Sukses

3 Mahasiswa Undip 'Bertapa' 3 Bulan, Temukan Pengendali Penyakit Hawar Padi

Tiga mahasiswa Undip ini harus menghabiskan waktu tiga bulan di laboratorium untuk menemukan pengendali penyakit hawar padi yang ramah lingkungan.

Liputan6.com, Semarang - Lagi, mahasiswa Undip memperkenalkan temuannya. Kali ini tentang pengendali penyakit hawar padi. Penyakit hawar padi adalah penyakit yang  menyerang daun tanaman padi. Penyebabnya adalah bakteri Xanthomonas Oryzae. Bakteri inilah biang terjadinya penyakit yang dikenal dengan penyakit kresek.

Tiga mahasiswa Undip, Luthfiana Mifta, Rizal Try Nofiyanto, dan Ridwan Abdullah bersama Drs. Budi Raharjo, M.Si yang menjadi dosen pembimbing akhirnya meneliti dan menemukan solusinya.

"Berdasar penelitian kami, bakteri penyakit kresek dapat dihambat oleh bakteri antagonis, yaitu Bacillus subtilis," kata Luthfiana Mifta kepada Liputan6.com, Minggu (10/6/2018).

Dari penelitian itu mereka mencoba mengembangkan bahan pembawa bakteri Bacillus subtilis yang digunakan sebagai agen hayati pengendali penyakit kresek tanaman padi. Riset dilakukan dengan mengombinasikan dosis bakteri B subtilis dengan berbagai media pembawa.

"Di antaranya zeolit, kaolin, dan nanosilika menjadi sebuah formulasi bio-bakterisida yang dapat mencegah penyakit kresek pada tanaman padi," Rizal yang menjadi anggota tim PKM mahasiswa Undip menambahkan.

Simak video pilihan berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tiga Bulan

Penelitian itu dilakukan Tim PKM sejak bulan Mei 2018 dan akan berakhir Juli 2018 di Laboratorium Universitas Diponegoro, Semarang. Modal penelitian adalah pengetahuan bahwa bakteri B subtilis dapat menghambat penyakit kresek padi.

"Kami meneliti untuk menemukan dosis dan bahan pembawa yang paling tepat untuk B. Subtilis sehingga dapat dijadikan sebuah bio-bakterisida yang aman bagi lingkungan," kata Luthfiana yang menjadi ketua tim.

Penelitian itu didasari karena saat ini bakterisida yang dijual di pasaran berupa bahan kimia yang tentu saja belum diketahui efek jangka panjangnya bagi lingkungan. Para mahasiswa Undip ini menginginkan agar bakterisida yang bersifat alamiah bisa menjawab tantangan pelestarian dan keamanan lingkungan.

"Keamanan petani dari paparan bahan kimia tentu saja menjadi isu yang sangat penting," kata Lutfiana.

Tiga anak muda Undip ini sangat berharap penelitian bisa bermanfaat bagi petani di Indonesia, sehingga negara dapat berswasembada pangan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.