Sukses

Tak Jadi Punah, Jerman dan Uni Eropa Sepakat Perbolehkan Jual Kendaraan Bahan Bakar Fosil

Jerman dan Uni Eropa telah mencapai kesepakatan terkait penggunaan mesin pembakaran pada masa depan. Dengan perjanjian tersebut, akan mengizinkan beberapa mesin pembakaran dalam (ICE) atau bahan bakar fosil tetap digunakan setelah 2035.

Liputan6.com, Jakarta - Jerman dan Uni Eropa telah mencapai kesepakatan terkait penggunaan mesin pembakaran pada masa depan. Dengan perjanjian tersebut, akan mengizinkan beberapa mesin pembakaran dalam (ICE) atau bahan bakar fosil tetap digunakan setelah 2035.

Disitat dari Reuters, Senin (27/3/2023), para pemimpin hampir memberi isyarat dalam beberapa hari terakhir, bahwa hampir mencapai kesepakatan.

Jerman menginginkan jaminan bahwa mobil bermesin pembakaran baru dapat dijual melebihi tenggat waktu (2035), jika menggunakan bahan bakar yang tetap mampu mengurangi emisi karbon.

"Kami telah menemukan kesepakatan dengan Jerman tentang penggunaan bahan bakar elektronik di masa depan di mobil," kata Frans Timmermans, kepala kebijakan iklim UE di twitternya.

Sementara itu, Menteri Transportasi Jerman, Volker Wissing mengatakan, jalannya sudah jelas dengan kesepakatan yang dicapai. Kendaraan ICE masih bisa dijual melebihi 2035 jika menggunakan bahan bakar netral karbon.

Namun, Benjamin Stephan dari kelompok kampanye Greenpeace mengatakan, kesepakatan itu merupakan kemunduran bagi perlindungan iklim.

"Kompromi busuk ini merusak perlindungan iklim dalam transportasi, dan merugikan Eropa," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BMW Bakal Hadirkan Platform Mobil Hidrogen yang Lebih Efisien

BMW tengah mengembangkan platform hidrogen, yang akan disebut New Class. Arsitektur ini untuk mendukung rangkaian kendaraan listrik pabrikan asal Jerman tersebut, dan akan mulai diluncurkan pada 2025.

"Kami sedang berupaya untuk dapat mengintegrasikan hidrogen. Tidak pada 2025, dan mungkin hanya di mobil yang lebih besar. Kami belum menyelesaikan proyek, tetapi itu kemungkinan," ujar Manajer Umum program hidrogen BMW, Jurgen Guldner, dikutip dari Autoblog, Selasa (28/2/2023).

BMW menyebutkan, platform New Class ini diklaim akan jauh lebih mudah, dan jauh lebih murah jika dirancang sejak awal. Pilihan ini tidak pernah digunakan sebelumnya, dibanding untuk memodifikasinya menjadi drivetrain bertenaga hidrogen setelah diproduksi selama beberapa tahun.

BMW sendiri mulai bereksperimen dengan teknologi hidrogen jauh sebelum sebagian besar rekan dan dan saingannya mengembangkan hal tersebut. Pada 2005, BMW merilis prototipe berbasis Seri 7 yang disebut hidrogen 7 yang dilengkapi dengan mesin V12 berkapasitas 6,0 liter yang mampu menghasilkan 256 tk yang dimodifikasi untuk membakar hidrogen.

Sistem ini, bekerja dengan baik, dan sekitar 100 unit telah dibuat dan diuji, tetapi proyek itu ditangguhkan. Satu masalah yang terjadi, adalah efisiensi, yang lainnya adalah mesinnya tidak 100 persen bebas emisi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.