Sukses

Gerak Cepat TNI AU di Balik Bencana Gempa Sulbar

Gempa berkekuatan magnitudo 6,2 pada 15 Januari 2021 lalu nyaris membuat wilayah Majene dan Mamuju, Subar lumpuh. Lebih dari 100 orang meninggal dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Guncangan gempa membangunkan Kapten Adm Aswarman yang sedang terlelap di sebuah rumah sederhana di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Dia kaget melihat perabotan rumahnya berantakan. Tembok rumahnya juga retak.

Sementara suasana di luar rumah tak kalah mencekam. Deru kendaraan dan bunyi klakson yang lalu lalang memecah keheningan malam. Warga panik berhamburan menyelamatkan diri.

Malam itu, gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,2 mengguncang wilayah Kabupaten Majene, dan Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Gempa terjadi pada Jumat dini hari, 15 Januari 2021 pukul 01.28 WIB.

Gempa tersebut nyaris membuat lumpuh Kabupaten Majene dan Mamuju, Sulbar. Banyak bangunan dan infrastruktur rusak parah. Gempa juga menewaskan 105 jiwa dan memaksa ribuan orang mengungsi.

Situasi yang nyaris sama dirasakan Aswarman saat gempa mengguncang Palu dan Donggala pada 28 September 2018 silam. Saat itu, pria yang menjabat sebagai Komandan Detasemen TNI AU Mamuju Lanud Sultan Hasanuddin itu juga berada di lokasi gempa.

Aswarman sudah paham betul bakal ada pesawat TNI AU segera mendarat membawa bantuan logistik. Dia lantas meminta izin istrinya untuk mengecek kesiapan landasan udara.

"Di otak saya itu sudah kaya pengalaman di Palu pada tempo hari. Saya bilang besok pasti sekitar jam 10 Wita pesawat angkatan udara pasti akan tiba," katanya.

Aswarman bersama istrinya Rusdanensi tinggal di Kompleks Bandara, Kecamatan Sinyonya Selatan, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Sementara ketiga anaknya, menetap di Makassar, Sulawesi Selatan.

Selepas menunaikan salat subuh, Aswarman bergegas menuju Bandara Tampa Padang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Keadaan gelap gulita, Aswarman hanya mengandalkan sorot dari lampu mobil untuk penerang jalan. Jarak antara rumah dengan landasan pacu sekitar 300 meter.

Aswarman sibuk memeriksa kondisi landasan pacu bandara sambil membuat laporan untuk disampaikan kepada pimpinan.

"Pimpinan ingin melihat gambarnya. Sementara keadaan waktu itu masih gelap. Jadi ketika ada sedikit matahari baru saya ambil foto. Pimpinan tanya kondisi landasan bagaimana," kata Aswarman.

Dia kemudian bergegas menuju ruang Air Traffic Control Tower (ATCT). Ternyata ruang kontrol tersebut rusak imbas dari guncangan gempa yang terjadi pada dini hari.

Aswarman berkoordinasi dengan pimpinan di Makassar. Dia memutar otak agar bisa membantu pesawat melakukan proses pendaratan meski tanpa peralatan di ruang kontrol.

Dia akhirnya memilih menggunakan radio darurat model HT yang mampu menjangkau radius 30 kilometer. Usaha berbuah manis. Pesawat mendarat dengan sempurna.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bantuan Pertama Datang

Pesawat membawa dua ton makanan siap saji yang tiba pada Jumat pukul 10.00 Wita. Aswarman bersama prajurit TNI AU lainnya memindahkan bantuan-bantuan itu ke posko pusat yang terletak di Kantor Gubernur Sulawesi Barat.

Aswarman menuturkan, pada hari pertama pascagempa, bantuan hanya datang dari Komandan Operasi Angkatan Udara II dan Komandan Lanud Sultan Hasanuddin.

Aswarman kemudian berembuk dengan pimpinan TNI AU untuk mengatur pendistribusian bantuan. Dia pun menyusun skala prioritas penerima bantuan.

Bantuan perdana dikirim ke daerah terisolasi seperti Dusun Umanda, Kabupaten Majene, dan Dusun Tapalang di Kabupaten Mamuju menggunakan helikopter.

"Terutama daerah yang aksesnya terputus atau sulit dijangkau menggunakan kendaraan darat, dan daerah menjadi yang terparah terkena dampak," tutur dia.

TNI AU bersama relawan dan otoritas setempat mendistribusikan bantuan kepada warga terdampak gempa Sulbar yang berada di daerah terisolasi. (Dok Istimewa)

Kehadiran Aswarman dan prajurit TNI AU ke beberapa dusun saat itu mengundang perhatian. Warga langsung berebut mengambil bantuan.

Aswarman melalui pengeras suara mewanti-wanti warga agar tertib dan mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

Aswarman terus terlibat dalam penyaluran bantuan logistik ke masyarakat terdampak bencana gempa.

Lebih lanjut, situasi di Majene pada hari kedua belum kondusif. Banyak masyarakat ingin meninggalkan Majene untuk mengungsi ke beberapa daerah yang lebih aman, seperti Makassar. Apalagi, informasi hoaks tentang gempa susulan yang lebih besar beredar luas.

Melihat kondisi itu, TNI AU memfasilitasi masyarakat yang ingin meninggalkan Mamuju dan Majene. Tiga pesawat dengan kapasitas angkut 80 orang disiapkan.

Aswarman menyampaikan, TNI Angkatan Udara siap membantu mengevakuasi dengan tulus dan ikhlas.

Warga dipersilakan menaiki pesawat TNI AU tanpa harus membayar uang sepeser pun. Tapi, syaratnya tetap harus mematuhi protokol kesehatan seperti menjaga jarak, dan memakai masker.

"Beberapa kali saya sampaikan, ini kita untuk bantu warga terdampak gempa. Banyak juga yang kirim bantuan lain seperti terpal untuk membangun tenda-tenda," tutur dia.

 

3 dari 4 halaman

Suka-Duka Prajurit TNI

Menjadi prajurit TNI seperti Aswarman memang harus berani mengambil risiko dan pilihan. Terutama saat ditugaskan di berbagai daerah. Prajurit harus siap dengan segala tugas yang diamanahkan pimpinan.

Aswarman sudah enam tahun bertugas di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Ia harus rela dan ikhlas berpisah dengan ketiga anaknya yang kini tinggal di Kota Makassar bersama saudaranya yang lain.

Rasa kangen bercengkrama bersama anak tak bisa dibendung. Kadang ia sedih ketika anaknya merasa khawatir dengan tugas yang diembannya. Tapi semua itu merupakan konsekuensi menjadi seorang prajurit.

Beruntung, warga setempat sudah mengenalnya dengan baik. Ia banyak menerima support dari orang-orang di sekitarnya, sehingga dalam keadaan dan kondisi apapun saat membantu warga menjadi tidak terasa.

“Anak selalu tanya bagaimana kabar di sana, ada kekhawatiran mungkin. Tapi ya saya betul-betul ikhlaskan. Saya wakafkan badan kita untuk TNI Angkatan Udara dan TNI," ujar Aswarman.

Begitulah gambaran TNI AU merespons bencana. Ternyata, di balik kesigapan prajurit TNI dalam menjalankan misi kemanusiaan terdapat peran Panglima TNI Marsekal, Hadi Tjahjanto.

Seperti yang disampaikan oleh Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah bahwa Panglima menginstruksikan kepada kesatuan kewilayahan untuk cepat bertindak menangani korban gempa Majene dan Mamuju.

TNI AU sendiri fokus memulihkan bandara. Saat itu, sebanyak 21 personel Paskhas dari Makassar bersama tim teknis bandara datang untuk melihat fungsi bandara.

Prajurit Paskhas harus memastikan bandara bisa digunakan untuk pendaratan pesawat.

"TNI AU mengecek kesiapan bandara terutama landasan pacu agar pesawat udara bisa mendarat. Tentunya berkoordinasi dengan otoritas bandara setempat," kata Indan.

Pada hari pertama pascagempa, TNI AU mengerahkan Pesawat TNI AU, Boeing A-7302 Intai Maritim Skadron Udara 5 Lanud Hasanuddin Makasar. Pesawat mengangkut bantuan logistik serta 21 personel Paskas.

Misinya adalah melaksanakan pengamatan dan pemotretan udara di wilayah Mamuju. "Kami ingin melihat kondisi di sana sekaligus membawa personel dan bantuan awal."

Pada hari-hari berikutnya, TNI kembali menambah jumlah alutsista udara antara lain pesawat C-130 Hercules A-1314, pesawat C-130 Hercules A-1321, pesawat C-130 Hercules A-1330, pesawat C-130 Hercules A-1319, pesawat CN-295, pesawat angkut berat A-1338 Skadron Udara 32 Lanud Abdulrakhman Saleh Malang.

Pesawat itu, kata dia, mengangkut pelbagai bantuan dari lintas lembaga dan kementerian serta sejumlah prajurit TNI.

"Kami membantu membawa logistik dari beberapa tempat ke sana. Kita bawa dari Bandara Halim Perdanakusuma, yakni di antaranya dari Kementerian Sosial, Kementerian Perlindungan Anak, BNPB, dan Basarnas," ujarnya.

Bahkan TNI AU juga membantu mengevakuasi pengungsi yang ingin meninggalkan sementara wilayah Mamuju yang terdampak gempa.

"Pesawat datang ke sana bawa logistik jadi kembalinya ke Jakarta atau Makassar. Kami membawa beberapa korban luka untuk dirujuk ke rumah sakit di Makassar. Kita juga bawa beberapa orang yang mau mengungsi sementara sampai kondisi pulih," tutur dia.

Indan memastikan, penanganan korban gempa di Majene dan Mamuju tetap mengedepankan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Baik prajurit maupun masyarakat yang hendak naik pesawat harus menjalani pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi virus corona.

"Kami terapkan prosedur protokol kesehatan, menjaga jarak, kemudian cuci tangan tambah pemeriksaan antigen. Orang-orang yang naik pesawat supaya jangan sampai terpapar menularkan yang lain," katanya memungkasi.

4 dari 4 halaman

Gempa Beruntun dan Kuat Guncang Majene - Mamuju

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.