Sukses

Libur Waisak 12-13 Mei 2025, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan

Perayaan Waisak 2025 diprediksi akan meriah, ditandai dengan ditiadakannya ganjil genap di Jakarta dan ribuan umat Buddha yang akan berkumpul di Candi Borobudur.

Diperbarui 09 Mei 2025, 14:04 WIB Diterbitkan 09 Mei 2025, 14:04 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Waisak, atau Trisuci Waisak, adalah hari raya terpenting bagi umat Buddha sedunia. Perayaan ini jatuh pada tanggal 12 dan 13 Mei 2025.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meniadakan sistem ganjil genap pada tanggal 12 dan 13 Mei 2025. 

"Sehubungan dengan perayaan Hari Raya Waisak pada 12-13 Mei 2025, ketentuan Ganjil Genap (Gage) di Jakarta DITIADAKAN. Peniadaan ini sesuai dengan Pergub DKI Jakarta Nomor 88 Tahun 2019 pasal 3 ayat 3 bahwa sistem Gage tidak diberlakukan pada hari Sabtu, Minggu, dan Libur Nasional," demikian pernyataan resmi dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta melalui akun Instagram resminya.

Waisak sendiri memperingati tiga peristiwa sakral dalam kehidupan Sang Buddha Gautama: kelahiran, pencerahan (Bodhi), dan wafatnya (Parinibbana). 

Ketiga peristiwa agung ini diyakini terjadi pada hari purnama bulan Waisak, yang biasanya jatuh di bulan Mei atau Juni kalender Masehi. Tahun ini, perayaan Waisak akan terasa lebih istimewa karena Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meniadakan sistem ganjil genap.

Nama "Waisak" sendiri berasal dari kata "Vaisakha" (Sanskerta) dan "Vesakha" (Pali), nama bulan dalam kalender Buddhis kuno. Perayaan ini memiliki makna mendalam, bukan hanya sebagai peringatan historis, tetapi juga sebagai momentum refleksi diri. 

Umat Buddha diajak untuk merenungkan ajaran Sang Buddha tentang cinta kasih, kedamaian, dan kebijaksanaan, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan semangat toleransi dan kerukunan antar umat beragama yang dijunjung tinggi di Indonesia.

Di Indonesia, puncak perayaan Waisak biasanya dipusatkan di Candi Borobudur, situs warisan dunia UNESCO. Ribuan umat Buddha dari berbagai daerah, bahkan mancanegara, akan berkumpul untuk mengikuti berbagai kegiatan keagamaan dan budaya. 

Suasana khidmat dan meriah akan menyelimuti kompleks candi, menciptakan momen spiritual yang tak terlupakan. Dengan ditiadakannya ganjil genap di Jakarta, akses menuju Borobudur diharapkan akan semakin lancar.

2 dari 2 halaman

Tradisi Perayaan Waisak

Tradisi perayaan Waisak beragam di berbagai tempat, namun beberapa tradisi umum meliputi puja bakti di vihara atau candi, meditasi, pembacaan paritta (doa-doa suci), dan doa bersama. Umat Buddha biasanya mengenakan pakaian putih, melambangkan kesucian dan kesederhanaan. Memberikan sedekah kepada yang membutuhkan juga menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan ini, sebagai wujud berbagi dan welas asih.

Selain itu, ada pula upacara 'pembersihan' patung Buddha, pawai keagamaan dengan membawa bendera dan simbol keagamaan, pelepasan hewan sebagai simbol pembebasan dan belas kasih, penerbangan lampion sebagai simbol harapan dan doa, serta ziarah ke tempat-tempat suci yang berkaitan dengan kehidupan Sang Buddha. Semua kegiatan ini bertujuan untuk memperteguh iman dan meningkatkan kesadaran spiritual.

Di Candi Borobudur, perayaan Waisak akan berlangsung lebih meriah lagi. Berbagai kegiatan budaya dan keagamaan akan disajikan, menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara. Kemegahan Candi Borobudur sebagai latar belakang perayaan akan semakin menambah keindahan dan kekhusyukan suasana.

EnamPlus