Sukses

Menurut Pakar, 5 Kesalahan Orang Tua Ini Bisa Bikin Anak Jadi Egois saat Dewasa

Bila Anda sebagai orang tua keliru atau salah dalam mendidik anak, itu akan menimbulkan dampak negatif pada sang buah hati.

Liputan6.com, Jakarta Anak yang sukses serta berperilaku dan berkepribadian baik bisa terbentuk bila orang tua mampu mendidik dengan ajaran yang tepat. Kesalahan dalam mengajarkan sang anak mungkin akan menimbulkan dampak negatif di kemudian hari.

Oleh karena itu, sebagai orang tua, ketahuilah hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan bila tak ingin sang anak menjadi egois dan selalu merasa berhak mendapatkan sesuatu atas apa pun yang diinginkan.

Semua itu bermula dari lingkungan terkecil sang anak yang berarti tempat tinggal. Rumah terbaik adalah rumah yang di dalamnya tercipta kasih dan sayang.

Di samping itu, sebuah studi menunjukkan bahwa anak yang memasuki usia tiga tahun akan mulai menunjukkan kasih sayangnya.

Selain itu, di usia tersebut, biasanya anak-anak juga sudah memiliki empati yang tulus dan mampu memahami bahwa perasaan dan pengalaman tiap orang berbeda-beda.

Akan tetapi, bila Anda sebagai orang tua keliru atau salah dalam mendidik anak, itu akan menimbulkan dampak negatif pada sang buah hati.

Entah anak akan mudah membantah, egois, dan merasa akan selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Nantinya hal-hal tersebut justru akan membuat orang tua kewalahan mengaturnya dan mungkin merasa menyesal.

Oleh karena itu, Traci Baxley yang berstatus sebagai pakar parenting akhirnya membocorkan apa saja kesalahan yang biasanya sering dilakukan oleh orang tua sehingga dapat membuat perilaku anak menjadi egois di masa dewasa. Melansir laman CNBC, Kamis (13/1/2022), berikut ini 5 kesalahan yang sering dilakukan.

1. Terlalu sering mengiyakan keinginan anak

Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dengan perasaan bahwa dirinya akan selalu mendapatkan hal yang diinginkan itu bisa berawal dari pengasuhan yang berlebihan dan terlalu memanjakan sang anak. Pada akhirnya anak akan lebih peduli dengan diri sendiri atau bias disebut egois. Selain itu, juga tidak memiliki rasa empati yang kepada orang lain, tidak memiliki etos kerja yang kuat, dan mungkin berperilaku semena-mena.

Oleh sebab itu, Anda sebagai orang tua sebaiknya jangan selalu mengiyakan keinginan anak. Sesekali Anda harus mengatakan ‘tidak’. Di samping itu, Anda juga berhak memberikan konsekuensi pada anak atas tindakan yang tidak baik. Itu akan membuat anak berpikir atas apa yang dilakukan dan bagaimana situasi yang terjadi kemudian.

Contoh kecilnya, jangan biarkan anak Anda memanggil saudara dengan hanya menyebut nama. Sebab, itu adalah hal yang tidak sopan apalagi bila sodara Anda berusia lebih tua dari anak.

2. Tidak mencontohkan hal yang baik

Meskipun masih anak-anak, tapi mereka juga akan memperhatikan sikap dan perilaku orang tua. Dari situlah sang anak akan meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang tua. Oleh sebab itu, cobalah menjadi contoh yang baik ketika di rumah, terutama saat di depan anak.

Sebagai orang tua, Anda mungkin berpikir anak-anak tidak pernah memperhatikan. Padahal anak-anak mampu mencermati dan merespons situasi dengan cepat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

3. Tidak membahas apa yang terjadi di dunia

Ketika anak-anak masih berusia kurang lebih delapan tahun, mereka sudah mulai mampu memahami bahwa perasaan seseorang mungkin tidak didasarkan pada apa yang terjadi saat ini.

Pada masa perkembangan tersebut, akhirnya rasa empati yang lebih konkret pun tumbuh untuk merespons.

Oleh sebab itu, ketika hal itu sudah terjadi pada anak, Anda perlu mengajarkan tentang hal-hal yang mungkin telah mereka dengar dan lihat. Baik itu di televisi, sosial media, atau di luar rumah.

Selain itu, Anda juga bisa menjadikan momen tersebut untuk memberikan dan menunjukkan perhatian, dukungan, dan memberikan pengajaran pada anak. Bahkan itu pun menjadi salah satu bentuk kasih sayang yang berarti untuk sang anak.

4. Mewujudkan segala keinginan tanpa mengajarkan arti terima kasih

Ketika Anda memberikan segala hal kepada anak, jangan lupa untuk mengajarkannya arti berterima kasih. Hal ini pun menjadi salah satu kunci mengajarkan anak untuk selalu bersyukur atas apa yang telah dimilikinya.

5. Tidak mengajarkan arti berbagi dan kesukarelaan

Di sekeliling rumah mungkin ada keluarga yang sering membutuhkan bantuan. Dari hal itulah Anda bisa mengajarkan anak bahwa sesama manusia harus saling membantu dan terkadang secara sukarela. Meski tidak dibalas dengan kebaikan di dunia, tetapi itu menjadi amal kebaikan untuk diri sendiri.

Seperti apa yang dilakukan Baxley, dia mendukung para orang tua untuk bekerja tanpa lelah demi meringankan penderitaan tetangga, misalnya. Itu adalah pilihan untuk menjalani hidup dan cara membesarkan anak, katanya.

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.