Sukses

Pemkab Banyuwangi Gelar Festival Kita Bisa dan Luncurkan Platform Anak Berkebutuhan Khusus

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terus menunjukkan komitmen dalam memenuhi hak-hak penyandang disabilitas.

Liputan6.com, Banyuwangi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terus menunjukkan komitmen dalam memenuhi hak-hak penyandang disabilitas. Dalam memperingati Hari Disabilitas Internasional, Pemkab Banyuwangi menggelar Festival Kita Bisa yang menampilkan beragam karya dan kreasi dari anak-anak muda penyandang disabilitas dan meluncurkan platform untuk anak berkebutuhan khusus.

Dalam Festival Kita Bisa, anak-anak disabilitas dari berbagai sekolah memamerkan hasil karya mereka di stan-stan yang berjajar di lokasi acara. Mereka menampilkan kain batik, anyaman dari limbah plastik, aneka kerupuk, snack, hingga robot pendeteksi sampah dan mereka juga memamerkan kemampuannya di bidang coding hingga membaca puisi.

Bupati Ipuk Fiestiandani menyebut bahwa sejak 2013, Banyuwangi telah mewujudkan sekolah inklusi yang ramah bagi para penyandang disabilitas. Ia mengatakan, hingga hari ini semua sekolah negeri dari tingkat PAUD sampai SMA/ sederajat telah berstatus inklusif.

“Tidak hanya dalam bidang pendidikan saja, kami juga terus mengupayakan memenuhi hak-hak disabilitas. Seperti halnya dalam pelayanan umum, terpenuhinya fasilitas disabilitas di tempat-tempat publik, hingga terbukanya peluang di dunia kerja," sebutnya.

"Bertahap terus kami perbaiki layanan dan fasilitas kami yang ramah bagi disabilitas,” imbuh Ipuk.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Luncurkan Si-Denakwangi

Dalam peringatan Hari Disabilitas Internasional, Bupati Ipuk juga meluncurkan inovasi Si-Denakwangi yang merupakan sebuah akronim dari Aplikasi Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Kabupaten Banyuwangi. Aplikasi tersebut digunakan untuk mendeteksi jenis ketunaan peserta didik berkebutuhan khusus.

Si-Denakwangi berisikan berbagai fitur yang di dalamnya memuat berbagai kriteria skrining untuk ABK. Dari skring tersebut, akan keluar assessment terhadap ABK yang bersangkutan.

"Laporan ini menjadi bahan bagi guru pendamping khusus untuk membuat program pembelajaran individual (PPI) sesuai dengan kondisi," ujar Ipuk.

“Dengan demikian, layanan dan pembelajaran yang diterapkan para GPK betul-betul tepat sesuai kondisi anak didik berkebutuhan khusus-nya dan harapannya ini bisa memaksimalkan prestasi mereka,” jelasnya.

Kepala Dinas Pendidikan, Suratno mengungkapkan bahwa saat ini terdapat 181 sekolah penyelenggara pendidikan inklusi, mulai dari tingkat PAUD, SD, SMP, hingga SMA di Banyuwangi. Dirinya mengatakan, sekolah tersebut didampingi oleh 11 Sekolah Luar Biasa (SLB) yang bertindak sebagai konsultan dan jumlah guru pendamping khusus (GPK) sebanyak 250 orang.

“Secara berkala para GPK ini kami berikan bimtek untuk meningkatkan kapasitasnya. Sehingga mereka bisa menjalankan tugasnya dengan baik dalam menjembatani kesulitan belajar ABK di sekolah inklusi,” ungkapnya.

Suratno menyebut, salah satu sekolah di Banyuwangi yakni SMPN 3 Banyuwangi telah memenangi Top 45 Pelayanan Publik Terbaik Nasional atas inovasi Lebur Seketi (Layanan Inklusif Peserta Didik Berkebutuhan Khusus dengan Pendekatan Hati).

"Para pendidiknya juga melakukan jemput bola mendatangi rumah calon PDBK untuk melakukan registrasi. Bahkan setelah lulus, sekolah akan mendampingi dan mengantarkan mereka untuk mendaftar ke jenjang berikutnya," sebutnya.

“Ini menjadi role model bagi sekolah lain di Banyuwangi,” imbuh Suratno.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.