Sukses

Turunkan Angka Prevalensi dan Cegah Stunting, Remaja Diimbau Hindari Pernikahan Dini

Di Indonesia pernikahan dini masih tinggi, hal ini menjadi concern pemerintah agar pernikahan dini dapat ditekan.

Liputan6.com, Bintan Jalani pola hidup sehat, hindari pernikahan diri, dan masih banyak lagi cara yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting. Hanya saja, pencegahan itu sudah harus dilakukan sejak remaja, agar kelak lahir bayi sehat dan bebas stunting. 

Demikian disampaikan Koordinator Informasi Komunikasi Kesehatan Direktorat Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (IKPMK) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Marroli J. Indarto dalam Diseminasi Informasi dan Edukasi Percepatan Penurunan Stunting bertajuk Kepoin GenBest: Remaja Sadar Gizi, Cegah Stunting Sejak Dini di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Kamis (15/9). 

Dikatakan Marroli, anak stunting secara fisik akan terlihat lebih pendek, memiliki daya intelektual dan nalar yang rendah sehingga sulit bersaing. Untuk itu perlu dilakukan tindakan-tindakan preventif, selain menjaga pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan bergizi juga dengan mencegah pernikahan dini. 

“Di Indonesia pernikahan dini masih tinggi, hal ini menjadi concern pemerintah agar pernikahan dini dapat ditekan,” jelasnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pernikahan dini atau pernikahan anak pada tahun 2020 berada di angka 10,18%. Angka ini masih di atas target Strategi Nasional Pencegahan Perkawinan Anak (Stranas PPA) yaitu 8,74% di akhir tahun 2024.

Lebih lanjut Marroli menjelaskan, angka prevalensi stunting di Indonesia terus membaik dari tahun ke tahun. Berbagai intervensi spesifik maupun sensitif yang dilakukan pemerintah berhasil menurunkan angka prevalensi stunting secara konsisten. 

 

“Kita masih punya waktu dua tahun sampai 2024 dan kami optimis mudah-mudahan angka stunting bisa tembus di angka 14%. Di bawah standar dunia sekitar 20%,” ujarnya.

Senada dengan Marroli, dr. Mario Johan, yang menjadi narasumber dalam acara tersebut, mengungkapkan bahwa stunting tidak hanya pendek secara fisik, tetapi ada beberapa masalah lain. Pertama, tingkat kecerdasan atau IQ rendah dibanding anak seusianya. Kedua, lebih lemah dan mudah sakit. Ketiga, saat dewasa mudah terkena penyakit kronis seperti darah tinggi, kencing manis, ataupun jantung. 

“Bisa dibilang anak stunting menjadi generasi yang tidak berkualitas. Stunting tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan anak seperti tinggi atau berat badan, tetapi juga perkembangannya,” jelas Mario.

Selain itu, menurut Mario stunting, gizi, serta pernikahan dini memiliki hubungan yang erat. Stunting terjadi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan, yaitu sejak bayi dikandung hingga berusia dua tahun. Hal ini berarti pemenuhan gizi sejak bayi di dalam kandungan sudah mempengaruhi anak akan terlahir stunting atau tidak. Lebih jauh, jika sebelum kehamilan kondisi calon ibu rendah pemenuhan gizinya dan anemia, menambah kemungkinan anak yang akan terlahir stunting. 

“Itulah mengapa edukasi stunting penting untuk remaja. Mereka adalah cikal bakal yang akan melahirkan generasi-generasi emas nantinya. Oleh karena itu, kalau kita ingin Indonesia maju, kita harus tekan angka stunting,” kata Mario.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, Moh. Bisri, menjelaskan stunting terkait erat dengan gaya hidup sehat. Dijelaskan Bisri, sebagaimana lingkaran kehidupan, jika diibaratkan seperti tanaman, mulai dari bibit dan media tumbuhnya harus bagus, perawatannya baik, serta dijaga dari hama penyakit. Kemudian menjelang pembungaan juga harus ada perawatan ekstra hingga berbuah juga harus dijaga. 

“Manusia kurang lebih sama. Makanya remaja harus mempersiapkan diri dengan pengetahuan dan harus dipraktekkan. Mulai dari hidup yang sehat,” tutup Bisri.

Forum Kepoin GenBest yang diadakan di Kabupaten Bintan merupakan bagian dari kampanye GenBest (Generasi Bersih dan Sehat), yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.

GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, GenBest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik.

 

(*)

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.