Sukses

Kepepet, Bus Listrik MAB Pakai Genset

Bus listrik PT Mobil Anak Bangsa (MAB) menggunakan genset untuk mengisi baterainya karena belum ada infrastrukturnya.

Liputan6.com, Jakarta - Pasokan listrik untuk bus listrik produksi PT Mobil Anak Bangsa (MAB) yang dipamerkan di JIEXPO Kemayoran beberapa waktu lalu masih menggunakan genset. Genset juga pernah dipakai saat bus tersebut dipamerkan di GIICOMVEC pada awal bulan ini.

Menanggapi hal itu, Technical Director PT MAB, Bambang Tri Soepandji, mengatakan hal tersebut terpaksa dilakukan karena sampai saat ini di Indonesia masih belum ada infrastruktur pengisian baterai (charging).

"Karena infrastrukturnya belum ada, maka saya siapkan Mobile Charging Station. Mobil Charging Station itu harus digerakkan secara mobile juga. Jadi ya kami pakai genset. Normal itu," kata pria yang akrab disapa Ongky kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu di Kemayoran.

Lalu bagaimana cara kerjanya? Ongky menjelaskan penggunaan genset terhadap bus listrik sama halnya seperti PLN.

"Sama saja, seperti PLN. PLN kan bisa dari batu bara, bisa dari air, gas, nuklir. Nah kalau genset itu dia pakai solar, solar menggerakan generator, generator membangkitkan listrik, listrik AC, masuk ke charging station berubah jadi DC," katanya.

Listrik DC inilah yang disimpan ke baterai-baterai pada bus listrik.

"Nah baterai-baterai kita ubah lagi ke motor listrik menjadi arusnya AC, very simple," pungkasnya.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Sebelumnya, dalam kesempatan berbeda,  Jenderal TNI (Purn) Moeldoko selaku penggagas Bus Listrik MAB, mengakui penggunaan genset memang untuk darurat saja.

"Seharusnya memang tidak menggunakan genset. Namun, di pameran tidak ada infrastruktur pengisian baterai. Charging baru bisa dilakukan di pabrik saja. Genset hanya untuk keperluan pameran atau untuk darurat di jalan saat uji coba," ujar Moeldoko, Rabu (7/3/2018).

Selain terkendala infrastruktur, menurutnya, tegangan listrik yang dibutuhkan untuk mengisi dayanya belum bisa dipenuhi dari listrik rumahan yang maksimal hanya 220 volt.

"Charge-nya kan voltasenya 380 dan ada kayak stabilizer-nya gitu. Tapi perumahan kan cuma 220 jadi nggak bisa," katanya.

Namun, hal ini sudah dipikirkannya. Dirinya akan mengupayakan infrastruktur untuk pengisian baterai kendaraan listrik di Indonesia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.