Sukses

Awas, 160 Ribu Hewan Penular Rabies Berkeliaran di Bengkulu

Hewan penular rabies terbanyak adalah anjing, kemudian kucing dan kera.

Liputan6.com, Bengkulu - Ancaman penyakit memastikan melalui gigitan hewan strategis zoonosis jenis rabies mengintai warga Bengkulu. Data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Bengkulu menyebutkan, saat ini 167.602 hewan penular rabies (HPR) masih berkeliaran secara bebas.

Kepala Disnakeswan, Yuliswani, mengatakan, angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 153.885 ekor. Artinya ada peningkatan jumlah HPR sebanyak 10 persen dalam satu tahun.

"Terbanyak HPR jenis anjing yang mencapai angka lebih dari 60 persen, disusul kucing dan kera," kata Yuliswani di Bengkulu (5/9/2016).

Pihak Disnakeswan berupaya menekan angka pertumbuhan populasi HPR ini dengan melakukan vaksinasi rabies terhadap yang berkeliaran dan tidak diketahui siapa pemiliknya. Selain menurunkan tim ke jalanan, pihaknya juga menyediakan vaksin gratis di setiap Unit Pelaksana Teknis milik pemda.

Tahun 2015, sudah dilakukan vaksinasi terhadap 110.500 HPR atau mendekati angka 70 persen dari total populasi. Namun, langkah tersebut belum bisa menjamin rasa aman masyarakat.

Sebab di tahun 2015 terjadi enam kasus meninggal dunia akibat gigitan hewan penyebar rabies. Dari sejumlah itu lima kasus terjadi di Kabupaten Seluma dan satu kasus di Kabupaten Kepahiang.

Untuk tahun 2016 sudah terjadi dua kasus meninggal dunia di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Lebong. Angka ini di luar dugaan, sebab sejak Januari lalu, petugas pengendali HPR sudah memvaksinasi lanjutan dengan menyuntik sebanyak 1.000 ekor HPR liar.

"Target kita tahun 2018 Bengkulu sudah bebas rabies, kami juga butuh informasi dari warga jika menemukan hewan liar. Tolong laporkan untuk memantau populasi mereka," kata Yuliswani.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini