tahun hingga anak-anak yang berbobot 10 kilogram pernah masuk catatan pihak rumah sakit.

"Beberapa pasien kami sudah bisa aktivitas lagi dengan menjalani fisioterapi," ungkapnya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.