Liputan6.com, Jakarta Mantan pemain Oriental Circus Indonesia (OCI) mendorong pemerintah membentuk tim pencari fakta untuk mengungkap pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang diduga dilakukan oleh Taman Safari Indonesia.
Hal itu diungkapkan Muhhamad Soleh, penasihat hukum yang turut mendampingi mantan pemain Oriental Circus Indonesia saat bertemu dengan Wakil Menteri Hak Asasi Manusia (Wamen HAM) Mugiyanto pada Selasa (15/4/2025).
Baca Juga
"Kami minta agar segera membentuk tim pencari fakta. Supaya apa? Mereka yang masih ada di sana bisa diselamatkan, kemudian korban-korban juga bisa dipertemukan oleh orangtuanya, sekaligus ada pertanggungjawaban dari para pihak," kata Soleh saat ditemui.
Advertisement
Soleh mengungkap alasan tim pencari fakta perlu dibentuk. Menurut dia, hasil pemantauan dari Komnas HAM beberapa Waktu lalu dinilai tidak komperhensif.
"Saat itu tidak semua korban dimintai pendapat terhadap kejadian yang mereka alami. Sekarang mumpung para korban bersatu, maka harus didengar," ujar Soleh.
Dia menerangkan, tim pencari fakta nanti akan mengungkap asal-usul para korban, menggali kesalahan yang dilakukan oleh Taman Safari Indonesia, karena hingga kini mereka merasa tidak ada pelanggaran HAM dan perbudakan terhadap pemain Oriental Circus Indonesia.
"Keadilan tanpa hukuman tentu tidak mungkin, mumpung mereka masih hidup maka harus dimintai pertanggungjawaban. Untuk apa? Sebagai pelajar ke depan agar tidak ada orang-orang yang mengikuti praktik perbudakan," ujar Soleh.
Soleh mengatakan, para pemain Oriental Circus Indonesia selama berada di bawah kendali Taman Safari Indonesia tidak pernah mendapatkan upah. Karena itu, sudah sepatutnya para korban mendapatkan ganti rugi.
"Ini yang belum pernah terpikirkan. Meskipun ada rekomendasi Komnas HAM tahun 1997, tidak pernah yang namanya ada kompensasi kepada para korban," kata Soleh.
"Padahal hidup pemain Oriental Circus Indonesia (OCI) mayoritas tidak berada. Kenapa? Karena enggak punya masa lalu, enggak punya warisan," dia menambahkan.
Di samping itu, kata Soleh, tim pencari fakta juga akan bermanfaat bagi para korban untuk memproses hukum para pelaku.
"Ayo dibentuk tim pencari fakta, penting untuk mematahkan hasil rekomendasi Komnas HAM yang mandul. Iya (hasil kajian akan jadi dasar membuat pelaporan polisi)," ucap dia.
Sementara itu, Wakil Menteri HAM Mugiyanto menjelaskan akan mempertimbangkan usulan yang disampaikan oleh tim penasihat hukum pemain Oriental Circus Indonesia (OCI) untuk membentuk tim pencari fakta.
"Usulan tadi tim pencari fakta akan dikaji, mana memungkinkan jalan terbaik supaya persoalan bisa diselesaikan," ujar Mugiyanto.
Aturan dibuat untuk dipatuhi, bukan dilanggar. Di media sosial viral rombongan pengunjung yang turun dari mobil di Taman Safari. Padahal papan peringatan menunjukkan kalau wilayah itu adalah area terlarang.
Kisah Kelam Para Pemain Oriental Circus Indonesia
Di balik gemerlap sirkus, ada kisah kelam yang luput dari pandangan. Sejumlah perempuan yang merupakan mantan pemain Oriental Circus Indonesia (OCI), akhirnya bersuara ke publik, setelah hampir tiga dekade menjalani hidup sebagai korban eksploitasi dan penyiksaan.
Fifi Nur Hidayah, kini berumur setengah abad, duduk di hadapan wartawan dengan raut wajah sedih. Dia bercerita dengan suara lirih di salah satu ruangan kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).
"Saya intinya minta keadilan. Keadilan pingin tahu orang tua, asal usul, masalah eksploitasi. Pokoknya saya minta keadilan buat saya dan rekan-rekan," kata Fifi memulai pembincangan kepada Liputan6.com, Kamis (10/4/2025).
Di usia balita, Fifi dipisahkan dari orang tua dan dibawa masuk ke Oriental Circus Indonesia (OCI). Di sanalah hidupnya mulai dikurung. Ia dilatih di Taman Safari Indonesia, tapi tak pernah menerima upah, bahkan tak jarang mendapat siksaan dan terisolasi dari dunia luar.
Tak kuasa menahan itu semua, Fifi menyelinap dari kamarnya berlari menembus hutan hingga sampailah di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. "Di sana saya yang sering dipukulin, latihan-latihan sering dipukulin. Akhirnya saya enggak kuat," ujar Fifi.
Fifi baru berusia belasan tahun saat melarikan diri dari Taman Safari Indonesia. Tiga hari ia menginap di rumah orang yang menolongnya, tapi ditemukan lagi, lalu dibawa kembali ke Taman Safari. Akibat tindakannya itu, ia menerima siksaan lebih parah.
"Pas saya keluar dari rumah itu, tiga hari kemudian saya ditangkap lagi sama sekuriti. Dari itu saya dibawa ke pos, ke Taman Safari. Dibawa pulang. Saya disiksa, disetrumin sampai saya lemes, jatuh. Saya nangis-nangis, minta ampun," ujar dia.
"Dipukulin pakai sendal bakiak gitu. Ditamparin terus," dia menambahkan.
Fifi dipasung selama dua minggu. Ia tidak bisa keluar dari kamar, tidak bisa bergerak leluasa. "Terus akhirnya dilepas, udah dibebasin. Ya, seperti biasa saya disiksa lagi. Saya di sana tuh tertekan banget, pingin pergi lagi dari sana," ucap dia.
Keputusasaan itu akhirnya membawanya kembali kabur. Kali ini ia dibantu oleh mantan kekasihnya. Ia berhasil keluar dari Taman Safari, lalu dibawa ke Semarang, Jawa Tengah.
"Tadinya saya dicari-cari tuh. Sampai keluarga diancem-ancem. Saya takut dibawa pulang lagi. Daripada saya dibawa pulang lagi, mendingan dinikahin, gitu. Biar enggak dibawa pulang lagi akhirnya saya dinikahin," ujar mantan pemain sirkus itu.
Baca selengkapnya Kisah Kelam Para Pemain Oriental Circus Indonesia, 3 Dekade Mencari Keadilan
Advertisement