Sukses

Survei SMRC Ungkap Pandemi Covid-19 Buat Kepuasan Publik Atas Demokrasi Turun

Meskipun ada penurunan, kepuasan masyarakat atas jalannya demokrasi di masa pandemi Covid-19 tetap terjaga.

Liputan6.com, Jakarta - Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengungkap, mayoritas masyarakat Indonesia masih puas dengan demokrasi di tengah pandemi Covid-19, meski ada penurunan. Hal itu terungkap dalam survei yang dilakukan pada 12-15 Agustus 2020 melalui sambungan telepon.

"Hasilnya adalah kepuasan terhadap jalannya demokrasi 67 persen mengatakan sangat puas atau cukup puas. Yang mengatakan kurang atau tidak puas sama sekali sekitar 27 persen secara nasional ya," ucap Pendiri SMRC, Saiful Mujani, dalam rilis surveinya, Minggu (23/8/2020).

Jika dilihat dari trennya, lanjut dia, masyarakat yang merasa puas dengan jalannya demokrasi sebelum adanya pandemi mencapai 74 persen. Kemudian pada Juni jatuh ke angka 59 persen.

"Jadi kita melihat ini indikasi Covid memunculkan rasa tidak puas terhadap demokrasi karena mungkin Covid membuat komplikasi-komplikasi dalam pelaksanaan pemerintahan sehingga masyarakat punya penilaian yang agak pesimis atau tidak positif terkait jalannya demokrasi," ucap dia.

Menurut dia, meskipun ada penurunan, kepuasan masyarakat atas jalannya demokrasi di masa pandemi Covid-19 tetap terjaga.

"Dan trennya juga membaik dari 59 awalnya (awal pandemi), sekarang di survei terakhir 67. Walaupun belum sampai ke 74 ya. Belum pulih betul tapi relatif terjagalah," terang Saiful.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ungkap Hal Lain

Survei SMRC juga menemukan, komitmen publik terhadap demokrasi masih cukup tinggi. Survei tersebut mengungkap, 71 persen responden sejalan dengan pernyataan. "Walau tidak sempurna, demokrasi adalah sistem pemerintahan terbaik bagi negara kita".

Pernyataan tersebut merupakan salah satu indikator untuk melihat komitmen masyarakat terhadap demokrasi.

"Nah, ketika ditanya komitmen terhadap demokrasi dibanding pada bentuk rezim yang lain, 71 persen mengatakan walau tidak sempurna, demokrasi adalah sistem pemerintahan terbaik bagi negara kita. Jadi mayoritas 71 persen yang masih punya komitmen," ucap Saiful Mujani.

Saiful Mujani menjelaskan, pandemi Covid-19 juga berdampak pada komitmen publik terhadap demokrasi. Hal ini terlihat dari menurunnya komitmen rakyat pada demokrasi saat awal pandemi melanda. Survei terakhir sebelum pandemi 80 persen publik merasa komitmen dengan demokrasi.

Namun di awal pandemi, pada Maret 2020, angkanya turun menjadi 56 persen.

"Itu terjadi penurunan yang sangat tajam. Sebelum Covid itu 2019 82 persen punya komitmen terhadap demokrasi. Itu seperti komitmen di negara-negara demokrasi yang sudah matang, seperti di Taiwan, Korea Selatan atau Jepang," ungkap Saiful Mujani.

"Tapi ketika ada Covid, komitmen pada demokrasi bahwa demokrasi itu sistem terbaik untuk negara kita itu turun menjadi 56 persen, sangat tajam," sambung dia.

Menurut dia, penurunan itu juga kemungkinan disebabkan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang saat awal-awal pandemi gencar dilakukan pemerintah.

"Tapi kemudian, ini berhubungan dengan PSBB. Ketika PSBB dilonggarkan atau bahkan ada yang disebut sebagai normal baru ada perubahan sikap masyarakat terhadap komitmen dengan demokrasi. Mengalami perbaikan," papar Saiful Mujani.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.