Sukses

Peneliti: Tembakau Alternatif Jadi Pilihan Kurangi Merokok

Nkotin adalah senyawa kimia yang masuk ke dalam golongan alkaloid dan secara alami terkandung dalam tembakau.

Liputan6.com, Jakarta - Peneliti dari Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB), Mohammad Khotib, menjelaskan nikotin adalah senyawa kimia yang masuk ke dalam golongan alkaloid dan secara alami terkandung dalam tembakau. Nikotin sebenarnya juga dapat ditemukan pada beberapa tanaman lainnya seperti kentang, terong, dan tomat, namun konsentrasinya masih kecil.

Ia juga mengatakan bahwa produk tembakau alternatif menjadi pilihan bagi perokok dewasa yang selama ini kesulitan untuk berhenti dari kebiasaannya. Dengan beralih ke produk ini, potensi risiko kesehatan mereka dapat berkurang dibandingkan dengan lanjut merokok.

“Menghalangi orang untuk tidak merokok akan berat sekali, sehingga salah satu cara yang bisa digunakan adalah memanfaatkan produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko. Hal ini bisa digunakan untuk mengurangi dampak kesehatan yang ditimbulkan,” kata Khotib.

Nikotin selama ini dilabeli sebagai penyebab dari masalah kesehatan akibat kebiasaan merokok. Menariknya, sejumlah pakar kesehatan masyarakat justru menilai nikotin mempunyai potensi yang dapat dieksplorasi lebih lanjut untuk membantu perokok dewasa beralih dari kebiasaannya. Dengan demikian, pelabelan negatif terhadap senyawa alami ini merupakan kekeliruan.

Sebagai informasi, organisasi penelitian kanker independen dari Inggris, Cancer Research UK, menyebutkan bahwa nikotin bukanlah pemicu utama penyakit yang berkaitan dengan merokok, serta bukan penyebab utama kanker.

Hal ini diperkuat European Code Against Cancer yang menjelaskan bahwa nikotin adalah senyawa kimia yang secara alami ditemukan pada tanaman tembakau dan memiliki efek adiksi ketimbang menyebabkan kanker secara langsung.

“Orang-orang merokok demi nikotin, namun mereka mati karena penolakan terhadap pengurangan risiko. Tantangan bagi kami adalah menghasilkan strategi yang tidak hanya berhasil, namun juga bekerja lebih baik dibandingkan strategi lainnya,” kata mantan Direktur Layanan Alkohol dan Narkoba di Rumah Sakit St. Vincent, Dr. Alex Wodak, pada acara Global Forum on Nicotine.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemanfaatan Tembakau Alternatif

Strategi yang dimaksud adalah dengan mengimplementasikan pengurangan risiko tembakau melalui pemanfaatan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik (vape) dan produk tembakau yang dipanaskan. Alasannya, produk-produk tersebut telah terbukti secara kajian ilmiah memiliki profil risiko yang lebih rendah dibandingkan rokok.

Pengurangan risiko pada produk seperti vape dan produk tembakau yang dipanaskan disebebakan karena produk tersebut menerapkan sistem pemanasan sehingga mampu meminimalisir risiko-risiko kesehatan. Dengan begitu, perokok dewasa yang selama ini kesulitan untuk beralih dari kebiasaannya masih bisa mendapatkan asupan nikotin tanpa harus terpapar senyawa-senyawa berbahaya seperti TAR yang terdapat pada asap rokok, yang mengimplementasikan pembakaran.

Garret McGovern, dokter yang memiliki spesialisasi dalam pengobatan kecanduan, menambahkan penggunaan produk tembakau alternatif, yang jauh lebih rendah risiko daripada rokok, dapat menjadi pilihan bagi perokok dewasa yang ingin mengkonsumsi nikotin.

“Sebelum produk tembakau alternatif hadir, kita belum pernah mendengar tentang nikotin. Kini, kita dapat mempertimbangkan potensi dan manfaat nikotin daripada menjadikan nikotin sebagai kambing hitam untuk segala hal,” tegas McGovern.

Senada, Mark Oates yang merupakan Direktur We Vape sekaligus Asosiasi Pengguna Snus, berpendapat telah terjadi misinformasi secara besar-besaran tentang nikotin. Sebagai contoh, senyawa ini dikaitkan dengan berbagai penyakit akibat merokok seperti kanker. P

adahal, dengan tetap memanfaatkan nikotin yang dihantarkan melalui produk tembakau alternatif, hal ini dapat membantu perokok dewasa yang ingin beralih dari kebiasaannya.

“Kami melihat negara-negara seperti Swedia yang telah melakukan transisi ke produk alternatif ini. Jika para pembuat kebijakan menyadari hal ini, mereka dapat memahami bahwa produk ini adalah produk yang lebih rendah risiko dan merupakan satu-satunya jalan ke depan,” jelas Oates.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.