Sukses

Tak Berpikir Panjang Jadi Penyebab Banyaknya Kecelakaan yang Melibatkan Anak Muda

Sepanjang tahun 2020, telah terjadi 100.028 kasus kecelakaan lalu lintas. Angka tersebut menunjukkan penurunan sejak 5 tahun terakhir di mana kasus tertinggi terjadi pada 2019 dengan 116.411 kejadian.

Liputan6.com, Jakarta - Sepanjang tahun 2020, telah terjadi 100.028 kasus kecelakaan lalu lintas. Angka tersebut menunjukkan penurunan sejak 5 tahun terakhir di mana kasus tertinggi terjadi pada 2019 dengan 116.411 kejadian.

Salah satu sebab penurunan angka kecelakaan adalah masa pandemi COVID-19 yang membuat mobilitas masyarakat menjadi terbatas.

Berdasarkan data Korlantas Polri, korban kecelakaan lalu lintas paling tinggi datang dari kelompok pelajar, mahasiswa dan pekerja muda, yakni sebesar 56.187 jiwa atau sebanyak 43,06 persen.

Sepeda motor menjadi alat transportasi terbanyak yang terlibat kecelakaan selama 2016-2020, yakni 74,54 persen. Namun dari kurun waktu tersebut, rata-rata setiap jam 2-3 orang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas.

Dalam 5 tahun terakhir, paling banyak korban berasal dari usia 15-24 tahun atau sekitar 18-26 persen dan kedua rentang usia 15-19 tahun.

Tingginya angka kecelakaan yang melibatkan anak muda turut mengundang keprihatinan psikolog Anggun Resdasari Prasetyo.

Dari kaca mata psikolog, kasus kecelakaan yang banyak terjadi pada anak muda paling besar akibat emosi yang tidak terkontrol dengan baik.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tak Berpikir Panjang

Misalnya berkendara dengan kencang tanpa berpikir panjang, tidak konsentrasi, termasuk didalamnya akibat pengaruh alkohol atau narkoba.

"Pada usia pelajar dan mahasiswa, kelalaian terjadi hanya karena terdesak oleh waktu sehingga kebut-kebutan dianggap menjadi solusi dan alasan bagi mereka, padahal tindakan ini bisa merugikan diri sendiri dan juga orang lain," ujarnya pada seminar daring bertajuk "Generasi #Cari_Aman Untuk Indonesia" yang disiarkan secara live pada akun Youtube DChannel FKIP belum lama berselang.

Karena itu titik kelemahan dijalanan harus diantisipasi dengan cara pengajaran tata tertib lalu lintas pada usia anak-anak, seperti permainan mengajak anak untuk paham akan aturan lalu lintas, berkendara aman, penggunaan perlengkapan berkendara, dan resiko lalu lintas untuk meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan anak-anak.

Selain pemberian pemahaman harus dilakukan sejak usia dini, perlu perlu ditanamkan 4 prinsip defensive driving kepada pengendara muda, mulai dari tingkat kewaspadaan, tingkat kesadaran, antisipasi, dan juga sikap serta mental yang baik.

"Kestabilan emosi saat berkendara haruslah dapat di kontrol karena hal ini dapat menjaga diri sendiri untuk tetap tenang dalam menghadapi situasi apapun saat berkendara," tutupnya.

Sumber: Otosia.com

3 dari 3 halaman

Infografis 5 Tips Tetap Sehat di Masa Pandemi Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.