Sukses

Sapi-Sapi Bali di Lembah Kematian Nusakambangan

Lembah kematian Nusakambangan disulap menjadi lapas terbuka yang mengelola peternakan sapi Bali, tapi para napi di dalamnya tetap ketakutan.

Liputan6.com, Cilacap – Nama Lembah Nirbaya seringkali menyeruak kala eksekusi mati hendak dilakukan di Pulau Nusakambangan. Ini tak lepas dari riwayat lembah yang lokasinya sekitar 5 kilometer selatan Lapas Super Kelas I Batu sebagai tempat eksekusi.

Nirbaya sebenarnya adalah nama penjara warisan kolonial yang ditutup oleh pemerintah Indonesia sejak 1986. Sejak masa kolonial, lembah ini kerap dipakai sebagai tempat untuk menembak mati narapidana.

Jumlahnya puluhan, bisa jadi juga ratusan orang. Musababnya, pada masa pasca-revolusi 65, lapas ini diduga digunakan untuk membui tahanan politik yang sebagian di antaranya dieksekusi mati.

Lembah tersebut saat ini masih menjadi lokasi eksekusi mati lantaran tempatnya yang terpencil dan sepi. Trio Bom Bali: Amrozi, Imam Samudara, dan Ali Ghufron kehilangan nyawa di pancang-pancang yang ditancapkan di lembah ini pada 2008.

Setelah itu menyusul dua terpidana mati asal Nigeria yang kemudian dikubur di Lembah Nirbaya. Pada Januari 2015, lembah itu diduga digunakan lagi untuk mengeksekusi lima dari enam gembong narkoba meski Kejagung tak pernah mengonfirmasi hal tersebut.

Pada Sabtu, 5 Agustus 2017, Liputan6.com berkesempatan mengunjungi Lembah Nirbaya bersama rombongan Kanwil KemenkumHAM dan para kalapas di Nusakambangan.

Lokasinya berada di ujung selatan Pulau Nusakambangan dengan medan yang menanjak terjal. Aspal-aspal mengelupas di sana sini, ditambah kerikil yang kerap menyebabkan ban selip. Sesampainya di lokasi, lembah tersebut terlihat sebagai padang rumput.

Lembah Nirbaya telah dirombak menjadi Lapas Industri Nirbaya, Nusakambangan. Papan nama berwarna kuning mencolok menegaskan identitas gedung megah yang kira-kira dibangun mulai dua tahun lalu.

Di tempat itu dibangun pusat pembibitan dan penggemukan sapi Bali. Di kastel, terdapat 152 ekor sapi Bali (Bos javanicus) yang diurus oleh 17 anak kandang. Semuanya adalah napi yang tengah menjalani masa asimilasi. Sapi yang sejenis dengan banteng Jawa (Bos javanicus Domecticus) itu gemuk-gemuk dengan kekhasan pantat dan kaki berwarna putih cerah.

Saksikan video menarik di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Horor di Peternakan Sapi Bali

Kepala Lapas Terbuka Nusakambangan, Ahmad Hardi, menuturkan jenis sapi Bali dipilih dengan berbagai pertimbangan, antara lain daya adaptasi tinggi, sesuai dengan iklim Nusakambangan, dan kualitas karkasnya yang bagus.

"Pemilihan sapi Bali ini juga untuk melestarikan jenis sapi yang masih berkerabat dengan jenis sapi Jawa. Jenis sapi Jawa mungkin juga akan kembali diternakkan," kata Hardi.

Dalam masa pemeliharaan selama enam bulan ini, kata Hardi, rata-rata bobot sapi jantan di pusat penggemukan sudah bertambah sebanyak 43 kilogram. Saat ini sapi program penggemukan sudah memasuki tahap lelang. Adapun sapi betina program pembibitan saat ini sudah bunting dan tinggal menunggu kelahiran.

"Jadi, rata-rata perkembangan pertumbuhannya rata-rata 43 kilogram per ekor. Lebih kurang sudah enam bulan. Ini sudah memasuki tahap lelang," ujarnya.

Hardi menjelaskan, lapas produktif merupakan kerja sama KemenkumHAM dengan Badan Perencanaan Nasional (Bappenas), Kementerian Pertanian, Kementerian Perhubungan, badan usaha, perbankan, lembaga swadaya masyarakat nasional dan internasional serta Kamar Dagang Indonesia (Kadin).

"Peternakan sapi Nusakambangan di masa depan akan dikembangkan menjadi salah satu penopang kebutuhan daging nasional dengan proyeksi kapasitas ribuan ekor," ujar dia.

Hardi optimistis peternakan ini akan berkembang, terutama mengingat potensi melimpahnya pakan ternak di Nusakambangan. Meski begitu, tetap saja, Lembah Nirbaya tetap muram di kala malam tiba.

Anak-anak kandang tak mungkin mau sendirian tatkala langit berangsur temaram. Konon, di peternakan sapi Bali itu seringkali terdengar tangisan yang menyayat dari makhluk tak kasat mata.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.